Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LAPORAN KASUS
A.IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.S

Umur

: 80 Th

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Dsn.Plandirejo,Kec.Plumpang,Kab.Tuban.

Tanggal MRS

:16 Juli 2012

B.ANAMNESA ( Autoanamnesa dan Heteroanamnesa )


Keluhan Utama
Nyeri Perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut sejak satu minggu yang lalu,nyerinya pada semua bagian,tembus sampai
pinggang,terasa panas dan kemeng,perut terasa makin membesar tiga hari ini,mual +,muntah
-,tidak mau makan empat hari ini,tidak bisa bab empat hari ini,tidak bisa kentut.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat operasi (-)
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala serupa dengan pasien.
C.PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
-Keadaan Umum : Tampak lemah
-Kesadaran :Somnolen
-Vital sign
Tekanan darah :120/90 mmHg
1

Heart Rate :120/menit


Suhu axilla :37,6 C
Respiratorius rate :34/menit
Kepala :A/I/C/D:-/-/-/Pemeriksaan Thoraks :
Paru
Inspeksi
Bentuk

: simetris

Pergerakan

: simetris

Retraksi intercostalis

: (-)

Pergerakan

: simetris

Palpasi
Perkusi

: sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi
Suara napas

: vesikuler

Rhonki

: -/-

Wheezing

:-/-

Jantung

Inspeksi

: iktus dan pulsasi jantung tidak nampak

Palpasi
Iktus

: teraba di ICS V midclavicula line sinistra

Pulsasi jantung

: teraba

Getaran (thrill)

: tidak ada

Perkusi

: batas jantung kanan dan kiri normal

Auskultasi

: S1/S2 tunggal normal

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Kulit

: tidak ada memar

Bentuk

: cembung

Auskultasi
Perkusi

: bising usus meningkat


: timpani, sfihting dullness (+)
2

Palpasi
Dinding perut : distensi (+)
Nyeri tekan

: semua kuadran

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Pemeriksaan Ekstremitas

: hangat,oedem ( -)

D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
l.Laboratorium ( 16 juli 2012 )

Hematologi rutin
Hb

: 12,2 g/dl

LED

: 55/95 mm/jam

PCV

: 35,9 %

Eritrosit

: 3.970.000/cmm

Hitung jenis sel

: -/-/-/86/11/3

Leukosit

:18.100 /cmm

SGOT

: 78 U/L

SGPT

:38 U/L

BUN

:58,7 mg/dl

Kreatinin serum

: 1,89 mg/dl

Hati

Ginjal

Glukosa darah sewa

: 151,4 mg/dl

2.foto BOF dan LLD (16 juli 2012)


Tampak gambaran radioopak pada cavum abdomen.

Tampak gambaran radioopak.

3.Foto thoraks ( 16 juli 2012 )

4.USG ( 17 Juli 2012 )


-Hepar,kandung empedu,pankreas dalam batas normal
-Ginjal kesan normal,tidak ditemukan batu atau kista
-buli-buli kosong,kesan abdomen tidak dapat dievaluasi
-Gambaran usus distended,massa atau cairan bebas (-)
Kesimpulan:Observasi distended intestine
E.DIAGNOSIS
Ileus obstruksi

F.DIAGNOSIS BANDING
Ileus paralitik
G.TERAPI
Puasa
Infus RL 20 tetes/menit

Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram


Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul
Pasang DC dan NGT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau

hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah
hilangnya peristaltik usus sementara.
B.

Etiologi

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)


Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif
ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2.Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus
terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,
distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.
Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi pada
ekstraluminal, obstruksi intrinsik dan obstruksi intraluminal. Obstruksi ekstraluminal
misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi intrinsik pada dinding usus seperti
tumor primer. Dan obstruksi intraluminal seperti enteroliths, gallstones dan adanya benda
asing.

Penyebab ileus obstruksi pada geriatri

Ada sejumlah sebab yang mendasari dari kurang gerak, kurang minum, kurang serat, sering
menunda buang air besar, kebiasaan menggunakan obat pencahar, efek samping obat-obatan
tertentu sampai adanya gangguan seperti usus terbelit, usus tersumbat sampai kanker usus
besar.
Adanya pengurangan respons motorik usus besar akibat degenerasi jaringan saraf otonom di
selaput lendir usus. Ditemukan pula pengurangan rangsang saraf pada otot polos sirkuler
yang menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Selain itu, ada kecenderungan
menurunnya tegangan jaringan otot lingkar dubur dan kekuatan otot polos berkaitan dengan
usia, terutama pada lansia sehingga menyebabkan obstruksi.
C.

