1 Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi I
Divisi II
Gangguan pertumbuhan.
3.
Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma
setelah dilahirkan.
4.
5.
Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus
rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual,
menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.
6.
Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal
(gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor, dan
gigi berlubang).
7.
Malnutrisi.
2.2 Ortodonti
Pengertian orthodonti yang lebih luas menurut American Board of Orthodontics
(ABO) adalah cabang spesifik dalam profesi kedokteran gigi yang bertanggungjawab
pada studi dan supervisi, pertumbuhkembangan geligi dan struktur anatomi yang
berkaitan, sejak lahir sampai dewasa meliputi tindakan preventif dan korektif pada
ketidakteraturan letak gigi yang membutuhkan reposisi gigi dengan piranti
fungsional dan mekanik untuk mencapai oklusi normal dan muka yang
menyenangkan (Pambudi, 2012).
2.2.1 Tujuan Perawatan Ortodonti
Tujuan dari perawatan ortodonti adalah :
a.
Gigi berjejal dan tidak teratur menyebabkan faktor predisposisi dari penyakit
periodontal/penyakit gigi
Penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi
Posisi gigi menghalangi proses bicara yang normal (Sridhar, 2008)
Untuk kontraindikasi dari otodonsi adalah :
Prognosa dari hasil perawatan tersebut jelek sebab pasien kurang/tidak kooperatif
Perawatan akan mengakibatkan perubahan bentuk gigi
Perawatan akan mengganggu proses erupsi gigi permanen
- Panoramik
- Bite wing
b.
c.
d.
e.
dokter gigi mendengarkan apa yang menjadi keluhan seorang pasien dan tidak
mengambil kesimpulan secara sepihak tentang apa yang menjadikeluhan seorang
pasien
Pada tahap ini tujuan pertanyaan adalah untuk mengetahui apa yang
dipentingkan oleh pasien.
Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan yang
normal. Meskipun demikian diperlukan pemeriksaan medis yang teliti untuk
mengetahui status kesehatan pasien secara umum.
Berat Badan dan Tinggi Badan
Berat Badan dan Tinggi Badan ini diharapakan dapat diketahui apakah
pertumbuhkembangan pasien normal sesuai dengan umur dan jenis
kelaminnya. Data ini diperoleh dengan pengukuran sendiri atau memintanya
kepada dokter yang merawt anak tersebut.
Ras
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cirri ciri fisik pasien karena setiap
ras mempunyai cirri ciri fisik tertentu. Penetapan didasarkan pada anamnesis
meliputi ras ayah ibu pasien.
5. Bentuk Skelet
a.
Seseorang yang langsing dengan sedikit jaringan otot atau lemak
digolongkan sebagai ektomorfik.
b.
Pada individu ini yang dominan adalah kulit dan saraf yang berasal dari
ektoderm. Seseorang yang berotot digolongkan sebagai mesomorfik
c.
orang yang pendek dengan otot yang kurang berkembang akan tetapi
mempunyai lapisan lemak yang disebut endomprfik.
d.
Anak dengan bentuk skelet ektomorfik mencapai kematangan lebih lambat
daripada anak dengan tipe skelet endomorfik maupun mesomorfik.
6. Penyakit anak
7. Alergi
Dari riwayat alergi yang didapat juga dapat diketahui bahwa pasien tidak
memiliki riwayat alergi yang akan mempengaruhi perwatan orthodontic yang
akan dilakukan.
Kelainan endokrin
Kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat mewujudkan pada hipoplasia gigi.
Tonsil
Tonsil yang besar apalagi dalam keadaan bengkak dapat dapat mempengaruhi
posisi lidah. Kadang-kadang lidah terletak ke anterior sehingga mengganggu fungsi
menelan.
10.
a. Perhatikan pasien bernafas pada saat pasien istirahat tanpa diketahui oleh
pasien
b.
c.
Tempatkan kaca mulut dibawah lubang hidung. Pada penapas mulut kaca
tersebut btidak buram karena tidak ada aliran udara dari lubang hidung.
Akibat kebiasaan bernafas dengan mulut:
a.
b.
c.
Tidak adanya Self cleansing terutama pada regio anterior rahang atas
dan adanya gingivitis terutama pada regio anterior.
Gambaran Wajah Pada penapas Mulut
a.
b.
c.
Protrusi atas
d.
e.
A.
