TINJAUAN PUSTAKA
31
32
adalah 1,8 3,0 dalam satuan Mohs. Komposisi batu kapur pada pembuatan
Semen Portland dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Batu Kapur pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun
% Berat
CaO
49,80 52,46
SiO2
3,76 6,75
Al2O3
0,71 2,00
Fe2O3
0,36 1,47
MgO
0,30 1,48
Alkali
0,40 0,44
SO3
0,01 1,10
LOI
39,65 40,89
Sumber: Duda, 1985
Menurut Perry (1984), sifat fisika batu kapur sebagai berikut:
-
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Berat molekul
: 100,09 gr/mol
Densitas
: 2,93 gr/ml
Titik lebur
: 825oC
Kadar air
: 8%
Menurut Austin (1996) salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat
mengalami kalsinasi.
Reaksinya :
CaCO3 (S)
650-900oC
Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berwarna agak kecoklatan apabila
terkontaminasi dengan tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyak
dalam batu kapur adalah CaCO3
33
34
Alkali
LOI
0,80 2,71
6,40 10,40
Fase
Warna
Specific heat
Densitas Bulk
Kadar air
Densitas
: Padat
: Coklat kekuningan
: 0,224 cal/goC
: 143 lb/ft3
: 18-25%
: 2,0-2,6 gr/mol
35
Menurut Kohlhaas (1983) salah satu sifat kimia tanah liat yaitu dapat
mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500C.
Reaksinya :
T = 400 - 750 C
Al2Si2O7.xH2O(s)
Al2O3 (s) + 2SiO2 (s) + xH2O(g)
2.2.2 Bahan Koreksi dalam Pembuatan Semen
1. Copper Slag
Menurut Kohlhaas (1983) copper slag adalah sebagai pembawa oksida besi.
Copper slag digunakan karena memppunyai kandungan besi yang tinggi
sehingga menyebabkan material ini mempunyai densitas yang tinggi dan juga
berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan pasir alam. Copper slag digunakan
sebagai pengganti pasir besi karena harga pasir besi lebih mahal dibandingkan
dengan copper slag. Spesifikasi copper slag pada pembuatan semen portland
dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Komposisi Cooper Slag pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun
% Berat
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
LOI
Sumber: Duda, 1985
20 25
39
45 60
0,5 2,5
1,5 7
0,3 0,6
5 12
T = 1095 1205 C
4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF)
36
99,2
0,5
0,2
Fase
Warna
Berat molekul
Densitas
Titik lebur
: Padat
: Coklat kemerahan
: 60,06 gr/mol
: 2,32 gr/ml
: 1710 oC
Menurut Perry (1984), salah satu sifat kimia silica sand yaitu dapat
bereaksi dengan CaO membentuk garam kalsium silikat.
Reaksinya :
2CaO + SiO2
T = 700 800 C
2CaO.SiO2 (C2S)
37
dilakukan pada
penggilingan akhir.
Menurut Purnomo (1994), sifat fisika gypsum sebagai berikut:
Fase : Padat
Warna
Kadar air
Bulk density
Ukuran material
: Putih
: 9% H2O
: 1,7 ton/m3
: 0-30 mm
T=500C
CaSO4.H2O + 1H2O
2. Trass (2CaO.SiO2)
Menurut Hewlett (1988) Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi
yang berbutir halus dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2) yang
telah mengalami pelapukan hingga temperatur tertentu. Trass digunakan sebagai
bahan campuran semen PPC sebagai pozzolan activity. Penambahan trass
bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi
lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi kuat tekan akhir
yang stabil. Penambahan trass 15 40 % massa klinker dilakukan Finish Mill
38
52,12 89,22
3,05 19,59
2,54 9,91
0,77 9,27
1,20 4,42
3,05 11,10
0,85 4,97
0,16 7,61
39
:Memberikan
tekan semen.
memberikan
C3A
memberikan
pengaruh
40
terjadi karena :
Ukuran partikel bahan baku tidak cukup halus
Pembakaran klinker tidak sempurna
Kandungan alkali dalam bahan baku terlalu tinggi
Dekomposisi mineral klinker selama proses pendinginan
Dalam semen yang berkualitas baik kandungan freelime harus
dibawah 2%. Jika kandungan freelime terlalu tinggi maka beton akan
41
kebasaan yang tinggi. Kalsium Silikat Hidrat adalah kristal yang bentuknya
berupa padatan yang sering disebut Tobermorite Gell. Dengan adanya
Ca(OH)2, pasta semen mempunyai pH 13.
Reaksi:
2(3CaO.SiO2)(s) + 6H2O(l)
2(2CaO.SiO2)(s) + 4H2O(l)
-
3CaO.2SiO2.3H2O(s) + 3Ca(OH)2(s)
3CaO.2SiO2.3H2O(s) + Ca(OH)2(s)
3CaO.Al2O3.6H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
42
3CaO.Al2O3.3H2O(s) +
3CaO.Fe2O3.3H2O(s)
dan
dalam
air
dan
membentuk
High
Calsium
Sufaluminate
Hydrat
43
44
3. Kelenturan (Soundness)
Menurut Kohlhaas (1983) Soundness adalah pengembangan atau pemuaian
semen yang disebabkan oleh freelime atau magnesium. Proses hidrasi terjadi
apabila semen bereaksi terhadap air yang mengakibatkan timbulnya pengerasan
pasta semen. Kelenturan digunakan untuk mengontrol agar tidak terjadi
pemuaian atau penyusutan yang dapat merusak konstruksi. Untuk Ordinary
semen, kandungan tersebut dibatasi masing-masing : MgO maksimum 5%, SO 3
maksimum 3,5%, total alkali maksimum 0,6% dan free lime (CaO bebas)
maksimum 1 %.
