TINJAUAN PUSTAKA
adalah 1,8 3,0 dalam satuan Mohs. Komposisi batu kapur pada pembuatan
Semen Portland dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Batu Kapur pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun
% Berat
CaO
49,80 52,46
SiO2
3,76 6,75
Al2O3
0,71 2,00
Fe2O3
0,36 1,47
MgO
0,30 1,48
Alkali
0,40 0,44
SO3
0,01 1,10
LOI
39,65 40,89
Sumber: Duda, 1975
Menurut Perry (1997), sifat fisika batu kapur sebagai berikut:
-
Fase
: Padat
Warna
: Putih
Berat molekul
: 100,09 gr/mol
Densitas
: 2,93 gr/ml
Titik lebur
: 825oC
Kadar air
: 8%
Menurut Deolalkar(2009) salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat
mengalami kalsinasi.
Reaksinya :
CaCO3 (S)
600-850oC
Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berwarna agak kecoklatan apabila
terkontaminasi dengan tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyak
dalam batu kapur adalah CaCO3
Alkali
LOI
0,80 2,71
6,40 10,40
Fase
Warna
Specific heat
Densitas Bulk
Kadar air
Densitas
: Padat
: Coklat kekuningan
: 0,224 cal/goC
: 143 lb/ft3
: 18-25%
: 2,0-2,6 gr/mol
Menurut Kohlhaas (1983) salah satu sifat kimia tanah liat yaitu dapat
mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500C.
Reaksinya :
T = 400 - 750 C
Al2Si2O7.xH2O(s)
Al2O3 (s) + 2SiO2 (s) + xH2O(g)
2.2.2 Bahan Koreksi dalam Pembuatan Semen
1. Copper Slag
Menurut Kohlhaas (1983) copper slag adalah sebagai pembawa oksida
besi. Copper slag digunakan karena memppunyai kandungan besi yang tinggi
sehingga menyebabkan material ini mempunyai densitas yang tinggi dan juga
berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan pasir alam. Copper slag digunakan
sebagai pengganti pasir besi karena harga pasir besi lebih mahal dibandingkan
dengan copper slag. Spesifikasi copper slag pada pembuatan semen portland
dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Komposisi Cooper Slag pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun
% Berat
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
LOI
Sumber: Duda, 1975
20 25
39
45 60
0,5 2,5
1,5 7
0,3 0,6
5 12
4CaO.Al2O3.Fe2O3
.......
(C4AF)
99,2
0,5
0,2
Fase
Warna
Berat molekul
Densitas
Titik lebur
: Padat
: Coklat kemerahan
: 60,06 gr/mol
: 2,32 gr/ml
: 1710 oC
2CaO.SiO2 ............(C2S)
1. Gypsum (CaSO4.2H2O)
Menurut Austin (1996), gypsum adalah mineral yang terdapat dalam
endapan besar di seluruh dunia. Gypsum adalah hidrat kalsium sulfat dengan
rumus CaSO4.2H2O. Gypsum dapat diambil dari alam ataupun secara sintetis.
Gypsum terdapat didanau ataupun gunung, warna kristalnya adalah putih.
Gypsum berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan pada semen.
Penambahan gypsum dilakukan pada penggilingan akhir. Menurut Alsop (2003)
penambahan gypsum pada finish mill berkisar antara 3 5 % hal itu bertujuan
untuk mengatur pengerasan semen
Menurut Perry (1997), sifat fisika gypsum sebagai berikut:
-
Warna : Putih
Specivic gravity
Titik Leleh
Titik didih
Kelarutan
Fase
: Padat
: 2,32
: 128 oC
: 163 0C
: 0.223 dalam 0 oC
2. Trass
Menurut Taylor (1990) Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi
yang berbutir halus dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO 2) yang
telah mengalami pelapukan hingga temperatur tertentu. Trass digunakan sebagai
bahan campuran semen PPC sebagai pozzolan activity. Penambahan trass
bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen menjadi
lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi kuat tekan akhir
yang stabil. Penambahan trass dilakukan dalam Finish Mill bersamaan dengan
penambahan gypsum. Komposisi trass pada pembuatan semen portland
pozzolan dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Komposisi Trass pada pembuatan semen portland pozzolan
Komponen Penyusun
% Berat
SiO2
52,12 89,22
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
LOI
Na2O
SO3
Sumber : Taylor, 1990
3,05 19,59
2,54 9,91
0,77 9,27
1,20 4,42
3,05 11,10
0,85 4,97
0,16 7,61
proses pengolahan yang bahan bakunya ditambah dengan air (slurry). Slurry
kemudian dikeringkan dengan Rotary Dryer inilah yang menjadi umpan kiln
dengan kadar air sekitar 25 40%. Pada umumnya digunakan Long Rotary
Kiln untuk menghasilkan terak.
