Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. H (60 tahun) DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJK


DI RUANG AYYUB III
RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Stase Manajemen Keperawatan
Pembimbing Klinik : Ns. Etik Kustiati , S.Kep
Pembimbing Akademik : Muhammad Rofii,S.Kp,Ns. M.Kep.

Bambang Edi Warsito, S.Kp.,M.Kes

Disusun oleh:
Retno Romauli Risa Putri
22020116210043

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWAT PADA Ny. H (60 tahun)
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJK
DI RUANG AYYUB III
RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

A. IDENTITAS KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB


Klien bernama Ny. H usia 60 tahun, berjenis kemain perempuan. Ny. H adalah seorang
ibu rumah tangga yang berpendidikan SD. Ny. H tinggal di Peterongan Timur 346 RT
05/RW 06 Kelurahan Peterongan Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa
Tengah. Yang bertanggung jawab atas Ny. H adalah anak klien Ny. P, usia 34 tahun. Bahasa
komunikasi yang digunakan klien adalah Jawa, Indonesia. Pembiayaan perawatan klien
menggunakan BPJS. Klien dirawat di ruang Ayyub III kamar 342.

B. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


Pada tanggal 12 Maret 2017 pada pukul 16:08 WIB Ny. H datang ke IGD RS Roemani
Semarang dengan keluhan sesak nafas sudah 1 minggu, saat beraktifitas dan berjalan sesak
bertambah, tidak ada nyeri dada, mual tapi tidak muntah, badan lemas, kepala pusing, tidak
demam dan tidak bisa BAB 5 hari. Hasil TTV di IGD menunjukkan hasil TD : 140/90
mmHg, nadi : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 : 98% dan suhu 36,50C. Di IGD klien
dipasang infus RL 20 tpm, dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap, pemerikasaan EKG
dengan hasil ST depresi di V2-V4, dan dilakukan pemeriksaan radiologi Thorak A (1x8
inch) dengan kesan elongation aortae, COR sangat membesar dan pulmo dan pleura tenang.
Klien didiangnosa mengalami PJK.
Klien tiba di ruang Ayyub III pukul di kelas 3 kamar 342 pada pukul 16.11 WIB diantar
oleh petugas IGD. Hasil pengkajian yang dilakukan kepada Ny. H adalah klien mengatakan
masih merasa sesak walau sudah terpasang nasal kanul, merasa pusing, lemas, dan nyeri ulu
hati. Klien terpasang nasal kanul 3 l/menit dan RR = 20x/menit. Klien mengeluh sudah tidak
BAB selama 5 hari. Klien menegatakan tidak punya riwayat DM, namun kemarin periksa di
klinik hasil GDS 199, dan diberikan obat DM, setelah mengonsumsi obat tersebut klien
mengatakan merasa nyeri ulu hati. Klien memiliki riwayat hipertensi > 2 tahun yang lalu
Beradarkan hasil pengkajian, maka masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan
pola nafas, nyeri, intoleran aktivitas dan konstipasi. Intervensi keperawatan yang dilakukan
adalah memonitor pola nafas klien, memberikan O2 per nasal kanul, memberikan edukasi
mengenai meminimal aktivitas untuk mengurangi sesak, mengkaji nyeri secara
komprehensif, mengobservasi nyeri secara verbal maupun nonverbal, mengobservasi KU
klien, mengajarkan teknik nafas dalam (manajemen nyeri secara nonfarmakologi),
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi masalah konstipasi dan untuk
mendapat advis terapi yang harus diberikan.
Pada tanggal 12 Maret 2017 dilakukan tindakan keperawatan memonitor pernafasan
klien, memberikan terapi sesuai advis klien mendapat sironolacton 25 mg/24 jam, digoxin
0,25 mg/24 jam, KSR 600 mg/12 jam dan ranipril 25 mg/24 jam. Setalah dilakukan tindakan
keperawatan hasil yang didapatkan adalah RR klien = 24 x/menit, klien mengatakan sesak
berkurang namun masih merasa lemas.
Pada tanggal 13 Maret 2017 pada pukul 10.00-12.00 dilakukan tindakan keperawatan
mengecek GDS klien, GDS klien = 35 mg/dL, lapor dokter jaga dan mendapat advis untuk
mengganti infus RL menjadi D10% diloading, anjurkan pemberian teh manis, memantau
TTV, memberikan terapi lanjutan + betahistine 12 mg/12 jam sesuai advis DPJP dan
dilakukan pemberian dulcolax sups. Setelah dilakukan tindakan keperawatan GDS klien
menjadi 113 mg/dL, TD = 138/70 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 22 x/ menit sudah tidak
sesak dak tidak terpasang O2. Pukul 16.00 WIB klien mengeluh BAB cair sebanyak 12 kali,
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memonitor infus D10% 20 tpm, dan lapor
dokter jaga. Advis dokter jaga untuk memberikan PCT 500 mg tab no. 1 dan New Diatab no.
1. Pukul 18.00 WIB evaluasi klien sudah tidak BAB cair.
Pada tanggal 14 Maret pada pukul 07.00-14.00 dilakukan tindakan keperawatan antara
lain mengecek GDS pagi, mengkaji nyeri, sesak, keadaan umum dan TTV klien, dan
memberikan injeksi Furosemid (09.00). Evaluasi dari tindakan yang diberikan adalah GDS
klien 105 mg/dL, keadaan umum klien cukup, TD klien 116/61 mmHg, nadi=95x/menit,
sudah tidak merasa nyeri ulu hati, dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan, infus
sudah diganti RL, dan klien mengatakan sudah merasa lebih baik.
Pada tanggal 15 Maret 2017 dilakukan tindakan keperawatan antara lain mengevaluasi
keadaan umum klien, memonitor TTV dan memberikan obat oral. Hasil yang didapatkan
adalah, klien mengatakan sudah merasa lebih baik, keadaan umum klien baik, tidak
terpasang infus, TD : 135/86 mmHg, nadi :86 x/menit.
Klien dibolehkan pulang oleh DPJP. Klien pulang pada tanggal 15 Maret 2017 pada
pukul 21.04 WIB. Dicharge planning yang diberikan untuk klien diantaranya agar klien
membatasi aktivitas, segera beristirahat jika merasa sesak dan menganjurkan untuk selalu
memeriksakan tekanan darah. Terapi obat oral yang dibawa saat klien pulang kerumah
diantaranya Betahistine tablet (10 tabs) 2x1 tab/hari, KSR 600 tablet (10 tabs) 2x1 tab/hari,
ramipril 25 mg tablets (10 tabs) 1x1 tab/hari, digoxin 0,25 mg 1x1 tab/hari dan sironolacton
25 mg 1x1 tab/hari.

