Anda di halaman 1dari 12

LI.

1 Menjelaskan Epidemiologi
LO.1.1 DEFINISI
EPIDEMIOLOGI adalah : Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi
(Penyebaran) serta Determinat (Faktor factor yang mempengaruhinya) masalah
kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat.
(Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC)
Pengertian epidemiologi ditinjau dari berbagai aspek adalah:
a.Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis dta kesehatan, social ekonomi, dan
kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi
perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjdi dimasyarakat
umum atau kelompok penduduk tertentu.
b.Aspek Klinis
Epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi
atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratories pada awal kejadian luar
biasa atau timbulnya penyakit baru seperti, karsinoma vagina pada gadis remaja atau
AIDS yang awalnya ditemukan secara klinisi.
c.Aspek Praktis
Epidemiologi dari aspek praktis adalah ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi
diutamakan pada cara penularan, infetivitas, menghindarkan agen yang diduga
sebagai penyebab, toksin atau lingkungan dan membentuk kekebalan untuk
menjamin kesehatan manusia.
(Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: suatu pengantar. Jakarta: EGC)
LO.1.2 JENIS
1. Epidemiologi Deskriptif
Pada penelitian deskriptif, informasi dikumpulkan untuk menandai atau merangkum
kejadian atau masalah kesehatan. Epidemiologi deskriptif mengevaluasi semua
keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat mempengaruhi sebuah kejadian
kesehatan. Yang menjadi fokus dalam epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan
pola.
Frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola dapat digunakan
untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko. Penelitian
deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang
terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where (dimana mereka
terpengaruhi).
2. Epidemiologi Analitik
Penelitian epidemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk
menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah cross sectional, case-control, dan
cohort.
(Morton RF,Hebel JR,Mc Carter RJ, Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika,
ed 5, Alih Bahasa : Apriningsih, 2009, Jakarta : EGC)

LI.2 Menjelaskan Oral Epidemiologi


LO.2.1 PENGUKURAN
1.PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut.
Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi
Rumus Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh: Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita
------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria
Proporsi Mahasiswa berprestasi
Proporsi Mahasiswa hafal Al Quran
2.RATIO
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio
digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.
Rumus Ratio: (x/y) k
Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan
Ratio x : y = 1 : 2
Contoh: Sex ratio =
jumlah pria
--------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio =

Jumlah usia (0 - <14th) + (>65 th)


----------------------------------------------- k
Jumlah usia (15 64 th)

3.RATE
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai
risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan
kejadian tertentu dalam masyarakat.
Rumus Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh: Campak berisiko pada balita
Diare berisiko pada semua penduduk
Cancer servik berisiko pada wanita
PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS
1.INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu.
Rumus Incidence Rate (IR):
Jumlah penyakit baru
------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
2.PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. Prevalence Rate

yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point
Prevalence Rate.
Prevalence Rate yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31
Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate
Rumus Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
---------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
3.ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
Rumus Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------------------------------------k
Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah
berlangsung)
PENGUKURAN MORTALITY RATE
1.CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus: CDR (Crude Death Rate) :
Jumlah semua kematian
------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
2.SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Rumus: SDR (Specific Death Rate) :
Jumlah kematian penyakit x
----------------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
3.CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus CFR (Case Fatality Rate):Jumlah kematian penyakit x
----------------------------------------- x 100%
Jumlah kasus penyakit x
4.MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup.
Rumus MMR (Maternal Mortality Rate):
Jumlah kematian Ibu
---------------------------------x
100.000
Jumlah kelahiran hidup
5.INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun)
per 1000 kelahiran hidup.
Rumus IMR (Infant Mortality Rate): Jumlah kematian bayi
---------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup
6.NEONATAL MORTALITY RATE

NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai
umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup.
Rumus NMR (Neonatal Mortality Rate): Jumlah kematian neonatus
-------------------------------------x
1000
Jumlah kelahiran hidup
7.PERINATAL MORTALITY RATE
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup.
Rumus PMR (Perinatal Mortality Rate): Jumlah kematian perinatal
----------------------------------------x
1000
Jumlah kelahiran hidup
(Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta)
(Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti)
LO.2.2 DISTRIBUSI
Pengukuran Variabel : adalah pengklasifikasian subyek ke dalam kategori-kategori
(misal; sakit/ tdk sakit), atau penempatan subyek ke dalam nilai berskala kontinum
(pengukuran ) misal (umur, BB, TB)
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai
berikut:
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study atau studi potong lintang
atau studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a.Non eksperimental
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort
diartikan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat
(penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari
faktor penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk
penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada
dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa
pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b.
Eksperimental.
1) Clinical Trial
2) Community Trial.
VARIABEL EPIDEMIOLOGI
1.
Variabel Orang
a)
Umur
b)
Jenis Kelamin
c)
Jenis Peketjaan
d)
Pengahasilan
e)
Golongan etik
f)
Status Perkawinan
2.
Variabel Tempat
3.
Variabel Waktu
a)
Jangka Pendek

b)
c)

Perubahan secara Status


Perubahan-perubahan angka kesakitan

Adapun ruang lingkup epidemiologi :


1.
Epidemiologi penyakit menular
Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai
gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari
epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya ditujukan pada
pengamatan penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang
cukup berarti dalam menangulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga
penyakit tidak menular.
2.
Epidemiologi penyakit tidak menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai factor yang
memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk masalah
meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang
ini banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang
bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai
bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk
lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan social budaya.
3.
Epidemiologi klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan
oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/ dokter tentang cara
pendekatan masalah melalui disilin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan
epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering
menggunakan prinsip=prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual.
Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara mengatasinya terhadap kasus
secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk mengetahui serta menganalisis
sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai
hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi yng sanat
berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi
bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu
yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus
4.
Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system
pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografis yang terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi
kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk
secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam
masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta
keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat
berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan
epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/
mengambil kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang
dikembangkan epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan
keluarga berencana dn kependudukan.
5.
Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalis
masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu maslah serta penyusunan
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan
epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para
perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penetuan prioritas maupun
dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun
dengan sasaran khusus.
6.
Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta
mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada
lingkubngan kerja, baik yang bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya,
serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat
kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit
akibat kerja.
7.
Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu,
maupun analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat ang lebih
banyak mengarh ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat
menuntut suatu car pendekatan melalui epidemilogi social masyarakat menuntu suatu
cara pendekatan melalui epidemiologi social yang berkaitan dengan epidemiologi
kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi
merupakan masalah kesehaan individu saja, tetau telah merupakan masalah social
masyarakat.
8.
Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan
untuk menganalisis berbagai factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah
gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan
kehidupan social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang disertai
dengan surveilans gizi lebih mengarah kepad penanggulangan berbagai faktor yang
berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja.
LO.2.3 KONSEP
KONSEP SEGITIGA EPIDEMIOLOGI (TRIAD EPIDEMIOLOGI)
Triad Epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah model bagaimana penyakit
menular menyebar. Triad epidemiologi terdiri dari agen, pejamu dan lingkungan.
Agen adalah faktor penyebab dapat berupa unsur mati atau hidup yang terdapat
dalam jumlah berlebih atau kekurangan. Agen atau agent adalah mikroorganisme, zat
kimia atau radiasi yang ada, keberadaannya berlebihan atau faktor seperti cenderung
tidak ada dalam menimbulkan suatu penyakit[4]. Agen bisa meliputi, agen biologik
(virus, bakteri, protozoa dll), nutrisi (lemak jenuh, kurang serat), dan fisika (cahaya,
kelembapan). (Ryadi, S. and Wijayanti, Dasar- Dasar Epidemiologi. 2011, Jakarta:
Salemba Medika.)

Gambar 1. Triad Epidemiologi


Faktor pejamu atau host adalah keadaan manusia atau makluk hidup lainnya termasuk
burung dan artopoda yang mampu memberikan pemondokan atau penghidupan dari
agen yang menular dalam kondisi alamiah. Faktor penjamu bisa meliputi faktor
genetik, riwayat penyakit, umur, jenis kelamin, fisiologi dan imunitas. Faktor
lingkungan adalah semua unsur diluar dari faktor individu pejamu yang
mempengaruhi status kesehatan populasi, meliputi faktor sosial ekonomi, lingkungan
biologi dan lingkungan fisik.Ketiga faktor ini saling terkait dan bersinergi satu sama
lain. Ketika salah satu dimensi tidak seimbang, misal ketika imunitas pejamu rentan
atau lingkungan cuaca berubah, atau jumlah sumber penyakit bertambah, akan
menyebabkan ketidakseimbangan kesehatan seseorang yang akan menyebabkan sakit.
(Last,J.M.,A Dictionary of Epidemiology, ed. F. Edition. 2001, New York: Oxford
University Press.)

