BAB VI
JOMINY
6.1 PENDAHULUAN
6.1.1
Latar Belakang
Dalam dunia industri kita membutuhkan material yang kuat untuk suatu
produk. Material yang keras sangat menentukan kualitas produk yang kita buat.
Kekerasan suatu logam bisa ditingkatkan dengan beberapa cara, salah satunya dengan
cara melakukan perlakuan termal pada logam tersebut.
Untuk mengetahui sifat mampu keras dari logam dapat kita lakukan
percobaan Jominy. Setelah logam dipanaskan, dilakukan pendinginan dengan
menyemprotkan air pada ujung spesimen dan dilakukan uji keras.
6.1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui sifat mampu keras dari baja;
2. Membandingkan hasil pengujian dengan hasil teoritis.
6.1.3
Manfaat
Ada beberapa manfaat yang dapat kita dapatkan setelah melakukan praktikum
Jominy, yaitu :
1. Dapat mengetahui sifat mampu keras dari baja;
2. Dapat membandingkan hasil pengujian dengan hasil teoritis.
104
jominy
6.2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada pemakaian sehari-hari sering dibutuhkan adanya peningkatan kekerasan
dari baja. Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis
lokal akibat penetrasi dipermukaan. Peningkatan kekerasan bergantung pada sifat
mampu keras dari baja itu sendiri. Sifat mampu keras merupakan kemampuan
material untuk ditingkatkan kekerasannya dengan serangkaian perlakuan panas. Sifat
mampu keras dari baja tergantung pada komposisi kimia dan kecepatan pendinginan.
Tidak semua baja dapat dinaikkan kekerasannya. Baja karbon menengah dan
baja karbon tinggi dapat dikeraskan, sedangkan baja karbon rendah tidak dapat
dikeraskan. Kandungan karbon yang tinggi mempercepat terbentuknya fasa martensit
yang menjadi sumber dari kekerasan dari baja. Kekerasan maksimum hanya dapat
dicapai bila terbentuknya martensit 100%. Baja dapat bertransformasi dari austenit ke
ferrit dan karbida. Transformasi terjadi pada suhu tinggi sehingga kemampuan
kekerasannya rendah.
Percobaan Jominy, bertujuan untuk mengetahui Hardenability suatu logam.
Cara untuk mengetahuinya adalah:
1. Bila laju pendinginan dapat diketahui, kekerasan dapat lansung dibaca dari kurva
2.
kemampuan keras.
Bila kekerasan dapat diukur, laju pendinginan dari titik tersebut dapat diperoleh.
Pada uji Jominy ini, material dipanaskan dalam tungku dipanaskan sampai
105
jominy
106
jominy
Kecepatan pendinginan
Setelah logam dipanaskan, lalu dilakukan pendinginan cepat, maka logam akan
menjadi semakin keras. Proses pendinginan material dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Annealing
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 727 0 C ) lalu diholding kemudian
dibiarkan dingin didalam tungku. Proses ini menghasilkan material yang
lebih lunak dari semula.
b. Normalizing
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 727 0 C ) lalu diholding kemudian
didinginkan di udara.
c. Quenching
Pemanasan material sampai suhu austenit ( 727 0 C ) lalu diholding kemudian
dilakukan pendinginan cepat, yaitu dicelupkan kedalam media. Medianya
107
jominy
adalah air, air garam dan oli. Proses ini yang menghasilkan material yang
2.
3.
4.
5.
semakin rendah.
Suhu pemanasan
Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan sampai suhu austenit.
108
jominy
109
jominy
110
jominy
Martensite + perlit setelelah melewati garis perlit start dan martensite finish. Perlite
100%
Terbentuk karena pada saat pendinginan spesimen tidak melewati fasa
martensite awal dan martensite finish.
Pada baja eutektoid tebentuk tiga fasa setelah dilakukan pendinginan. Fasa
pertama yang terbentuk yaitu martensite 100%, pendinginan dengan membiarkan baja
di udara mengasilkan fasa martensite + perlite. Sedangkan pendinginan didalam
tungku atau secara lambat menghasilkan perlite 100%.