Patofisiologi
8

Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus,
dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan
absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya
hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana
frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi
dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan tekanan
intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena.
Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi
toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin
-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
D.

Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominan adalah
nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal
usus menjadi sangat dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau
bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang kadang
dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang
lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang
berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian
proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat
intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau
letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat
konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi
postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang kadang dapat meningkat.
9

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi
yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour (gambaran usus), dan darm
steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan
Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada
tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Pada
ileus paralitik, keadaan umum pasien tampak lemah hingga dehidrasi, tidak dapat flatus
maupun defekasi. Dapat disertai muntah dan perut terasa kembung. Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan meteorismus, suara usus (-), peristaltik menghilang. Pada palpasi tidak
terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis. Perkusi timpani
diseluruh lapang abdomen.
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap
awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase
sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya
terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat
ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.
Radiologik
Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah duduk atau
LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai
gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan
bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Foto polos abdomen 3 posisi

10

Ileus obstruktif letak tinggi

Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal junction)
dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang
menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang
disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang
terdistensi.

Ileus obstruktif letak rendah

Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di
distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta.
Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak
gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid
level panjang-panjang di kolon.

Ileus paralitik

Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus
yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi
abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang
disebut step ladder appearance di usus halus dan air fluid level panjang-panjang di kolon.
E.

Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok
bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal.
11

Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan
keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon
terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda tanda vital dan jumlah urin yang
keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
muntah dan mengurangi distensi abdomen.

Farmakologis

Pemberian obat obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosis ileus obstruktif pada kasus ini ditegakkan berdasarkan pada anamnesis pasien yaitu
adanya keluhan nyeri perut, tidak dapat flatus dan BAB selama 3 hari, terasa mual,perut
terasa . panas.Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:
Inspeksi

: perut distensi (+).


12

Auskultasi

: peristaltik (+) meningkat

Palpasi

: nyeri tekan (+ ) semua kwadran, hepar dan lien tak teraba

Perkusi

: timpani,shifting dullness (+)

pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran BOF dan LLD radioopak yang menyeluruh
pada abdomen.USG didapatkan Pada distended intestine.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan angka lekosit yang meningka,LED cukup
tinggi.SGOT,BUN,kreatinin serum,glukosa lebih dari batas normal.
Penyebab ileus pada pasien ini lebih cenderung disebabkan oleh faktor usia yang sudah
lanjut. Adanya pengurangan respons motorik usus besar akibat degenerasi jaringan saraf
otonom di selaput lendir usus. Ditemukan pula pengurangan rangsang saraf pada otot polos
sirkuler yang menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Selain itu, ada
kecenderungan menurunnya tegangan jaringan otot lingkar anus dan kekuatan otot polos
berkaitan dengan usia, terutama pada lansia sehingga menyebabkan obstruksi.

BAB IV
KESIMPULAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus

akut. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik.

13

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut

distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi).

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm

contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi
terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi
metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltik akan melemah dan hilang.

Pemeriksaan radiologi: Posisi supine (terlentang) tampak herring bone appearance.

Posisi setengah duduk atau LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya
dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos
abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.

Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan nyeri perut, tidak dapat flatus dan BAB

selama 3 hari, terasa mual, perut terasa panas.

Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:

Inspeksi

: perut distensi (+)

Auskultasi

: peristaltik (+) meningkat

Palpasi

: nyeri tekan (+) semua kwadran,hepar dan lien tak teraba

Perkusi

: timpani,shifting dullness (+)

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran BOF dan LLD radioopak yang

menyeluruh pada abdomen.USG didapatkan distended instetine yang mendukung diagnosis


ileus obstruktif pada kasus ini.

14

DAFTAR PUSTAKA
1.

Andari, K. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit

Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya


2.

Badash, Michelle. 2005. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel

Obstruction). EBSCO Publishing.


3.

Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price,

S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC

15

4.

Sjamsuhidajat r, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai