BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Semen
Menurut Walter H.Dude. (1976), dijelaskan bahwa Semen berasal dari
kata caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan
atau mengikat bahan-bahan padat menjadi unit kesatuan yang kokoh atau
suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau
lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat
antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
3.2 Macam-macam Semen
Perbedaan macam semen tergantung pada komposisi unsur-unsur
penyusunnya dan unsur tambahan lain yang ditambahkannya.
Berbagai jenis Semen, antara lain:
1. Semen Portland
23
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
d.
e.
semen
yang
karena
komposisinya
atau
cara
24
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
25
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
5. Semen Pozzoland
Menurut G.T. Austin (1985), semen ini adalah Semen Porland yang
dicampur dengan bahan retarder seperti asam borat, casein, lignin, gula
atau organic hidroxid acid. Fungsi retarder untuk mengurangi kecepatan
pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan dalam sumur
minyak atau gas. Umumnya semen ini digunakan pada primary cementing.
3.3
Bahan Baku
a. Batu kapur (CaCO3)
Dalam keadaan murni, batu kapur berupa bahan CaCO 3 yang
mengandung calsite dan aragonite. Batu kapur tersusun atas kristal
halus dan kasar yang kekerasannya dipengaruhi oleh umur
26
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Kapur
Kadar
Menengah
(Medium
Grade
% Berat
Penyusun
CaO
40 - 55
SiO2
1 - 15
Al2O3
1 - 6
27
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Fe2O3
0,2 - 5
MgO
0,2 - 4
Alkali Oksida
0,2 - 4
SO3
2,1 - 3
Cl2
0,2 - 1
H 2O
7 - 10
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Kadar air
Bulk density
: 1,3 ton/m3
Spesific gravity
: 2,49
Titik Leleh
: 825 oC
Kandungan CaO: 47 56 %
Kuat tekan
: 31,6 N/mm2
Silika ratio
: 2,6
Alumina ratio
: 2,57
: 7 10 % H2O
28
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Menurut R.H. Perry, (1997) salah satu sifat kimia batu kapur
yaitu dapat mengalami kalsinasi.
Reaksi :
CaCO3
CaO + CO2
Fase
: Padat
Warna
: Coklat kekuningan
Kadar air
Bulk density
: 1,7 ton/m3
Titik Leleh
: 1999-2032 oC
Spesific gravity
: 2,36
Silika ratio
: 2,9
Alumina ratio
: 2,7
: 18 25 % H2O
29
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
% Berat
Penyusun
CaO
1 10
SiO2
40 -70
Al2O3
1 - 6
Fe2O3
0,2 - 5
MgO
0,2 - 4
Alkali Oksida
0,2 - 4
SO3
2,1 - 3
Cl2
0,2 - 1
H 2O
7 - 10
30
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
T = 500 C
Al2Si2O7.xH2O
Copper Slag
% Al2O3
25
% Fe2O3
85 - 95
% LOI
05
Fase
Warna
: Padat
: Hitam
Menurut R.H. Perry (1997), salah satu sifat kimia copper slag
yaitu dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO membentuk calsium
alumina ferrit.
Reaksi :
4CaO + Al2O3 + Fe2O3
4CaO.Al2O3.Fe2O3
31
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
%SiO2
%Al2O3
%Fe2O3 %MgO
%Alkali
%LOI
13
85 - 95
25
13
12
2-5
1-3
Fase
: Padat
Warna
: Coklat kemerahan
Kadar air
: 6 % H2O
Bulk density
: 1,45 ton/m3
Spesific gravity
: 2,37 gr/cm2
Silika ratio
: 5,29Alumin
Ratio
: 2,37
Menurut R.H. Perry (1997), salah satu sifat kimia pasir silika
yaitu dapat bereaksi dengan CaO membentuk garam kalsium silikat.
Reaksi :
2CaO + SiO2
3.3.3
2CaO.SiO2
Bahan Pembantu
a.
Gypsum
Bahan ini adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2
molekul
hidrat
yang
berfungsi
sebagai
penghambat
proses
32
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Kadar air
: 10 % H2O
Bulk density
: 1,7 ton/m3
Ukuran material
: 0-30mm
Menurut R.H. Perry (1997), salah satu sifat kimia gypsum yaitu
dapat mengalami pelepasan air hidrat.
Reaksi :
CaSO4.2H2O
b.
CaSO4.H2O + 1H2O
Trass (2CaO.SiO2)
Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang berbutir
halus dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2) yang telah
mengalami pelapukan hingga derajat tertentu. Trass digunakan
sebagai bahan campuran semen PPC sebagai pozzolan activity.
Penambahan trass bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi
sehingga kualitas semen menjadi lebih baik dan memberikan kuat
tekan awal yang kurang tetapi kuat tekan akhir yang stabil.
Penambahan trass dilakukkan di dalam finish mill dengan gypsum
dan terak.
Sifat Fisika :
Fasa
: padat
Warna
: putih keabu-abuan
Bentuk
: butiran
Ukuran material
: 0 30 mm
Spesifik Gravity
: 2,68 gr/cm3
Sifat Kimia :
33
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Ca(OH)2(s)
CaO.SiO2.H2O
Kelebihan :
1. Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa
luluhan.
2. Kadar Na2O dan K2O tidak menimbulkan gangguan penyempitan
dalam saluran preheater atau pipa.
3. Debu yang dihasilkan relatif sedikit.
4. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah
mencampur dan mengoreksinya.
34
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Kekurangan :
1. Tanur
putar
yang
digunakan
ukurannya
lebih
panjang
Kelebihan :
1. Umpan mempunyai komposisi yang lebih homogen
dibandingkan dengan proses kering.
35
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
2.
Kekurangan :
1. Tanur yang digunakan masih lebih panjang dari tanur putar
pada proses kering.
2. Membutuhkan filter yg berupa filter putar kontinyu untuk
menyaring
umpan
yang
berupa
buburan
sebelum
dimasukkan ke kiln.
3. Energi yang digunakan 1000 1200 kcal untuk setiap
kilogram terak
c. Proses Semi Kering (Semi Dry Process)
Menurut H. Walter Duda (1983), proses semi kering dikenal
sebagai grate proses, dimana merupakan transisi dari proses basah dan
proses kering dalam pembuatan semen.Umpan tanur pada proses ini
berupa tepung baku kering, lalu dengan alat granulator (pelletizer)
umpan disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular dengan
kadar air 10 12 % dan ukurannya 10 12 mm seragam. Kemudian
kiln feed dikalsinasi dengan menggunakan tungku tegak (shaft kiln)
atau long rotary kiln. Sehingga terbentuk klinker sebagai hasil akhir
proses kalsinasi.
Menurut Rudi Pringadi (1985), kelebihan dan kekurangan yang
diperoleh dengan proses semi kering antara lain :
Kelebihan :
Dibandingkan dengan proses basah maupun proses semi basah,
proses ini mempunyai keuntungan :
1. Tanur yang digunakan lebih pendek dari proses basah.
2. Pemakaian bahan bakar lebih sedikit.
Kekurangan :
36
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
1. Menghasilkan debu
2. Campuran tepung baku kurang homogen karena pada saat
penggilingan bahan dalam keadaan kering.
d. Proses Kering ( Dry Process )
Menurut H. Walter Duda (1983), pada proses ini bahan baku
dipecah dan digiling disertai pengeringan dengan jalan mengalirkan
udara panas ke dalam raw mill sampai diperoleh tepung baku dengan
kadar air 0,5-1%. Selanjutnya tepung baku yang telah homogen ini
diumpankan ke dalam suspension preheater sebagai pemanasan awal,
disini terjadi perpindahan panas melalui kontak langsung antara gas
panas dengan material dengan arah berlawanan (Counter Current).
Adanya sistem suspension preheater akan menghilangkan kadar air
dan mengurangi beban panas pada kiln.
Material yang telah keluar dari suspension preheater siap
menjadi umpan kiln dan diproses untuk mendapatkan terak. Terak
tersebut kemudian didinginkan secara mendadak agar terbentuk kristal
yang bentuknya tidak beraturan (amorf) agar mudah digiling.
Selanjutnya dilakukan penggilingan di dalam finish mill dan dicampur
dengan gypsum dengan perbandingan 96 : 4 sehingga menjadi semen.
Menurut I Ketut Arsha Putra (1995), kelebihan dan kekurangan
yang diperoleh dengan proses kering antara lain :
Kelebihan :
1. Rotary kiln yang digunakan relatif pendek.
2. Heat compsumtion rendah yaitu sekitar 800 1000 kcal untuk
setiap kilogram terak sehingga bahan bakar yang digunakan lebih
sedikit.
3. Kapasitas produksi besar dan biaya operasi rendah.
Kekurangan :
37
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
b.
Pengolahan Bahan
c.
d.
Penggilingan Semen
e.
Calcareous group
Batuan yang mengandung kadar CaCO3 lebih dari 75%
contohnya limestone dengan kadar CaCO3 96 98% yang
tergolong High grade limestone, yang lebih sering dipakai
untuk membuat semen.