Menurut Deolalkar (2009) salah satu kekurangan proses ini adalah
kebutuhan bahan bakar yang digunakan relatif banyak. Beberapa kekurangan
dan kelebihan dari proses basah antara lain :
1. Kekurangan
- Sangat korosif di pipa-pipa, di grinding media dan rantai Kiln
- Kiln yang digunakan lebih panjang dibandingkan dengan proses
-
kering.
Banyak memerlukan air proses
Kapasitas produksi lebih sedikit dibandingkan dengan proses lain
apabila menggunakan peralatan dengan ukuran yang sama maka
basah
2.3.4 Proses Kering (Dry Process)
Menurut Duda (1975), pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling
disertai pengeringan dengan jalan mengalirkan udara panas ke dalam Raw Mill
sampai diperoleh tepung baku dengan kadar air maksimal 1%, selanjutnya
tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke dalam Suspension
Preheater sebagai pemanasan awal, disini terjadi perpindahan panas melalui
kontak langsung antara gas panas dengan material dengan arah berlawanan
2.
Kelebihan :
Rotary Kiln yang digunakan relatif pendek.
:Memberikan
tekan semen.
memberikan
C3A
memberikan
pengaruh
terjadi karena :
Ukuran partikel bahan baku tidak cukup halus
Pembakaran klinker tidak sempurna
Kandungan alkali dalam bahan baku terlalu tinggi
Dekomposisi mineral klinker selama proses pendinginan
Semen yang berkualitas baik kandungan freelime harus dibawah 2%,
apabila kandungan freelime terlalu tinggi maka beton akan memiliki
Menurut Taylor (1990), ketika semen dicampur dengan air maka proses
kimia akan berlangsung yang disebut proses hidrasi. Bahan kimia dalam semen
bereaksi dengan air dan membentuk menjadi senyawa baru pengikat hidrasi.
-
3CaO.2SiO2.3H2O(s) + 3Ca(OH)2(s)
3CaO.2SiO2.3H2O(s) + Ca(OH)2(s)
3CaO.Al2O3.6H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
3CaO.Al2O3.3H2O(s) +
2Ca(OH)2(s) + 4H2O(l)
3CaO.Fe2O3.3H2O(s)
dan
dalam
air
dan
membentuk
High
Calsium
Sufaluminate
Hydrat
Sifat kimia semen yang lain adalah kandungan free lime yang dimilikinya.
Free lime adalah kapur (CaO) yang tidak ikut bereaksi selama pembentukan
terak. Kadar CaO (free lime) di dalam semen dibatasi maksimal 1%. Kadar free
lime yang tinggi membuat beton memiliki kuat tekan yang rendah dan
membentuk gel yang akan mengembang (swelling) dalam keadaan basah
sehingga dapat menimbulkan keretakan pada beton.
4. LOI (Lost On Ignition)
Menurut Duda (1975), LOI adalah hilangnya beberapa mineral akibat
pemijaran. Senyawa yang hilang akibat pemijaran adalah air dan CaO.
Kristal-kristal tersebut mudah terurai mengalami perubahan bentuk untuk jangka
waktu yang panjang sehingga dapat menimbulkan kerusakan beton setelah
beberapa tahun. Kadar LOI perlu diketahui agar penguraian mineral dalam
jumlah yang besar dapat dicegah.
