Anda di halaman 1dari 8

WAHAM

Konsep Dasar Waham


A. Pengertian
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman (comprehension),
ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau asosiasi yang terarah kepada
tujuan dan yang di bangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada
suatu penyelesaian yang terorientasi pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal.
Aspek proses berfikir dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi
pikir. Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi
pikiran verbal diantaranya adalah waham. ( menurut marasmis 2005 hal.133)
Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi
proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor fsikologi
(gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang lain) yang sangat
mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses pikir yaitu : bentuk pikir,
arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.
Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah
dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada selama
sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi pasien
terhadap system waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu. Pasien secara
relative biaanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya
sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut. ( hal 216)
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang
salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap
dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham
sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. ( hal 27).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya
atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan
kemustahilan hal itu ( Marasmis 2005 hal 117).
Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan ide-ide yang salah.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu
perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide,
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti
yang ada.
B. Jenis-Jenis Waham
adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 1998) dan Keliat
(1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
1

a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan
beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan
terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin
bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai
dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah
meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
C. Fase-Fase Waham
1. Lack of Selfesteen
- Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara kenyataan
dan harapan. Ex : perceraian->berumah tangga tidak diterima oleh lingkungannya.
2. Control Internal Eksternal
- Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan
3. Environment support
- kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru tari
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan, klien merasa
didukung, klien menganggap hal yang dikatakan sebagai kebenaran, kerusakan
control diri dan tidak berfungsi normal (super ego)
4. Fisik Comforting
klien merasa nyaman dengan kebohongannya
5. Fase Improving
- Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat.
Respon neurobiologist
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan sundeen, 1998
hal 302) :
Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif

Respon maladaptif
maladaptif

Pikiran logis
Persepsi akurat

Distorsi pikiran
Ilusi

Gangguan proses
pikir/delusi/waham
Halusinasi

Emosi konsisten dengan


pengalaman

Reaksi emosi berlebihan


atau kurang

Sulit brespon emosi

Prilaku sesuai
Berhubungan social

Prilaku aneh
Menarik diri

Prilaku disorganisasi
Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan
diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir
terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai
menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi
pikir : waham curiga.
Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus
mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam
penelitiannya memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktivita kognitif
dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yangnn sakit untuk mempertahanakna intrgritas
tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dna membatasi adanya kerusakan yang
tidak bisa dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pad
atindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stress.
a. Prilaku mnyuerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Prilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologic untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Prilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseoprang mengoprasikan,
menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Mekanisme pertahana ego, merupakan mekanismne yang dapat membantu mengatasi
cenas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan
diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptive terhadap stress. (Anonymous, 2009).
D.

Psikopatologi Waham

Etiologi
Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa hal-hal yang menyebabkan gangguan
isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panic, menekan rasa
takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah., kemungkinan factor herediter.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai
berikut :
3

1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter
yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang
berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi
pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam
anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan
suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anakanak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan
masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu
memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan.
Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan
orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain.
c.

Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu


ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling
mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang
ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali
merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan
isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
4

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang


berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan

terhadap

penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian,


tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.
E. Proses terjadinya waham
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan
sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta.
Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan.
Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan
menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga
dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai
cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan
regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat
disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang
memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi
sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi
yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga
diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain,
situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.
F. Akibat dari Waham
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

G. Gejala- Gejala Waham


Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:
5

a. Status mental
1)

Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila
ada sistem waham abnormal yang jelas.

2)

Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.

3)

Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.

4)

Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri,


mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.

5)

Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas


depresi ringan.

6)

Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali
pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.

b. Sensori dan kognisi


1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham
spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3) Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan
terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai
perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
H. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a)

Chlorpromazine

Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis.
Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya
optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal :
31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c)

Haloperidol

Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal :


30,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi
gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam
waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan
6

yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan
oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu
penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan
reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari
Difehidamin
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis :
75-300 mg/hari.
Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal :
25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif,
kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obatobat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital

: 16-320 mg/hari

Meprobamat

: 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida
b.

: 15-100 mg/hari

Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.

Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung
ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya.
Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa
tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan
konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu
menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : Anda pasti merasa
sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis persepsi
wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah
membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien
membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
c. Terapi Keluarga
7

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu
dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi
dan membantu perawatan klien.

Anda mungkin juga menyukai