C. PENGELOLAAN KLIEN
1. Penerimaan Klien Baru
Pada tanggal 12 Maret 2017 pada pukul 16:08 WIB Ny. H datang ke IGD RS
Roemani Semarang dengan keluhan sesak nafas sudah 1 minggu, saat beraktifitas dan
berjalan sesak bertambah, tidak ada nyeri dada, mual tapi tidak muntah, badan lemas,
kepala pusing, tidak demam dan tidak bisa BAB 5 hari. Klien tiba di ruang Ayyub III
pada pukul 16.11 WIB diantarkan petugas IGD.
2. Serah Terima Klien Baru di Ruangan
Serah terima pasien dilakukan di depan nurse station, selanjutnya petugas IGD
mengantarkan klien ke kamar kelas 3 perempuan bed 342. Serah terima dilaksanakan
dengan menyerahkan RM klien oleh petugas IGD ke perawat ruangan, tanpa penjelasan
mengenai hasil pengkajian dan terapi yang sudah diberikan di IGD karena sudah tertulis
di teramedik.
3. Orientasi Klien dan Keluarga
Perawat mengorientasikan klien terkait fasilitas yang ada di kamar kelas III, yaitu
dalam 1 kamar terdapat 6 tempat tidur, 2 ac yang penggunaannya disesuaikan kebutuhan,
1 kamar mandi di dalam dan 6 almari. Selain itu perawat juga menjelaskan dokter yang
bertanggung jawab dan kapan jadwal dokter akan tiba, memberitahu bahwa ada petugas
gizi yang mengatur terkait diit kliendan petugas cleaning servise yang akan membantu
membersihkan ruang perawatan.
Selanjutnya perawat mengajak keluarga klien ke nurse station untuk menerima
penjelasan lebih lanjut.
Orientasi
No Materi Orientasi
Ya Tidak
Tujuan orientasi pasien baru
1. Informasi umum Hak dan kewajiban pasien
Tata tertib penunggu dan pengunjung
Lokasi Ruang pasien
Pengaturan tempat tidur/ pengamanan
Penggnaan TV (bila ada)
2. Lokasi Ruang Pasien
Penggunaan AC (bila ada)
Penggunaan sound system (bila ada)
Kamar mandi dan toilet
Pelayanan Dokter
Nama DPJP
Jam Visite
Pelayanan perawat
Nama PPJP
3. Tata Laksana Pelayanan RS Rencana Asuhan
Pelayanan gizi (jam pelayanan)
Pelayanan kerohanian
Bentuk pelayanan
Waktu pelayanan
Pelayanan farmasi
4. Pencegahan penyebaran infeksi Cuci tangan, etika batuk, sampah
Peringatan tentang orang yang berbahaya
(penipu), pastikan petugas mengenakan
tanda pengenal
Dilarang merokok di dalam dan di

