Anda di halaman 1dari 16

Fisiologi Hidung

Anatomi Hidung
Persarafan :
Cabang dari N. Oftalmikus (N.
Supratroklearis, N. Infratroklearis)
Cabang dari N. Maksilaris (ramus
eksternus N. Etmoidalis anterior)

Perdarahan :
A. Nasalis anterior (cabang A.
Etmoidalis yang merupakan cabang
dari A. Oftalmika, cabang dari a.
Karotis interna).
A. Nasalis posterior (cabang
A.Sfenopalatinum, cabang dari A.
Maksilaris interna, cabang dari A.
Karotis interna)
A. Angularis (cabang dari A.
Fasialis)

Cavum nasi
Permukaannya dilapisi oleh epitel
kolumner berlapis semu yang
mempunyai silia dan diantaranya
terdapat sel sel goblet. Pada bagian
yang lebih terkena aliran udara
mukosanya lebih tebal dan kadang
kadang terjadi metaplasia menjadi sel
epital skuamosa.
Permukaan selalu basah, dilapisi
mucous blanket, yang dihasilkan oleh
kelenjar mukosa dan sel goblet .

Cavum Nasi

Fungsi
Reseptor dari N.olfactorius
Sebagai jalan pernafasan, gangguan jalan nafas o.k :

Pembesaran tonsil/adenoid
Deviasi septum nasal
Polyp, tumor
Sinusitis
Allergi di mukosa hidung

Menyaring udara yang masuk


Membasahi udara pernafasan
Berperan dalam pembentukan suara
Kosmetik

N.Olfactorius

Menerima rangsang kimia yg terkandung


dlm udara yang melewati hidung
menyentuh membran olfactoria

Syarat bahan dapat dibau :

Zat harus mudah menguap


Zat harus sedikit larut dlm air shg
dpt melalui mukus untuk
mencapai sel olfactoria
Zat harus larut dalam lemak,
supaya dapat melekat pada
membran sel olfactoria yang akan
sebabkan terjadinya potensial aksi
Perekaman listrik pada bulbus olfacto.
Disebut elektro-olfaktogram

Permukaan

mucosa pembau pada hewan lebih


luas sehingga penciumannya lebih tajam
(macrosmatic), sedang pada manusia luas
permukaan lebih kecil (microsmatic)

Area

Sel

2,4 cm2

olfaktori
merupakan sel
saraf bipolar yang
berasal dr SSP
Sel suspentakular

Sel Olfaktori
Silia olfaktori (sel
rambut )
Setiap sel olfaktori 6-

12 sel rambut
Diameter : 0,3 mikron,
panjang : 50 80 mikron

Glandula Bowman
sekresi mukus

Adaptasi : 50 % pada
detik pertama

Adaptasi terhadap bau cepat


Kepekaan bersifat
individual dpt berkaitan
dengan emosi
Pengendalian sentrifugal :
inhibisi ke bulbus olfaktori
Diskriminasi bau dpt
bedakan 2000 4000 macam
bau. Percampuran bhn bau
akan membuat bau baru
Bila ujung reseptor nyeri di
hidung terangsang kan
menimbulkan reflek bersin
Ambang pembau sangat
rendah :

Indera Pembau

Transmisi Sinyal Penghidu


Sel olfaktori glomerulus sel mitral bulbus olfaktori traktus
olfaktori.
Kecepatan 1-3 denyutan per detik (maksimal : 20 impuls per detik)
Traktus olfaktori
Primer
Daerah olfaktori medial (anterior hipothalamus)
Nukleus olfaktorius
Tuberkulum olfaktorius
Bagian dari hipothalamus

Daerah olfaktori lateral


Korteks prepiriformis
Korteks piriformis
Sebagian nukleus amidaloid

Sekunder
Sistem Limbik
Regio thalamus
Nukleus batang otak

Daerah Olfaktori Lateral


Aspek olfaktori yang rumit
Sensasi olfaktori sensasi somatik, visual, taktil
Berhubungan dengan unkus, korteks
orbitofrontalis dan korteks frontalis : nafsu makan
dls
Piriformis : korteks olfaktori primer

Idera Penghidu
Rangsang pembau akan
diteruskan ke :
Korteks olfaktorius yg pada
manusia terletak pada korteks
piriformis.
Sistim limbik untuk persepsi
sadar pembau
Amigdala yg berperan pada
respons emosi
Lapar
Enak/nyaman
Seks

Chemoreseptor di
mulut
Saliva

Kelenjar Saliva

N. Parasimpatis

Pusat salivari di
Medula

Kelaianan
Kelainan pembau:

Anosmia : hilangnya daya pembau


Hiposmia : berkurangnya kepekaan membau
Parosmia : perubahan kesan pembau
Hyperosmia : Bertambahnya kepekaan membau (pada histeri)
Halusinasi bau : pada penderita psychosis.

Penyebab :

Infeksi
Allergy
Rongga hidung tersumbat
Kerusakan saraf / degenerasi
Tumor

Anda mungkin juga menyukai