Anda di halaman 1dari 12

OTITIS MEDIA

KELAS A SEMESTER III


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat serta inayahNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul OTITIS MEDIA dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Persepsi Sensori sekaligus sebagai pembimbing
makalah ini.
Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
Kami sadar bahwa kekurangan yang ada di dalam isi makalah ini, merupakan
keterbatasan kemampuan kami, sehingga dengan besar hati kami menerima kritik dan saran yang
membangun makalah ini kedepannya.
Purwokerto, 07 Oktober 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang............................................................................1
2) Tujuan .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Definisi......................................................................2
Etiologi .....................................................................2
Gejala dan Tanda.......................................................
Manisfestasi klinis.....................................................3
Penatalaksanaan........................................................4

BAB III PENUTUP


1) Kesimpulan..................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar belakang

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada
beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi
umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan
perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul,.
sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat
terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna
Berikut dilaporkan sebuah kasus otitis media supuratif kronis pada wanita berusia 40
tahun yang dirawat di ruang THT RSUD Banjarmasin selama 11 hari sejak tanggal 25 Juni
hingga 5 Juli 2006
2)
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Memberi pengetahuan tentang Otitis Media
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang menderita Otitis Media
Mengetahui etiologi
Mengetahui cara pengobatan penyakit Otitis Media

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Otitis media adalah peradangan dari telinga tengah. "Otitis" berarti peradangan dari
telinga, dan "media" artinya tengah. Peradangan ini seringkali mulai dengan infeksi-infeksi yang
menyebabkan sakit tenggorokan, selesma-selesma atau persoalan-persoalan pernapasan lainnya,

dan menyebar ke telinga tengah. Ini dapat disebabkan oleh virus-virus atau bakteri-bakteri, dan
dapat menjadi akut atau kronis.
Otitis media dibagi menjadi 2 jenis:
1. Otitis media akut adalah biasanya dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek. Otitis
media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama
dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga; gendang telinga yang menonjol
biasanya disertai dengan nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali dengan
aliran dari materi yang bernanah. Demam dapat hadir.
2. Otitis media kronik adalah biasanya dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek.
Otitis media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah
bersama dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga; gendang telinga yang
menonjol biasanya disertai dengan nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali
dengan aliran dari materi yang bernanah. Demam dapat hadir.
Otitis Media Kronik dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa
saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya
dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama
patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi
pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas
dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid
berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu

OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif

OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.

2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)


Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan
kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori
mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori
migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan
memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi selsel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya
sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses
pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.
B. Etiologi
1. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75%
kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur
cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak
ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering
adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan
Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti
Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram
negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan
neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai
pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan
yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).
2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan
dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira
10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak
buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi
bakteri,

menurunkan

efisiensi

obat

antimikroba

dengan

menganggu

mekanisme

farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction


(PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat
diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman,
2003).
C. Gejala dan Tanda
Otalgia
Otalgia
Otorea
Demam
Gelisah

Kejang
Anoreksia
Gangguan pendengaran
Vomitting
Diare


D. Manifestasi Klinis
1. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat berfariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat

ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan
mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara sepontan bila terjadi perforasi sepontan
membran timpani atau setelah di lakukan miringotomi (insisi membrana timpani). Gejala lain
dapat berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinnitus. Pada
pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan tidak terjadi
nyeri bila aurikila di gerakkan. Membrane timpani tampak merah dan sering menggelembung.
2. Ototis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan

terdapat otorea intermiten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali
pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post-aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah
dan edema. Kolesteatoma, sendiri, biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik
membrana timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat sebagai masa pulih
dibelakang membrana timpani atau ke luar ke kanalis eksternus melalui luang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
E. Penatalaksanaan
1. Otitis Media Akut
Hasil penatalaksanaan

otitis media bergantung pada efektifitas terapi (missal, dosis

antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan setatus fisik pasien.
Dengan terapi anti biotika spectrum luas yang tepat dan awal, otitis media dapat hilang tanpa
gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik
anti biotika. Kondisi bisa berkembang menjadi subakut (missal, berlangsung 3 minggu sampe 3
bulan), dengan pengeluaran cairan purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan

pendengaran permanen. Komplikasi sekunder mengenai mastoid dan komplikasi intracranial


serius, seperti meningitis atau abses otak, dapat terjadi meskipun jarang .

2. Otitis Media Kronik


Penanganan local meliputi pembersihan hati hati telinga menggunakan

mikroskop dan alat pengisapan. Pemberiaan tetes antibiotika sering membantu bila ada
cairan purulent. Antibiotika sistemik biasanya tidak diresepkan kecuali pada kasus infeksi
akut.

Timpanoplasti. Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan


penanganan obat tidak efektif. Yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi
bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan timpanoplasti adalah mengembalikan
fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi
berulang, dan memperbaiki pendengaran. Dalam sejarah ada 5 tipe timpanoplasti.
Prosedur bedah yang paling sederhana, tipe I (miringoplasti), dirancang untuk menutup
lubang perforasi pada membrane timpani. Prosedur yang lain, tipeII sampai IV, meliputi
perbaikan yang lebih intensif stuktur telinga tengah. Struktur dan derajat keterlibatannya
bisa berbeda, namun bagian semua prosedur timpanoplasti meliputi pengembalian
kontinuitas mekanisme konduksi suara.

Mastoidektomi. Tujuan pembedahan mastoid adalah untuk mengangkat


kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan menciptakan telinga yang aman, kering
dan sehat. Bila mungkin, osikulus direkonstruksi selama prosedur pembedahan awal.
Namun, kadang beratnya penyakit mengharuskan hal ini dilakukan sebagai bagian
operasi kedua yang terencana. Masteidektomi biasanya dilakukan melalui insisi postaurikuler, dan infeksi dihilangkan dengan mengambil secara sempurna sel udara mastoid.
Nervus fasialis berjalan melalui telinga tengah dan mastoid dan dapat mengalami bahaya
selama pembedahan mastoid, meskipun jarang mengalami cedera. Begitu pasien bangun
dari pembiusan, harus diperhatikan setiap tanda paresis fasialis yang harus segera

dilaporkan ke dokter. Bila terjadi kelemahan fasial, balutan mastoid harus dilonggarkan
dan pasien dikembalikan ke meja operasi, luka dibuka, dan nervus fasialis didekompresi
untuk melonggarkan kanalis tulang yang mengelilingi nervus fasialis.

BAB III
PENUTUP

1) Kesimpulan

Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting

karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat
tergantung pada fungsi pendengaran. Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga
seperti otitis media yang tekait dengan kasus ini.

Otitis Media merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena

masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari Otitits Media adalah
tersumbatny asaluran / tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat
infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada
anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya Otitis Media pada anak.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer dkk.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Buku Kedokteran EGC:Jakarta
http://www.scribd.com/doc/157207659/Otitis-Media
http://www.scribd.com/doc/239111156/otitis-media

Anda mungkin juga menyukai