lingkungan rumah sakit
Lokasi APAR, pintu darurat dan titik

5. Keselamatan dan keamanan kumpul
Penggunaan kartu penunggu bila keluar

masuk area rumah sakit.
Ijin bila meninggalkan ruang rawat
kepada perawat jaga dan resiko selama

meninggalkan ruang rawat adalah
tanggung jawab sendiri

4. Tingkat Ketergantungan Klien


Tabel klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan menurut Douglas
No. Tingkat Ketergantungan Ya Tidak Ket.
I. Minimal care
1. Klien mampu mandiri atau tidak memerlukan bantuan
a. Mampu naik turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri atau mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2. Klien dirawat untuk prosedur diagnostic
3. Kasus psikologikal stabil
4. Operasi ringan
II. Partial care
1. a. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
b. Memerlukan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat
tidur
c. Memerlukan bantuan untuk ambulasi/berjalan
d. Membutuhkan bantuan untuk menyiapkan makanan
e. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
f. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
g. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
h. Membutuhkan bantuan untuk BAB/BAK (di tempat
tidur/kamar mandi)
2. Paska operasi minor (24 jam)
3. Melewati fase akut dari pasca operasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
III. Total care
1. Klien memerlukan bantuan perawatan sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawatan yang lebih lama
a. Memerlukan bantuan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi
dari tempat tidur ke kursi roda
b. Memerlukan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi
intravena (infus atau ngt)
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia menggunakan kateter
2. Klien tidak sadar
3. Keadaan klien tidak stabil
4. Observasi tanda-tanda vital setiap kurang dari 8 jam
5. Perawatan luka bakar
6. Perawatan kolostomi
7. Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
8. Menggunakan WSD