Pada baja hyper eutektoid juga terbentuk tiga, sama seperti pada baja
eutektoid. Tetapi pada baja hyper eutektoid waktu yang dibutuhkan agak lama.
Pada kurva TTT, setelah spesimen mencapai suhu austenit (727 oC)
dilakukan holding terlebih dahulu gunanya agar semua bagian spesimen benar-benar
mendapat panas yang sama.
6.3 METODOLOGI
6.3.1
Peralatan
111
jominy
1.
2.
3.
4.
5.
Aparatus Jominy
Tungku Pemanas
Spesimen ( ASSAB 760 )
Air
Mesin Uji Rockwell
Prosedur Percobaan
1. Buat skema pemanasan spesimen dalam tungku,meliputi pilihan
temperature austenite, dan lamanya waktu pemanasan dan penahanan
temperature.
2. Bersihkan spesimen dan masukkan spesimen ke dalam tungku.
3. Hidupkan tungku dan set proses pemanasan menurut skema yang telah
direncanakan.Proses pemanasan dimulai.
4. Proses pemanasan selesai,specimen dipasang pada kedudukan yang telah
disediakan (gunakan sarung tangan, penjepit dan sepatu pengaman).
5. spesimen dikikir rata dan dibersihkan untuk pengukuran kekerasan
Rockwell.
6. Kekerasan spesimen diukur pada setiap posisi dengan interval inchi.
112
jominy
6.4
%C
0.5
0.4
% Mn
0.6
0.45
% Si
0.3
0.25
113
jominy
Tabel Percobaan
Titik
Pengujian
1
2
3
4
5
6
7
8
Jarak
0,25
0,5
0,75
1
1,25
1,5
1,75
2
Kekerasan (HRC)
17,5
17,5
16
15
24
11,5
8,5
10
Mn
%Mn max =0,6
%Mn min = 0,45
Si
%Si max = 0,3
%Si min = 0,25
3. Initial Hardness (IH)
%C max = 0,5
%C min = 0,4
DI max = 0,306
DI min = 0,274
MF max = 2,94
MF min = 2,48
Si max = 1,20
Si min = 1,16
IH max = 62
IH min = 57
114
jominy
HRC max =
HRC min =
1. Posisi 1/4
HRC max =
= 35,43
HRC min =
2. Posisi 2/4
HRC max =
HRC min =
3. Posisi 3/4
HRC max =
HRC min =
4. Posisi 4/4
HRC max =
HRC min =
5. Posisi 5/4
HRC max =
HRC min =
6. Posisi 6/4
HRC max =
115
jominy
HRC min =
7. Posisi 7/4
HRC max =
HRC min =
8. Posisi 8/4
HRC max =
HRC min =
6.4.3
Posisi
0,25
0,5
0,75
1
1,25
1,5
1,75
2
HRC Maximum
35,43
22,96
18,79
16,76
15,89
15,31
14,59
13,93
HRC Minimum
23,75
16,52
14,43
13,41
12,81
12,26
12
11,4
HRC Praktikum
17,5
17,5
16
15
24
11,5
8,5
10
116
jominy
6.4.4
Grafik
117
jominy
6.4.5 Analisis
Percobaan jominy bertujuan untuk mengetahui sifat mampu keras dari baja
dan membandingkan hasil pengujian dengan teoritis. Pada Jominy ini kita
menggunakan spesimen baja, baja dipanaskan pada tungku sampai temperatur
austenit (910o C). Setelah itu didinginkan sekitar 10 menit dengan cara
menyemprotkan air pada ujung spesimen.
Secara teori, bagian spesimen yang paling cepat mendapat pendinginan
kekerasannya paling tinggi. Sifat mampu keras adalah sifat material untuk
dikeraskan. Jadi, pada bagian ujung yang paling dulu didinginkan sifat mampu
118
jominy
kerasnya tinggi. Dan harga kekerasannya akan menurun pada bagian lain, karena
pendinginannya berbeda.