4. Kekuatan Tekan
Menurut Kohlhaas (1983), kekuatan tekan atau kekuatan kompresi
adalah sifat kemampuan semen menahan suatu beban tekan. Kekuatan
tekan semen sangat dipengaruhi oleh komponen kimia semen yaitu C3S
dan C2S. Komponen C3S memberikan kekuatan tekan awal pada semen
sedangkan untuk C2S memberikan pengaruh kekuatan tekan akhir pada
semen. Sementara komponen C3A dan C4AF tidak begitu berpengaruh
(Komponen C3A berpengaruh pada kecepatan pengerasan semen dan
C4AF berpengaruh pada warna semen).
5. False Set
Menurut Duda (1985) false set adalah kekakuan yang cepat
(Abnormal
Premature
Setting)
terjadi
beberapa
menit
setelah
penambahan air. Standar mutu dari false set > 58%, jika kurang dari
standar mutu tersebut maka semen akan cepat kaku bila ditambahkan air.
Penyebab terjadinya false set:
1. Dehidrasi gypsum, terjadi apabila gypsum ditambahkan kedalam klinker
yang terlalu panas. Karena gypsum berubah menjadi gypsum semi hidrat
45
atau anhidrat yang bila dicampur dan diaduk dengan air akan terbentuk
gypsum kembali dan adukan menjadi kaku.
2. Reaksi alkali selama penyimpanan dengan karbonat. Alkali karbonat
bereaksi dengan Ca(OH)2 kemudian mengendap dan menimbulkan
kekakuan pada pasta.
3. C3S bereaksi dengan udara pada kelembaban yang tinggi dan pada
waktu penambahan air terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga
menimbulkan false set.
2.5 Proses Pembuatan Semen
Menurut Duda (1985) ditinjau dari kadar air umpan maka teknologi
pembuatan semen dibagi menjadi 4 proses, yaitu :
1. Proses Basah (wet process).
2. Proses Semi Basah (semi wet process).
3. Proses Semi Kering (semi dry process).
4. Proses Kering (dry process).
2.5.1
proses pengolahan yang bahan bakunya ditambah dengan air (slurry). Slurry
kemudian dikeringkan dengan Rotary Dryer inilah yang menjadi umpan kiln
dengan kadar air sekitar 25 40%. Pada umumnya digunakan Long Rotary
Kiln untuk menghasilkan terak.
Menurut Deolalkar (2009) salah satu kekurangan proses ini adalah
kebutuhan bahan bakar yang digunakan relatif banyak. Selain itu terdapat
beberapa kekurangan dan kelebihan dari proses basah antara lain :
a) Kekurangan
- Sangat korosif di pipa-pipa, di grinding media dan rantai Kiln
- Kiln yang digunakan lebih panjang dibandingkan dengan proses
-
kering.
Banyak memerlukan air proses
46
47
dengan alat granulator (pelletizer) umpan disemprot dengan air untuk dibentuk
menjadi granular dengan kadar air 10 12% dan ukurannya 10 15 mm.
Menurut Deolalkar (2009) Proses semi kering dikenal sebagai grate process.
Kiln feed dikalsinasi dengan menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau Long
Rotary Kiln. Sehingga terbentuk klinker sebagai hasil akhir proses kalsinasi.
Kekurangan dan kelebihan dari proses semi kering ini adalah :
a) Kekurangan :
- Menghasilkan debu
- Campuran tepung baku kurang homogen karena pada saat
penggilingan bahan dalam keadaan kering
b) Kelebihan :
- Kiln yang digunakan lebih pendek daripada Kiln yang digunakan
-
basah
2.5.4 Proses Kering (Dry Process)
Menurut Duda (1985), pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling
disertai pengeringan dengan jalan mengalirkan udara panas ke dalam Raw Mill
sampai diperoleh tepung baku dengan kadar air maksimal 1%, selanjutnya
tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke dalam Suspension
Preheater sebagai pemanasan awal, disini terjadi perpindahan panas melalui
kontak langsung antara gas panas dengan material dengan arah berlawanan
(Counter Current). Adanya sistem suspension preheater akan menghilangkan
kadar air dan mengurangi beban panas pada Kiln disamping itu fungsi dari
Suspension Preheater juga berfungsi sebagai tempat terjadinya kalsinasi awal
sehingg kiln tidak terlalu panjang.
Material yang telah keluar dari Suspension Preheater siap menjadi umpan
Kiln dan diproses untuk menghasilkan terak. Terak tersebut kemudian
didinginkan secara mendadak agar terbentuk kristal yang bentuknya tidak
48
a) Kelebihan :
- Rotary Kiln yang digunakan relatif pendek.
-
49
SNI 15-204904
HASIL UJI
20,22
5,95
3,68
63,59
Max. 6,00
1,34
Max. 0,60
0,44
Chlorida
0,07
59,12
13,19
8,49
10,57
50
mungkin, seperti pembuatan jalan raya bebas hambatan (jalan tol), bangunan
tingkat tinggi dan bandar udara.
4. Semen Portland Jenis IV (Low Heat Of Hydration)
Jenis semen ini adalah semen yang panas hidrasinya rendah, pengerasan
dan
pengembangannya
lambat.
Semen
jenis
ini
digunakan
untuk
51
JENIS PENGUJIAN
Komposisi Kimia (%):
Magnesium Oksida (MgO)
Sulfur Trioksida ( SO3)
Hilang Pijar (LOI)
SNI 15-2049-04
Max.
6,00
Max.
3,50
Max.
5,00
ASTM C595-03
Max. 6,00
Max. 3,50
Max. 3,00
untuk
proses
pembuatan
semen
mulai
dari
proses
52