Kesimpulan: Nn. H memiliki tingkat ketergantungan partial care dimana klien


membutuhkan waktu perawatan 3 jam/24 jam.
5. Pelaksanaan Pasien Safety dan Pencegahan Infeksi pada Pasien
Menurut IPSG (International Patient Safety Goals) terdapat 6 sasaran keselamatan
klien, yaitu :
a. Identifikasi klien
Identifikasi pasien baru RS Roemani Semarang, pasien diberikan tanda pengenal
berupa gelang identifikasi pasien. Gelang pengenal atau gelang identifikasi pasien di
rumah sakit terbagi menjadi 2 yaitu gelang utama dan gelang penanda tambahan.
Gelang penanda utama terdiri dari 2 warna yaitu warna biru untuk pasien laki-laki
dan warna merah muda untuk pasien perempuan. Gelang utama berisi nama, tanggal
lahir dan nomor rekam medis. Stiker penanda tambahan terdiri dari 3 warna, yaitu:
warnaa kuning digunakan pada pasien yang memiliki risiko jatuh, stiker warna merah
digunakan pada pasien yang memiliki alergi, dan stiker warna unggu untuk DNR (Do
Not Resusitation).
Pada pergelangan tangan Ny. H telah terpasang gelang pengenal utama berwarna
merah muda yang berisi identitas utama klien yaitu nama, tanggal lahir dan no.
Rekam Medis dan klien terpasang gelang penanda tambahan berupa stiker berwarna
kuning karena memiliki resiko jatuh.
b. Komunikasi efektif
Perawat melaporkan kondisi Ny. H kepada DPJP (Dokter Penanggung Jawab
Pasien) menggunakan komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung dengan
metode SBAR pada rekam medis pasien. Perawat juga menggunakan komunikasi
yang efektif ketika melakukan operan sehingga kondisi dan informasi mengenai Ny.
H bisa tersampaikan dengan jelas. Komunikasi secara lisan juga dapat dilakukan
melalui telepon dengan menggunakan metode TBK dan konfirmasi kembali oleh
penerima dan pemberi perintah di rekam medis pasien.
c. Pengelolaan High Alert Medication (HAM)
Klien tidak mendapatkan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medication/HAM).
d. Safety Surgery
Klien tidak menjalani operasi.
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi yang dilakukan di RS Roemani Semarang dengan
menerapkan 5 moment dan 6 langkah cuci tangan yaitu sebelum melakukan kontak
dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien,
setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah terpapar dengan lingkungan pasien. Cuci
tangan tidak hanya diterapkan bagi petugas kesehatan akan tetapi bagi pasien dan
keluarga. Baik Ny. H dan keluarga telah diajari mengenai cuci tangan.
f. Pencegahan klien jatuh
Pencegahan klien jatuh dilakukan dengan cara mengidentifikasi klien
menggunakan The Morse Fall Scale (MFS) untuk mengukur resiko jatuh pada klien,
berikut ini penilaian resiko jatuh pada Ny.T setelah dilakukan pengkajian :

Score
Penilaian Resiko Jatuh
Skor 7/3 8/3 9/3
Riwayat jatuh: tidak Jatuh satu kali atau lebih 25
termasuk kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan 0 0 0
atau rekreasional
Agitasi/konvulsi 15
Status mental 0 0 0
Dimensia 15
Terganggu 20
Gaya berjalan Lemah 10 10 10 10
Normal 0
Benda sekitar (kursi, 30
Alat bantu jalan dinding, dll) 0 0 0
Kruk, tongkat, tripot, dll 15
Diagnosis sekunder 15 20 20 20
Kondisi medis
Terapi intravena kontinyu 20
TOTAL 30 30 30

Interpretasi The Morse Fall Scale (MFS)