38
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
b) Silicions group
Material yang mengandung mineral silica (SiO2) dan
alumina besi (FeO2) serta kandungan CaCO3 nya kurang
dari 75%, contohnya clay atau tanah liat.
c) Argillaceonss group
Material yang menyumbangkan komponen alumina.
d) Ferry Ferrons group
Material yang menyumbangkan komponen besi.
Jarang sekali ditemukan bahan yang mengandung komponen
tersebut diatas dengan perbandingan yang diinginkan. Oleh karena itu
diperlukan bahan baku yang memenuhi syarat dalam pembuatan
bahan baku. Untuk mendapatkan proporsi komponen-komponen
utama semen dalam campuran bahan baku dengan tepat, maka
diperlukan bahan tambahan berupa copper slag, pasir silika dan
gypsum sehingga akan diperoleh semen dengan kualitas yang baik.
2. Bahan Koreksi
Bahan yang dipakai untuk melengkapi komponen apabila
belum memenuhi syarat dibuat raw mill, umumnya dipakai
bahan yang mempunyai kemurnian tinggi, contohnya :
39
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
yang
mengandung
deposit
bahan
tersebut.
d. Peledakan (Blasting)
Tahap ini dilakukan untuk melepaskan batuan dari
batuan induknya.
40
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
lubang
kosong
ini
untuk
meredam
getaran
yang
Detonator
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk peledakan
adalah :
- Blasting Machine (mesin peledak)
- Blasting Ohmmeter (alat ukur daya ledak)
Untuk menghindari kecelakaan akibat percikan dan
lontaran batuan yang diledakkan, maka di sekitar lokasi
peledakan diberi pengamanan.
41
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
mengalami
penggilingan
dan
pencampuran
serta
Pelepasan kristal ini terjadi pada kristal hidrat dari tanah liat.
Reaksi :
2SiO2.xH2O(s)
2SiO2(s) + 2H2O(g)
500 600 oC
Al2O3.xH2O(s)
Al2O3(s) + 2H2O(g)
C.
42
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
500 600 oC
3. Terjadi proses calsinasi
Tahapan penguapan CO2 dari limestone dan mulai calsinasi
terjadi pada suhu 700 900 oC.
Reaksi :
MgCO3(s)
MgO(l) + CO2(g)
700 900 oC
CaCO3(s)
CaO(l) + CO2(g
700 900 oC
800 930 oC
5. Reaksi pembentukan senyawa semen C3A dan C4AF
Pada suhu 1100 1200 oC terjadi pembentukan garam
calsium aluminat dan ferrit.
Reaksi :
3CaO(l) + Al2O3(l)
1100 1200 oC
4CaO(l) + Al2O3(l) + Fe2O3(l)
1100 1200 oC
6. Reaksi pembentukan senyawa semen C3S
43
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
1260 1455 oC
Kemudian klinker didinginkan dalan CLinker Cooler sampai
temperatur 1030C.
d. Penggilingan Semen
Setelah klinker didinginkan di dalam cooler selanjutnya
dilakukan penggilingan. Pada proses ini dilakukan penambahan
gypsum dengan perbandingan 96 : 4 yang berfungsi sebagai
penghambat proses pengeringan pada semen. Penggilingan dilakukan
dalam dua tahap yaitu dalam hidroulic roll crusher sebagai
penggilingan awal, dilanjutkan dengan penggilingan dalam ball mill
untuk mendapatkan produk semen yang diinginkan. Semen yang
keluar dari ball mill mempunyai tingkat kehalusan 325 mesh dan lolos
ayakan 90%.
e. Pengisian dan Pengantongan Semen
Semen dari produk finish mill kemudian diangkut oleh air
slide masuk ke semen silo. Dari silo penyimpanan, semen dilewatkan
ke vibrating screen untuk memisahkan semen dari kotoran
pengganggu seperti logam, kertas, plastik atau bahan lain yang terikut
dalam semen. Setelah bersih semen masuk kedalam bin semen. Untuk
semen curah langsung dibawa ke bin semen curah dan selanjutnya
diangkut oleh truk untuk didistribusikan ke konsumen. Sedangkan
untuk semen kantong, semen dibawa ke bin roto packer untuk
dilakukan pengisian dan pengantongan semen. Pabrik semen
44
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Komposisi Semen
Menurut G.T. Austin (1995) menyatakan bahwa 4 senyawa utama
yang menyusun semen yaitu, Oksida Kapur (CaO), Oksida Silika (SiO 2),
Oksida Besi (Fe2O3) dan Oksida Alumina (Al2O3). Kandungan dari
keempat oksida utama tersebut kurang lebih 90% dari berat semen dan
biasanya disebut Mayor Oxide , sedangkan sisanya 10 % disebut
Minor Oxide seperti ; Oksida Magnesium (MgO), Oksida Kalium
(K2O), Oksida Natrium (Na2O) dan gas sulfur (SO2). Keempat oksida
mayor tersebut dibakar dengan perbandingan tertentu akan menghasilkan
senyawa-senyawa penyusun semen yaitu :
a.
b.
c.
d.