Analisis ekstraoral
Analisis ekstraoral meliputi bentuk kepala, simetri wajah, tipe wajah, tipe profil,
bibir, fungsi bicara, kebiasaan jelek sedangkan analisis intraoral meliputi lidah,
palatum, kebersihan mulut, karies dan gigi yang ada.
a.
Bentuk kepala
Bentuk kepala perlu dipelajari karena bentuk kepala ada hubungannya dengan
bentuk muka, palatum maupun bentuk lengkung gigi. Bentuk kepala ada 3 yaitu :
dolisefalik (panjang dan sempit), mesosefalik (bentuk rata-rata) dan brakisefalik
(lebar dan pendek). Indeks untuk kepala yang dolisefalik adalah 0,75 sedangkan
yang brakisefalik 0,80, mesosefalik merupakan tipe kepala dengan indeks sefalik
antara 0,76-0,79.
b.
Simetri wajah
Wajah pasien dapat dilihat dari depan untuk memeriksa proporsi lebar mata, hidung
dan mulut, juga untuk melihat apakah wajah simetri atau simetri dan proporsi
ukuran vertikal. Menurut Houston dkk., (1992) dengan melihat muka pasien dari
depan bila terdapat asimetri dengan mudah akan dapat dikenali adanya asimetri
rahang terhadap muka secara keseluruhan.
Pemeriksaan wajah dari arah depan :
1)
Pasien dengan gigitan terbuka anterior disertai tinggi muka bagian bawah
yang besar kadang-kadang mempunyai muka bagian bawah yang panjang tetapi
kadang-kadang juga tidak, tergantung pada lebar wajah.
2)
Perlu juga memeriksa garis median wajah yang diproyeksikan pada model
studi. Hal ini perlu untuk menentukan pergeseran median lengkung geligi terhadap
wajah.
c.
Tipe wajah
Tipe Profil
Pemeriksaan profil dapat membedakan secara klinis pasien dengan keadaan yang
parah dari mereka yang mempunyai muka baik atau cukup baik. Kecembungan atau
kecekungan muka menunjukkan disproporsi rahang.
Bibir
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa
kontraksi otot pada saat mandibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang
kompeten. Bila diperlukan kontrkasi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan
bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir
inkompeten.Pasien dengan bibir yang potensial untuk dapat berkontak dengan
mudah akan tetapi bibirnya membuka (tidak berkontak) dinamakan biir yang
potensial kompeten.
Gigi dapat menjadi protusif bila terdapat dua keadaan di bawah ini
a. Bibir yang ke anterior
b. Bibir tidak berkontak antara 3-4 mm pada saat istirahat yang biasa
dinamai bibir tidak kompeten
f.
Fungsi bicara
Awalnya suara yang dihasilkan adalah suara bilabial, misalnya p,b. Kemudian
konsonan ujung lidah seperti t,d menyusul suara sibilan (s,z) yang mengharuskan
penempatan lidah dekat tetapi tidak menyentk palatum dan yang terakhir adalah
suara r yang membutuhkan penempatan bagian posterior lidah yang tepat yang
kadang-kadang tidak tercapai pada usia 4-5 tahun.
g.
Kebiasaan buruk
Kebiasaan jelek perlu diperiksa karena kebiasaan jelek dapat dapat menjadi
penyebab suatu maloklusi. Tidak semua kebiasaan jelek dapat menyebabkan
maloklusi. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan berlangsung,
frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan kebiasaan tersebut.
Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan jelek tersebut,
a.
kebiasaan jelek menghisap ibu jari akan menghasilkan maloklusi yang
berbeda dengan kebiasaan menghisap bibir bwah. Beberapa macam kebiasaan
jelek, misalnya : menghisap jari atau ibu jari, menghisap bibir atau menggigit bibir,
menggigit kuku.
B.
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan Intraoral ini meliputi bebrapa bagian dari dalam rongga mulut yaitu
adalah sebagai berikut :
a.
Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran, bentuk dan fungsi. Ukuran dan bentuk diperiksa
secara subjektif. Tanda klinis untuk lidah yang terlalu besar (makroglosi) terhadap
lengkung geligi adalah adanya scalloping (yang merupakan cetakan sisi lingual gigi
pada lidah) pada tepi luar lidah.
b.
Palatum
Kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang terjaga baik merupakan indikator perhatian pasien terhadap
giginya serta dapat diharapkan adanya kerja sama yang baik dengan pasien.
d.
Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies merupakan
penyebab utama maloklusi lokal. Karies merupakan penyebab terjadinya tanggal
prematur gigi sulung sehingga terjadi pergeseran gigi permanen erupsi gigi
permanen yang lambat.
e.
Fase geligi
Pasien yang datang untuk perawatan orthodontik biasanya dalam fase geligi
pergantian atau permanen dan jarang pada fase geligi sulung. Fase geligi
pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi permanen dalam rongga
mulut.
f.
B.
Deviasi Mandibula
Sebagai panduan umum bila pergerakan mandibular normal berarti fungsinya tidak
terganggu , sebaliknya jika gerakan mandibular terbatas biasanya menunjukkan
adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indicator penting tentang fungsi
temporo mandibular joint adalah lebar pembukaan maksimalyang pada keadaan
normal berkisar 35-40mm, 7mm gerakan ke lateral dan 6 mm kedepan.
Model dilihat dari oklusal kemudian diamati bentuk lengkung geligi. Bentuk
lengkung geligi yang normal adalah berbentuk parabola; ada beberapa bentuk
lengkung geligi yang tidak normal misalnya lebar, menyempit di daerah anterior
dan lain-lain.
2.
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (available
space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space).Fungsinya sendiri untuk
menetukan macam perawatan pasien tersebut, apakah termasuk perawatan
pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen.
Description: D:\makalah orto\materi\20141130_205830.jpgAda berbagai cara untuk
mengukur tempat yang tersedia. Salah satu cara untuk mengukur tempat yang
tersedia di rahang atas adalah dengan cara membuat lekungan dari kawat tembaga
(brass wire mulaidari mesial molar pertama permanen kiri melewati fisura gigi-gigi
di depannya terus melewati insisal insisivi yang letaknya benar terus melewati
fisura gigi-gigi posterior sampai mesial molar pertama permanen sisi kanan. Kawat
ini kemudian diluruskan dan diukur panjangnya. Panjang kawat ini merupakan
tempat yang tersedia . untuk rahang bawah lekung kawat tidak melewati fissure
gigi posterior tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah.
Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membagi lengkung
geligi dalam beberapa segmen , biasanya mesial molar pertama permanen kiri
sampai denga kaninus kiri, dari mesial kaninus kiri sampai mesial insisivi sentralkiri,
dari mesial insisivi sentral kanan sampai distal kaninus kanan, dari distal kaninus
kanan sampai mesial molar pertama permanen kanan, masing masing segmen
diukur dengan kapiler kemudian dijumlahkan
Pengukuran lebar mesiodital gigi juga dapat dipakai untuk penilaian apakah lebar
gigi normal atau terdapat mikrodontia atau makrodontia. Jumlah lebar keempat
insisivi atas permanan antara 28 mm sampai 36 mm dianggap normal.
3.
Tooth size analysis atau lebih sering disebut analisis bolton dilakukan dengan
mengukur lebar mesiodistal setiap gigi permanen. Ukuran ini kemudian
dibandingkan dengan tabel standart jumlah lebar gigi anterior atas maupun bawah
(dari kaninus ke kaninus) dan juga jumlah lebar mesiodistal semua gigi atas dan
bawah (molar pertama ke molar pertama) tidak termasuk moalr kedua dan ketiga.
Description: D:\makalah orto\materi\20141130_210004.jpgBila perbedaan ukuran
gigi ini kurang dari 1,5mm jarang berpengaruh secara signifikan, tetapi kalau
melebihi 1,5 mm akan menimbulkan maslah dalam perawatan ortodonti dan
sebaiknya hal ini dimasukkan dalam pertimbangan perawatan ortodontik.
4.
Kurva spee
Lengkung yang menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir
pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm.
Kurva spee adalah kurva dengan pusat pada suatu titik di tulang lakrimal denga
radius pada orang dewasa 65-70 mm. kurva ini berkontak di empat lokasi yaitu
permukaan anterior kondili, daerah kontak distooklusi molar ketiga , daerah kontak
mesiooklusal molar pertama dan tepi insisal. Mungkin karena sample yang
disampaikan berbeda beberapa peneliti (Hitchock dale) mencoba mengukur sesuai
dengan yang dilakukan oleh spee tetapi tidak memperoleh hasil yang sama denga
spee.