Gambar 2. Keadaan berpenyakit disebabkan ketidakseimbangan segitiga epidemiologi


pada kondisi A(agen bertambah), B(kondisi pejamu rentan), C dan D
(Ketidaseimbangann karena perubahan lingkungan)

Sehingga pencegahan pun dilakukan dari fase primer sebelum terjadinaya penyakit,
seperti promosi kesehatan, olahraga, dan imunisasi. Lalu pencegahan sekunder
dimana diagnosa pada penyakit yang ada untuk mengurangi keparahan dan
komplikasi, meliputi pengobatan, tindakan medis, dan screening. Pencegahan tersier
untuk mengurangi akibat dari penyakit, seperti rehabiltasi medik.

Fase Pathogenesis
Fase proses mekanisme postulasi dimana agen etio
menghasilkan penyakit

Fase Pre-Pathogenesis
Fase sebelum terjadinya penyakit

Pencegahan Primer
Pencegahan perkembangan awal
penyakit

Pencegahan Sekunder
Diagnosa kesehatan pada penyakit
yang
ada
untuk
mengurangi
keparahan dan kompikasi

Penceg
Tersier
Mengu
i akibat
penyak

Pembatasan
ketidakmampua
n

Rehabi

Pengobatan

Rehabi
untuk
stroke

Promosi
Kesehatan

Perlindunga
n umum dan
spesifik

Diagnosis
awal dan
perawata
n
tepat
waktu

Penyuluha
n
kesehatan
reproduksi

Imunisasi
Polio

Screening
Kanker

Gambar 3.

Riwayat Alamiah Penyakit dan Tingkat Pencegahan Penyakit.

LO.2.4 PENCEGAHAN
Salah satu konsep yang paling penting dalam pendekatan epidemiologis adalah
konsep pencegahan. Ada tiga level pencegahan yaitu:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang dilakukan di masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi
kesempatan seseorang terkena suatu penyakit/disfungsi tertentu. Dalam kasus ini,

individu belum terkena penyakit. Pada pencegahan primer ada dua jenis
pencegahan yang dilakukan yaitu pre-exposure stage yaitu mencegah faktorfaktor yang mungkin di kemudian hari akan berkembang menjadi penyakit.
2) Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder, dokter berhasil mendeteksi penyakit dalam stadiumstadium awal penyakit sebelum timbulnya komplikasi. Tujuan dari pencegahan ini
adalah mengembalikan pasien ke keadaan tubuh sebelum sakit.
3) Pencegahan tersier
Dilakukan program rehabilitasi sebelum keadaan penyakit tambah parah.

LO.2.5 HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT


1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola
kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah
apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam
pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola
kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan
dengan
pengelompokan
umur
pada
penelitian
orang
lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti
catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi
soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah
bersekolah.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian
umur sebagai berikut :
a. Menurut tingkat kedewasaan :
0 - 14 tahun : bayi dan anak-anak
15 - 49 tahun : orang muda dan dewasa
50 tahun keatas : orang tua
b. Interval 5 tahun :
Kurang 1 tahun
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun, dan sebagainya
c. Untuk mempelajari penyakit anak :
0 - 4 bulan
5 - 10 bulan
11 - 23 bulan
2 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga

pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin
atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya
faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman
keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya,
dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di
Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas
untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat
indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian
untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal
ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan
kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan
dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal
bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar
jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga
terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan
tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas
sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, kelamin.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan
yakni :
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c. Ada tidaknya "gerak badan" didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya "gerak badan".
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi
proses
penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker.
Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu
penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

5.Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6.Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam
angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar
golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut
susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini
ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan
keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang
prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa
peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.
7.Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka
kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab
makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
8.Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9.Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga
besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesakdesakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan
penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus
digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10.Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu
yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara
tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus
peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.

(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.)

Anda mungkin juga menyukai