Resiko ringan : 0 - 24
Resiko sedang : 25 - 50
Resiko tinggi : > 51
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian resiko jatuh menggunakan The
Morse Fall Scale (MFS) pada Ny. H didapatkan hasil jika klien memiliki resiko jatuh
sedang dengan total skor 30
6. Kebutuhan waktu perawatan pasien
Jenis Tindakan Keperawatan
Hari/ Jam Tindakan Keperawatan yang Dilaksanakan Tidak
Tanggal Langsung Kolaborasi
Langsung
16.50-17.00 Melakukan pengkajian 10 menit
17.00-17.05 Menghubungi DPJP 5 menit
17.30-17.40 Menghubungi dokter jaga 10 menit
17.40-17.45 Memberikan O2 per nasal kanul 3 lpm 5 menit
Minggu, 12
17.45-17.48 Menyiapkan terapi sesuai advice dokter jaga 3 menit
Maret 2017
17.48-17.50 Memberikan ISDN tab 5 mg & aspilet 1 tab (ekstra) 2 menit
17.50-17.55 Menghubungi DPJP 5 menit
18.00-18.10 Memberikan terapi sesuai advice DPJP 10 menit
19.10-19.30 Mengantar pasien melakukan poto rontgen 20 menit
Langsung 47 Tidak langsung 3 Kolaborasi
Total Waktu
menit menit 20 menit
07.00-07.30 Melakukan operan jaga 30 menit
08.30-08.35 Memberikan dulcplax supp (ekstra) 5 menit
08.35-08.40 Memberikan ranitidine 1 amp (ekstra) 5 menit
08.40-08.45 Menyiapkan injeksi 5 menit
Memberikan Injeksi :
09.00-09.05 5 menit
Senin, 13 - Furosemide 20 mg/12 jam
Maret 2017 09.05-09.10 Melakukan pemeriksaan GDS 5 menit
09.10-09.15 Memberikan D10% 20 tpm (ekstra) 5 menit
12.00-12.10 Mengobservasi keadaan umum 5 menit
12.10-12.15 Memonitor tanda-tanda vital klien 5 menit
12.55-13.00 Menemani DPJP visite 5 menit
13.15-13.20 Memberikan Betahistine 12 mg/12 jam (ekstra) 5 menit
Langsung 65 Tidak langsung 5 Kolaborasi
Total Waktu
menit menit 5 menit
07.00-07.30 Melakukan operan jaga 30 menit
08.30-08.35 Menyiapkan injeksi 5 menit
Selasa, 14 09.00-09.05 Memberikan Injeksi : 5 menit
Maret 2017 - Furosemide 20 mg/12 jam
09.05-09.10 Melakukan pemeriksaan GDS 5 menit
09.10-09.15 Memberikan D10% 20 tpm (ekstra) 5 menit
12.00-12.10 Mengobservasi keadaan umum 5 menit
12.10-12.15 Memonitor tanda-tanda vital klien 5 menit
12.55-13.00 Menemani DPJP visite 5 menit
Langsung 55 Tidak langsung 5 Kolaborasi
Total Waktu
menit menit 5 menit
07.00-07.30 Melakukan operan jaga 30 menit
08.45-09.00 Menyiapkan obat oral 5 menit
09.00-09.50 Memberikan furosemide oral 5 menit
Rabu, 15
09.05-09.10 Melakukan pemeriksaan GDS 5 menit
Maret 2017
12.00-12.10 Mengobservasi keadaan umum 5 menit
12.10-12.15 Memonitor tanda-tanda vital klien 5 menit
12.55-13.00 Menemani DPJP visite 5 menit
Langsung 50 Tidak langsung 5 Kolaborasi
Total Waktu
menit menit 5 menit

Rekap waktu tindakan keperawatan yang dilakukan :


Hari Waktu tindakan keperawatan
Jadwal Shift
perawatan yang dilaksanakan
1 Siang 70 menit
2 Pagi 75 menit
3 Pagi 65 menit
4 Pagi 60 menit
Kesimpulan : Pada shift siang hari perawatan pertama waktu perawatan terlalu
banyak dibandingkan dengan teori Douglas (22,10 44,21). Pada shift pagi hari
perawatan hari ke 2, 3 dan 4 waktu tindakan keperawatan juga terlalu banyak karena
berdasarkan teori Douglas waktu perawatan untuk shift pagi yaitu 26,84 53,68
menit.
7. Kebutuhan SDM
a. SDM yang diperlukan
Berdasarkan perhitungan waktu perawatan di atas maka, rata-rata Ny. H
membutuhkan waktu perawatan selama 67,5 menit atau 1 jam lebih 7 menit. Bila
1 shift penuh seorang perawat bekerja selama 7 jam maka, Ny. H membutuhkan
SDM perawat (1 jam 7 menit/7 jam = 14%)
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa klien sebanyak 0,14
atau 1/7 orang perawat.
Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk mengelola klien selama perawatan
dirumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Dokter Spesialis Jantung
Klien membutuhkan dokter spesialis Jantung dengan alasan sebagai
pendiagnosa gangguan pada jantung klien dibuktikan dengan pemeriksaan
penunjang EKG dan poto rontgen dan melalui gejala-gejala fisik yang
ditunjukkan klien, sebagai pemberi konsultasi mengenai hasil diagnosa dan
memiliki kewenangan memutuskan apakah penyakit tersebut memerlukan
tindakan lebih lanjut.
2. Perawat
Klien membutuhkan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan seperti
perawat memiliki peran untuk memberikan posisi semifowler dalam untuk
meredakan sesak nafas yang dirasakan dan membatasi aktivitas klien.
3. Ahli gizi/dietitian
Klien membutuhkan ahli gizi dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi klien
meliputi pengkajian gizi yang dibutuhkan klien, penyediaan, pengelolaan dan
penyaluran makanan diet serta melakukan evaluasi pemberian gizi.
4. Apoteker
Klien membutuhkan apoteker untuk menyediakan, melayani, meracik serta
memberikan informasi yang berkaitan dengan obat yang diterima klien yang
sesuai dengan resep dokter.
8. Kebutuhan Logistik dan Biaya Perawatan Pasien