5.
Diastema
Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi kelihatan.
Adanya diastema pada fase gigi geligi pergantian masih merupakan keadaan
normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih
lanjut untuk mengetahui apakah keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak
normal.
Description: D:\makalah orto\materi\20141130_210055.jpg
6.
Simetri gigi-gigi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama dalam jurusan sagital
maupun transversal dengan cara membandingkan letak gigi permanen senama kiri
dan kanan.
7.
Versi: mahkota gigi miring kearah tertentu tetapi akar gigi tidak.
b.
Infraoklusi
: gigi yang tidak mencapai garis oklusi dibandingkan
dengan gigi lain dalam lengkung geligi.
c.
Supraoklusi
: gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi
lain dalam lengkung geligi.
d.
Rotasi: gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksentris.
e.
Transposisi
f.
8.
9.
Yang dimaksud dengan relasi gigi adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam
keadaan oklusi.
Relasi jurusan sagital
Kemungkinan relasi molar yang dapat terjadi adalah netroklusi, distoklusi,
mesioklusi, gigitan tonjol dan tidak ada relasi
a.
Netroklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada
lekukan bukal molar pertama permanen bawah.
b.
Distoklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas terletak di
antara tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah dan premolar kedua atau
tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal molar
pertama permanen bawah.
c.
Mesioklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada
tonjol distal molar pertama permanen bawah.
d.
Gigitan tonjol: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi
dengan
tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah.
e.
Tidak ada relasi: bila salah satu molar pertama tidak ada misalnya olh karena
dicabut atau oleh karena kaninus permanen belum erupsi.
dengan tanda negatif, misal -5 mm. Pada relasi edge to edge tumpang gigitnya 0
mm.
Pada kasus gigitan silang anterior perlu diperhatikan besarnya freeway space dan
tumpang gigit. Bila freeway space lebih kecil daripada tumpang gigit dan bila pasien
dirawat dengan menggunakan piranti lepasan, pada peranti ortodontik lepasan
perlu ditambahn dengan peninggian gigit posterior untuk membebaskan gigi
anterior atas terhadap halangan gigi anterior bawah.
2.9 Analisis Sefalometri
Foto sefalometri (sefalogram) merupakan rekam ortodonti yang sangat
berguna untuk menentukan kelainan skeletal, letak gigi, profil dan lain-lain.
Meskipun demikian penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat didasarkan hanya
didasarkan pada analisis sefalometri saja. Kombinasi semua analisis akan
memberikan gambaraan menyeluruh tentang keadaan pasien.
Untuk mengidentifikasi titik-titik pada sefalogram sebaiknya dikenali lebih
dahulu titik-titik pada tengkorak kering. Hal ini sangat membantu mengidentifikasi
titiktitik pada sefalogram dengan benar. Untuk memudahkan penapakan hendaknya
dilakukan pada ruangan dengan penerangan yang tidak terlalu terang , sefalogram
diletakkan pada tracing box dengan iluminasi yang baik, kertas penapakan asetat
yang bagus yang terfiksasi dengan pita adesif transparent serta menggunakan
pensil yang keras (H4 atau H6). Pertama kali perlu diketahui terlebih dahulutitik titik
yang penting , kemudian dua titik dihubungkan menjadi garis, dua garis yang
berpotongan menjadi sudut. Pembacaan biasanya pada besar sudut untuk
menentukan apakah suatu struktur anatomi normal atau menyimpang dari normal.
Titik-titik yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a.
S (Sella) : terletak ditengah sela tursika, ditentukan secara visual
(diperkirakan).
b.
N (Nasion) : Terletak pada perpotongan bidang sagittal dengan sutura
frontonasalis.
c.
d.
e.
A (subspinale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas,
secara teoritis merupakan batas tulang basal maksila dan tulang alveolaris.
f.
B (Supramentale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang
bawah , secara teori merupakan batas tulang basal mandibular dan tulang
alveolaris.
g.
Go (Gonion) : titik tengah pada lekungan sudut mandibular diantara ramus
dan korpus.
h.
Beberapa garis yang digunakan pada sefalometri yang menghubungkan dua titik
tertentu : S-N, N-A, N-B, SNA-SNP (Garis palatal, ada yang menyebut garis maksila),
dan Me-garis singgung tepi bawah mandibular (garis mandibular).
