II.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kehamilan yang belum mencapai cukup bulan tergantung
pada usia kehamilan, perkiraan berat badan janin, dan ada tidaknya kontraindikasi untuk
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan cukup bulan. Kondisi yang
mengharuskan terminasi kehamilan antara lain :
Maternal
Fetal
Hipertensi berat
Kematian janin
Preeklampsia berat
Eklampsia
Korioamnionitis
Erythroblastosis fetalis
IUGR
Perdarahan
Solusio plasenta
Plasenta previa
DIC
Dilatasi serviks > 4 cm
Tabel 2. Indikasi terminasi kehamilan prematur
Pada usia kehamilan 24 34 minggu atau taksiran berat janin 600 2500 gram,
maka kehamilan diusahakan untuk dipertahankan sampai keadaan janin lebih
memungkinkan untuk hidup di luar kandungan. Tirah baring sangat dianjurkan pada ibu
hamil yang memiliki risiko untuk mengalami persalinan preterm.
Pemberian kortikosteroid bermanfaat untuk mempercepat proses pematangan paru
janin sehingga dapat mengurangi insiden neonatal respiratory distress syndrome,
perdarahan intraventrikular, dan kematian neonatal. Ada 2 protokol pemberian
kortikosteroid pada ibu hamil dengan risiko persalinan preterm :
1. Betametason 12 mg/24 jam IM hingga 2x pemberian
2. Deksametason 6 mg/12 jam IM hingga 4x pemberian
Manfaat pemberian kortikosteroid mulai tampak 24 jam setelah pemberian,
kemudian kerja obat mencapai puncak setelah 48 jam dan akan bertahan selama 7 hari.
Apabila setelah pemberian kortikosteroid berhasil dan kehamilan dapat dipertahankan
hingga 1 minggu, maka tidak perlu diberikan kortikosteroid ulang karena pemberian
yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan dan keterlambatan
perkembangan psikomotor pada janin.
Pada kehamilan 34 37 minggu atau taksiran berat janin sudah lebih dari 2500
gram, maka morbiditas janin akan lebih rendah dan pemberian kortikosteroid untuk
membantu pematangan paru janin sudah kurang efektif.
Bila pasien tetap mengalami kontraksi serta pada pemeriksaan didapati serviks yang
memendek dan mengalami dilatasi, maka dapat diberikan tokolitik. Tujuan jangka
pendek pemberian tokolitik adalah mempertahankan kehamilan minimal 48 jam
sesudah pemberian kortikosteroid di mana kerja kortikosteroid sudah mencapai
Nama generik
Nama dagang
Dosis i.v
Dosis oral
(ug/menit)
(mg/hari)
Isoxuprine
Duvadilan
50 200
4 8 x 10
Salbutamol
Ventolin
20 50
24x4
Terbutalin
Brikasma
10 20
3x5
Hexoprenalin
Ipradol
0,075 0,3
8 x 0,5
e
Tabel 3. Contoh obat golongan beta mimetik
2.
Magnesium sulfat
Magnesium sulfat bekerja menghambat pengambilan kalsium oleh sel-sel otot
halus sehingga mengurangi kontraktilitas, termasuk kontraksi uterus.
Obat pada awalnya diberikan sebanyak 4 gram melalui infus, yaitu sebanyak 40
mL larutan 10%. Dosis lanjutan sebanyak 2 gram/jam berupa infus 200 mL larutan
10% kalsium glukonas dalam 800 mL dextrose 5%. Pemberian tokolitik dihentikan
bila kontraksi uterus berkurang hingga kurang dari 4 6 kali/jam atau bila
dinyatakan gagal, yaitu dilatasi serviks sudah mencapai 5 cm.
Magnesium sulfat memberikan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
dengan obat beta mimetik adrenergik. Namun dosis terapeutiknya sangat sempit dan
hanya berbeda sedikit dengan dosis yang dapat menimbulkan depresi pernapasan
dan kardiovaskular.
Pasien yang diberikan magnesium sulfat harus dulakukan observasi untuk
mencegah terjadinya toksisitas melalui pemeriksaan refleks tendon dalam,
pemeriksaan paru, dan perhitungan balans cairan. Bila pemberian magnesium sulfat
telah melewati dosis terapeutik, maka dapat diberikan antidotum berupa kalsium
glukonas 10% sebanyak 10 mL secara intravena untuk mencegah terjadinya efek
samping yang berbahaya.
3.
Nifedipin
Nifedipin sebagai calcium channel blockers bekerja menghambat pengambilan
kalsium oleh sel otot halus uterus sehingga mengurangi kontraktilitas uterus.
Beberapa hasil studi menyatakan nifedipin lebih efektif sebagai tokolitik
dibandingkan beta mimetik adrenergik dan memiliki efek samping yang lebih
sedikit.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain hipotensi, takikardi, sakit kepala,
mual, dan muntah.
4.
Indometasin
Indometasin bekerja menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan
mediator penting untuk kontraksi otot uterus. Indometasin memiliki efektivitas yang
sama seperti ritodrine namun memiliki efek samping terhadap janin yang jauh lebih
besar seperti disfungsi ginjal yang menyebabkan oligohidramnion, hipertensi
pulmonal,
penutupan
duktus
arteriosus
sebelum
waktunya,
perdarahan