No Tindakan Total penggunaan Biaya Satuan Total Biaya

Visite Dokter
1 Visited dr. Sungkar, SpPD Rp. 30.000 Rp. 30.000
2 Visited dr. Sungkar, SpPD Rp. 30.000 Rp. 30.000
3 Visited dr. Sungkar, SpPD Rp. 30.000 Rp. 30.000
Rp 90.000
Biaya Tindakan
5 Injeksi per hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
6 Asuhan keperawatan/hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
7 Injeksi per hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
8 Asuhan keperawatan/hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
Gula Darah Sewaktu
9 Rp. 21.800 Rp. 21.800
(GDS)
10 Injeksi per hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
Gula Darah Sewaktu
11 Rp. 21.800 Rp. 21.800
(GDS)
12 Asuhan keperawatan/hari Rp. 10.000 Rp. 10.000
Rp 103.600
Biaya Obat-obatan
13 Washlap Towel 1 Rp 7.163 Rp 7.163
14 Dispo 5 cc 2 Rp 3.916 Rp 3.916
15 KSR tab 10 Rp 23.450 Rp 23.450
16 Ramipril 5 mg/tab 5 Rp 4.810 Rp 4.810
17 Spironolacton 25 mg/tab 5 Rp 3.025 Rp 3.025
18 Furosemid Inj 2 Rp 6.056 Rp 6.056
19 Digoxin 0,25 mg/tab 5 Rp 1.985 Rp 1.985
20 Aspilet 1 Rp 649 Rp 649
21 Farsorbid 5 mg/tab 1 Rp 801 Rp 801
22 RL 500 ml infus 2 Rp 24.972 Rp 24.972
23 RL 500 ml infus 1 Rp 12.736 Rp 12.736
24 Alcohol swab 2 Rp 1.124 Rp 1.124
25 Dispo 5 cc 2 Rp 3.916 Rp 3.916
26 Furosemid Inj 2 Rp 6.056 Rp 6.056
27 Digoxin 0,25 mg/tab 5 Rp 1.985 Rp 1.985
28 Aspilet 1 Rp 649 Rp 649
29 Farsorbid 5 mg/tab 1 Rp 801 Rp 801
30 RL 500 ml infus 2 Rp 24.972 Rp 24.972
31 RL 500 ml infus 1 Rp 12.736 Rp 12.736
32 Alcohol swab 2 Rp 1.124 Rp 1.124
33 Dispo 5 cc 2 Rp 3.916 Rp 3.916
34 Furosemid Inj 2 Rp 6.056 Rp 6.056
35 Washlap Towel 1 Rp 7.183 Rp 7.183
36 Dispo 3 cc 1 Rp 1.985 Rp 1.985
37 Alcohol swab 1 Rp 812 Rp 812
38 Dulcolac Sup 1 Rp 8.330 Rp 8.330
39 Ranitidin Inj (25) 1 Rp 3.970 Rp 3.970
40 D 40% 4 Rp 47.428 Rp 47.428
41 D 40% (Wida) 2 Rp 32.874 Rp 32.874
42 Dispo 3 cc 1 Rp 1.985 Rp 1.985
43 Ranitidin Inj (25) 1 Rp 3.970 Rp 3.970
44 Alcohol swab 2 Rp 1.124 Rp 1.124
45 Dispo 5 cc 2 Rp 3.916 Rp 3.916
46 Furosemid Inj 2 Rp 6.056 Rp 6.056
47 RL 500 ml infus 1 Rp 12.736 Rp 12.736
Kamar Rp 323.294

48 Biaya kamar kelas 3 1 Rp 175.000 Rp 175.000


49 Biaya kamar kelas 3 1 Rp 175.000 Rp 175.000
50 Biaya kamar kelas 3 1 Rp 175.000 Rp 175.000
Rp 525.000
Administrasi
51 Biaya administrasi 1 Rp 50.000 Rp 50.000
Rp 50.000
52 Materai 1 Rp 6.000 Rp 6.000
Rp 6.000
Rp 1.038.494
9. Kebutuhan Edukasi dan Evaluasi
a. Edukasi informasi penyakit
Edukasi yang diberikan kepada keluarga Ny. H adalah pemberian informasi
mengenai penyebab sesak dan lemas yang dialami klien, terapi dan prosedur
selanjutnya yang akan dilakukan kepada Ny. H.
b. Pengendalian infeksi
Pemberian informasi mengenai pencegahan infeksi kepada Ny. H dan keluarga
dengan cuci tangan 6 langkah menggunakan handrub atau sabun yang tersedia di
washtafel. Keluarga juga dianjurkan untuk mencuci tangan saat ingin kontak
langsung dengan Ny. H atau keluarga yang berkunjung. Keluarga mengatakan
setiap masuk Ruang perawatan, keluarga selalu mencuci tangan dengan
melakukan 6 langkah cuci tangan. Keluarga juga tidak dianjurkan membawa
balita ke ruang perawatan.
c. Diit dan obat-obatan
Klien dirawat di ruang Ayyub III dengan diagnosa medis IHD atau PJK sehingga
edukasi yang diberikan yaitu mengenai diit nasi, dan pemakaian garam. Klien
juga dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi air putih, memperbanyak makanan
yang tinggi vitamin seperti sayuran dan buah. Selain itu klien juga dimotivasi
untuk mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan aturan dan anjuran dokter.

10. Discharge Planning


1. Tahap pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan mengklarifikasi dan mengkaji tingkat pengetahuan
terkait penyakit pada klien yang terdiri dari penyebab terjadinya proses penyakit,
bagaimana menghindari penyebabnya dan bagaimana menangani akibat yang
disebabkan oleh penyakit yaitu nyeri dada dan sesak nafas. Ny. H dan keluarga
belum mengetahui penyebab terjadinya penyakit dan bagaimana menangani
akibatnya. Maka Ny. H dan keluarga dijelaskan mengenai penyebab dan
bagaimana mengontrol agar PJK yang dialami tidak bertambah parah. Klien
mengatakan memeriksakan tekanan darah setiap bulan di posyandu, tidak
menjaga pola makan dan sering sesak jika sedang beraktivitas.
2. Tahap perencanaan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien setelah pulang adalah
ketidakefetifan menejemen kesehatan diri. Karena klien sudah mengetahui
menderita hipertensi sejak lama namun tidak menghindari makanan serta gaya
hidup yang dapat memperparah kondisi klien dengan hipertensi.
a) Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menyelesaikan
permasalahan kesehatan klien agar klien dapat kembali pada keadaan sehat
(dokter, gizi, dll)
b) Menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan untuk mempersiapkan
perawatan kesehatan klien di rumah sesuai kebutuhan klien.
c) Mencatat rencana tindakan / intervensi sesuai dengan kebutuhan klien dan
didokumentasikan
3. Tahap pelaksanaan
a) Medication (obat)
Obat yang diberikan ketika Ny. H pulang disesuaikan dengan advice dokter, sehingga
harus dilanjutkan untuk menjelaskan waktu, dosis, dan fungsi obat. Obat yang dibawa
pulang Ny. H adalah Betahistine tablet (10 tabs) 2x1 tab/hari, KSR 600 tablet
(10 tabs) 2x1 tab/hari, ramipril 25 mg tablets (10 tabs) 1x1 tab/hari, digoxin
0,25 mg 1x1 tab/hari dan sironolacton 25 mg 1x1 tab/hari.
b) Environment (lingkungan)
Ny. H memerlukan lingkungan yang aman dan mengurangi aktivitas agar sesak
berkurang.
c) Treatment (pengobatan)
Menyarankan pasien dan keluarga untuk menjaga kondisi klien di rumah dengan
mengurangi konsumsi makanan yang pedas, asam dan berlemak. Apabila mengalami
masalah yang darurat maka harus dibawa ke pelayanan kesehatan segera.
d) Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Memberikan pengetahuan tentang penyakit, penyebab, tanda dan gejala, serta
pengobatan terkait adetonsilitis. Keluarga juga diedukasi tentang cara cuci tangan.
e) Diet
Klien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan bukan gorengan, berlemak dan
santan.
4. Tahap evaluasi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan singkat kepada keluarga dan klien
tentang penyakitnya, keluarga dan klien mengerti dan menjelaskan kembali apa
saja yang telah dijelaskan perawat terkait kondisinya.
11. Survei Kepuasan Pasien
Penilaian kepuasan klien dan keluarga dilakukan melalui wawancara langsung. Klien
dan keluarga mengatakan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit Roemani, baik oleh tenaga medis maupun tenaga non medis sehingga keadaan
klien membaik dan dapat pulang dan beraktivitas kembali.

12. Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal yang dilakukan yaitu kepada dokter penanggung jawab
pasien, dokter spesialis, ahli gizi, perawat :
1. Advise yang diberikan oleh dokter penanggung jawab pasien mengenai terapi yang
diberikan kepada Ny. H atau tindakan yang harus dilakukan seperti menjaga
konsumsi beberapa makanan, menghindari penyebab terjadinya sesak, makan
secara teratur, konsumsi obat secara teratur, dan istirahat yang cukup.
2. Advise dari ahli gizi yaitu diit yang tepat bagi Ny. H dengan PJK adalah diit nasi
dengan lauk, dan sayur-sayuran yang tidak berlemak dan gorengan.
3. Perawat memberikan informasi mengenai kondisi terkini klien kepada DPJP atau
dokter jaga.
13. Hambatan dan Dukungan Proses Keperawatan Secara Manajerial
a. Waktu Pemberian Obat
Tidak ada hambatan dalam proses pemberian obat. Di ruang Ayyub III
pemberian obat dilakukan oleh perawat. Apabila ada pemberian obat yang
berdekatan dijadikan satu pemberian obat karena keterbatasan jumlah perawat dan
banyaknya tugas perawat. Prawat sudah memberikan obat sesuai dengan SOP
yaitu menanyakan nama klien dan mencocokkan dengan gelang klien serta
memberi penjelasan obat apa yang diberikan.
b. Pembagian Tugas Perawat
Tidak ada hambatan dalam pembagian tugas perawat. Perawat sudah dibuat
jadwal siapa yang menerima pasien di kelas 1,2, dan 3. Sesama perawat sudah
terlihat membantu pekerjaan perawat lain yang membutuhkan bantuan.

14. Hambatan/Tantangan, Faktor Pendukung Dan Solusi Penyelesaian Dalam


Pengelolaan Pasien
1) Hambatan/ Tantangan
Hambatan selama mengelola Ny. H adalah baik klien maupun keluarga belum
memahami tentang penyakit dan bagaimana mengontrol sesak akibat PJK dengan
baik. Hal ini didukung dari pernyataan klien dan keluarga yang mengatakan
belum mengetahui kenapa klien bisa sesak dan bagaimana cara mengurangi
sesaknya.
2) Faktor pendukung
Klien dan keluarga sangat kooperatif dengan informasi yang diberikan perawat
dan tenaga medis lainnya., seperti cara untuk mengurangi sesak. Keluarga juga
mengatakan akan membantu membatasi aktivitas klien agar tidak mengalami
sesak kembali.
3) Solusi dan menyelesaikan masalah
a. Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit, mengurangi
sesak serta memberikan edukasi mengenai bagaimana cata mengontrol tekanan
dara, menghindari makanan seperti garam,raji olahraga, rutin minum obat dan
rutin kontrol.
b. Meminta keluarga klien untuk memberikan dukungan kepada klien selama sakit
dan pasca keluar rumah sakit dengan memberikan lingkungan yang nyaman dan
bersih.
c. Meminta keluarga klien untuk memantau lingkungan klien karena klien memiliki
resiko jatuh sedang.

Anda mungkin juga menyukai