2.5.2 Sifat Fisika Semen
1. Kehalusan (Fineness)
Menurut Kohlhaas (1983) Fineness semen disebut juga kehalusan
semen yang dinyatakan dalam cm2/gr atau m2/kg dan tergantung pada
derajat grinding. Kehalusan sangat berpengaruh terhadap kecepatan
hidrasi semen, semakin tinggi kehalusan maka kecepatan hidrasi semen
juga akan semakin meningkat.
2. Waktu Pengikatan (Setting Time)
Menurut Kohlhaas (1983), Setting time ditentukan bila pasta semen
telah mengalami setting (yang telah mengental) dan hardening (yang
telah mengeras) selama beberapa jam. C3A akan bereaksi paling cepat
menghasilkan CAH berbentuk gel dan bersifat kaku, tetapi CAH akan
bereaksi dengan gypsum membentuk ettringite yang akan membungkus
permukaan CAH dan C3A sehingga reaksi C3A akan dihalangi dan proses
Premature
Setting)
terjadi
beberapa
menit
setelah
penambahan air. Standar mutu dari false set > 58%, jika kurang dari
standar mutu tersebut maka semen akan cepat kaku bila ditambahkan air.
Penyebab terjadinya false set:
1. Dehidrasi gypsum, terjadi apabila gypsum ditambahkan kedalam klinker
yang terlalu panas, gypsum akan berubah menjadi gypsum semi hidrat
atau anhidrat yang bila dicampur dan diaduk dengan air akan terbentuk
gypsum kembali dan adukan menjadi kaku.
2. Reaksi alkali selama penyimpanan dengan karbonat. Alkali karbonat
bereaksi dengan Ca(OH)2 kemudian mengendap dan menimbulkan
kekakuan pada pasta.
3. C3S bereaksi dengan udara pada kelembaban yang tinggi dan pada
waktu penambahan air terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga
menimbulkan false set.
2.6 Macam-macam Semen
2.6.1 Semen Portland
Menurut Austin (1996) Semen Portland didefinisikan sebagai produk
yang didapatkan dari penggilingan halus klinker yang terdiri terutama dari
kalsium silikat hidraulik, dan mengandung satu atau dua bentuk kalsium
silikat sebagai tambahan antar giling. Kalsium silikat hidraulik mempunyai
kemampuan mengeras tanpa pengeringan atau reaksi dengan karbon
dioksida udara. Semen portland diklasifikasikan dalam 5 jenis, yaitu :
1. Semen Portland Jenis I (Ordinary Portland Cement)
Semen hidrolis yang digunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti
konstruksi bangunan yang tidak memiliki persyaratan khusus, antara lain
bangunan rumah, gedung bertingkat, landasan pacu.
2. Semen Portland Jenis II (Moderate sulfat resistance)
Semen jenis ini digunakan untuk bangunan yang memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang, seperti bangunan pinggir
laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, bendungan.
3. Semen Portland Jenis III (High Early Strength)
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan bangunan yang memerlukan tekan awal yang tinggi setelah
proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat
mungkin, seperti pembuatan jalan raya bebas hambatan (jalan tol),
bangunan tingkat tinggi dan bandar udara.
4. Semen Portland Jenis IV (Low Heat Of Hydration)
Jenis semen ini adalah semen yang panas hidrasinya rendah, pengerasan
dan pengembangannya lambat. Semen jenis ini digunakan untuk
pembangunan beton yang berdimensi besar.
5. Semen Portland Jenis V (Sulfat Resistance Cement)
Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,
pelabuhan dan pembangkit nuklir.
menghasilkan
beton
dengan
kecepatan
pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat dan asam,
akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen ini mempunyai
kecepatan pengerasan awal yang lebih baik daripada Semen Portland
Tipe III. Bahan baku pembuatan semen ini adalah batu kapur dan bauksit.
2.6.3 Semen Portland Pozzolan (Portland Pozzoland Cement)
SNI 15-2049-04
HASIL UJI
20,22
5,95
3,68
63,59
Max. 6,00
1,34
Max. 0,60
0,44
Chlorida
0,07
59,12
13,19
8,49
10,57
3.
untuk
proses
pembuatan
semen
mulai
dari
proses