Dari hasil percobaan dilakukan 8 titik pengujian kekerasan. Interval jarak
yang dipakai adalah inchi. Secara umum dari jarak inchi sampai 8/4 inchi harga
kekerasannya menurun. Hal ini sesuai dengan teori, tetapi pada jarak 5/4 inchi nilai
kekerasannya paling besar. Seharusnya harga kekerasannya lebih kecil dari titik
inchi (pada ujung spesimen). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini bisa
terjadi . Salah satunya adalah karena spesimen kurang rata, sehingga berpengaruh
pada pengujian kekerasan.
Dari grafik dapat kita lihat, bahwa nilai kekerasan baja menurun seiring
bertambahnya jarak titik pengujian. Hal ini berarti, pada ujung spesimen yang lebih
dulu didinginkan lebih keras dan mempunyai sifat mampu keras yang tinggi.
Walaupun ada satu titik yang harga kekerasnya lebih besar daripada ujung spesimen.
Padahal letaknya ditengah-tengah, harga kekeraannya adalah 24 HRC pada jarak 5/4
inchi dari ujung spesimen. Hal ini disebabkan karena permukaan yang diuji
kekerasannya kurang rata.
Dari kurva hardenability ada tiga parameter, harga kekeresan maximum, harga
kekerasannya minimum, dan harga kekerasan praktikum. Secara teori harga
kekerasan praktikum berada diantara HRC max dan HRC min.
Dari praktikum hanya beberapa titik yang ada diantara HRC max dan HRC
min yaitu posisi inchi, inchi, 4/4 inchi, dan 5/4 inchi. Titik titik yang lain
berada diluar gari HRC max dan HRC min.
Salah satu penyebabnya adalah dalam pembacaan tabel yang digunakan untuk
mencari harga HRC max dan HRC min kurang teliti. Sehingga kurvanya kurang
tepat. Selain itu karena spesimen kurang rata yang berpengaruh pada pengujian
kekerasan.
Penyebab lain yang menyebabkan haarga kekerasan yang didapt tidak sesuai
dengan yang diharapkan karena kesalahan pada saat melakukan pengujian kekerasan.
laporan akhir praktikum metalurgi fisik kelompok 21
119
jominy
Dalam melakukan pengujian tidak boleh alat tersebut mendapat gangguan luar,
seperti ada getaran karena tersentuh oleh tangan. Kalau dalam melakukan pengujian
kekerasan sudah sesuai prosedur, mungkin hasilnya lebih akurat.
Alat yang digunakan pada pengujian kekerasan ini, kurang akurat, karena alat
ini agak rusak. Ini juga menjadi penyebab kenapa harga kekerasan yang kita dapat
tidak sesuai dengan teori.
6.5
PENUTUP
6.5.1 Kesimpulan
Kekerasan baja yang paling besar adalah pada ujung baja yaitu bagian yang
lebih dulu didinginkan. Kekerasanya menurun seiring semakin jauh jarak dari ujung
baja.
Dalam praktikum, hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori, seharusnya
harga kekerasanya menurun dari jarak inchi sampai 8/4 inchi.
Dari kurva hardenability dapat dilihat harga kekerasan spesimen diantara
HRC max dan HRC min secara teoritis, tertapi ada beberapa titik yang berada dalam
range tersebut.
6.5.2
Saran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum uji jominy ini
diantaranya :
laporan akhir praktikum metalurgi fisik kelompok 21
120
jominy
6.6
LAMPIRAN TUGAS
121
jominy
quenching
material tersebut.
Ukuran butir
Semakin besar ukuran butir, maka tingkat mampu keras material
makin rendah.
Suhu pemanasan
Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan sampai suhu
austenit.
122
jominy
1. Dari kurva/grafik yang diperoleh dapat dilihat, grafik hasil praktikum tidak
berada pada range hardenability. Hal ini berarti tidak sesuai dengan
teoritis dengan harga sebenarnya.
2. Penyebab perbedaan kekerasan pada masing-masing titik spesimen adalah
karena kecepatan pendinginan. Bagian yang paling dulu kena air maka
bagian itu yang paling keras. Grafik HRC praktikum berada diluar range
antara HRC max dengan HRC min Seharusnya secara teori HRC
praktikum berada diantara HRC max dan HRC min.
123