Keterangan :
a.
pengikatan
kekuatan
awal,
terutama
memberi
2)
45
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
3)
c.
d.
b.
46
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
47
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
48
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
3CaO.2SiO2.3H2O(s) + 3Ca(OH)2(s)
Hidrasi C3A
Hidrasi CA dengan air yang berlebih pada suhu 30C akan
menghasilkan kalsium alumina hidrat ( 3CaO.AlO.3HO) yang
mana kristalnya berbentuk kubus, didalam semen karena adanya
gypsum maka hasil hidrasi CA sedikit berbeda. Mula-mula CA
akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang
kristalnya berbentuk jarum dan biasa disebut ettringite namun pada
akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium aluminate
hidrat ( CAH).
Hidrasi CA tanpa gypsum ( 30 C)
3CaO.AlO (s) + 6HO (l)
3CaO.AlO.6HO
- Hidrasi CA dengan gypsum ( 30 C)
3CaO.AlO+3CaSO(s)+32 HO(l)
3CaO.AlO.3CaSO.32
-
HO(s)
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda
pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan
49
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Hidrasi C4AF
Reaksi:
4CaO.Al2O3.Fe2O3(s)+2Ca(OH)2(s)+4H2O(l)3CaO.Al2O3.3H2O(s)+
3CaO.Fe2O3.3H2O(s)
Faktor-faktor yang mempengaruhi panas hidrasi antara lain :
- Kehalusan dari semen
- Jumlah air yang digunakan
- Temperatur
- Additive
Dalam hal ini perlu diketahui kecepatan hidrasi akan menentukan
50
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Penyusutan
Penyusutan akan naik pada saat naiknya C3A, akan tetapi masih
dipengaruhi oleh adanya gypsum. Untuk kandungan C3A yang sama
maka penyusutan akan berbeda karena kadar gypsum berbeda. Optimum
gypsum pada semen tercapai pada saat didapat kekuatan tekan tinggi dan
penyusutan terkecil. Penyusutan akan naik sebanding dengan naiknya
kehalusan semen.
51
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
3.5.5 Fineness
Fineness disebut juga kehalusan semen yang dinyatakan dalam
cm2/gr atau m2/kg dan tergantung pada derajat grinding. Laju hidrasi
semen tergantung pada kehalusan, makin halus semen makin cepat
pengembangan kekuatan. Makin halus semen akan mengakibatkan :
Biaya penggilingan semakin mahal
Pada daerah terbuka akan cepat mengalami kerusakan
Makin mudah bereaksi dengan agregrat yang reaktif alkali
Reaksi hidrasi semakin cepat sehingga perlu adanya penambahan
gypsum untuk mengurangi laju C3A.
3.5.6
Kelembaban Semen
Kelembaban terjadi semen jika semen disimpan pada temperatur
False Set
52
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Hidraulic Modulus ( HM )
Yaitu perbandingan dari persentase CaO dengan total factor
hydraulic yang terdiri dari jumlah oksida silica, alumina dan besi.
Harga
HM
CaO
SiO 2 Al 2 O3 Fe2 O3
......................................................( 1 )
53
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
100 CaO
2,8 SiO 2 1,18 Al 2 O3 0,65 Fe 2 O3
....................................( 2 )
54
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
3.
Silika Ratio ( SR )
Menurut Walter H. Duda (1983), SR yaitu bilangan yang
menyatakan perbandingan antara oksida silika dengan alumina dari
besi.
SR
SiO 2
Al 2 O3 Fe2 O3
..................................................................( 3 )
55
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
4.
Alumina Ratio ( AR )
Menurut Walter H. Duda (1983), AR yaitu bilangan yang
menyatakan perbandingan antara oksida alumina dengan oksida besi.
AR
Al2 O3
Fe2 O3
....................................................................................( 4 )
56
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Sifat
Kimia
Fisika
Komposisi
SNI
MgO
< 2 persen
< 6 persen
SO3
< 3 persen
LOI
< 5 persen
< 5 persen
Free Lime
< 2 persen
< 2 persen
Blaine
Vicat Awal
100 menit
> 45 menit
Vicat Akhir
Kuat Tekan
3 hari 85 kg/cm2
57
Laporan Praktek Kerja Industri tanggal 1 s/d 31 Maret 2016
di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Autoclave
False Set
> 50 persen
> 50 persen