DAFTAR PUSTAKA
Basavaraj S.P. 2011. Orthodontic principles and practice. Jaypee Brother Medical
Publishers Ltd: 4, 79, 98, 114, 125, 182.
Cao L, Zhang K, Bai D, Jing Y, Tian Y, Guo Y. 2011. Effect of maxillary labiolingual
and anteroposterior position on smiling pofile esthetics. Angle Orthodontist; 81(1):
121-8.
Hong Q, Koirala R, Jun T, Li-na Y, Takagi S, Kawahara K, Kishimoto E, Shimizu T,
Takamata T, Nakano K, Okafuji N. 2008. A study about tooth size and arch width
measurement. J Hard Tissue Biology;17(3):91-8.
Magalhaes IB, Pereira LJ, Marques LS, Gameiro GH. 2010. The influence of
maloccusion on masticatory performance. Angle Orthodontist;82(3):495-9.
Mitchell L. 2007. An introduction to orthodontics. 3rd edition. Oxford University
Press: 2-10.
Miyake H, Ryu T, Himuro T. 2008. Effect on the dental arch form using a preadjusted
appliance with premolar extraction in class I crowding. Angle
Orthodontist;78(6):1043-8.
Nanda R. 2010. Current therapy in orthodontics. 1st. Mosby Elsevier: 27-9.
Othman S, Harradine N. 2007. Tooth size discrepancies in an orthodontic population.
Angle Orthodontist;77(4):668-74.
PEMBAHASAN
A. Maloklusi
1. Definisi
Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan
antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi.
Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan
sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi
tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis.
Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan
termodifikasi pemakaian gigi.1
Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari
mandibula.
Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari
posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.
Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang
merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi
terjadinya penyakit periodontal dan gigi.
Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3
2. Etiologi
Etiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :
Etiologi pendukung
Primary etiologi site terbagi menjadi :
System Neuromuskular
Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan
skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian
penting dari hamper semua maloklusi.
Tulang
Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar
untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah
hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius
adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.
Gigi
Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam
berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua
dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan
bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi
merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu
besar.
Herediter
Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic
dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat
sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam
pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii
banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga
sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui
kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa
syndrome craniofacial).
Trauma
Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau
kesalahan bentuk dentofacial.
Asymetri
Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan
ketidaksimetrian pertumbuhan muka.
Prostnatal trauma
Retak tulang rahang dan gigi
Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
Agen Fisik
Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
Makanan
Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan
peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih
sedikit.
Habits
Mengisap jempol / jari
Biasanya pada usia 3 tahun 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya
susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol
dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal
mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.
Desakan lidah
Ada 2 tipe, yaitu :
Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.
Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir
sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple
tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi
dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk
menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge
dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.
Lip sucking and lip biting
Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).
Menggigit kuku
Dan lain- lain
Penyakit
Penyakit sistemik
Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi.
Gangguan endokrin
Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan
endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah
bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi
gigi sulung.
Penyakit local
Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya
gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.
Trauma
Karies
Malnutrisi
Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.2
3. Klasifikasi
Klasifikasi angel
Class I
Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung
maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal
dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa
oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam
keadaan tekanan.
Class II
Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1
mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp
M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.
Class II divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.
Class II divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal
secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2
maksila tipped secara labial atau mesial.
Class II sbdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.
Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp
mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang
distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp
mesial m2 mandibula.
Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang
ada di anteriornya (depan-red).
Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigigigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.
Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari
pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan
overbite / gigitan berlebih.
Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama
atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini
merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.
Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III
Tipe 2
Angle Class I dengan gigi I maksila labio version
Tipe 3
Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior
cross bite ).
Tipe 4
M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal
cross bite posterior ).
Tipe 5
M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut,
contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).
Tipe 2
I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah
lingual ).
Tipe 3
Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila
yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.
Neutroklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1
Distoklusi
Mesioklusi
Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3
Mesioversi
Lebih ke mesial dari posisi normal
Distoversi
Lebih ke distal dari posisi normal
Lingouversi
Lebih ke lingual dari posisi normal
labioversi
Lebih ke labial dari posisi normal
Infraversi
Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi
Supraversi
Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi
Axiversi
Inklinasi aksial yang salah, tipped.
Torsiversi
Rotasi pada sumbunya yang panjang
Transversi
Perubahan pada urutan posisi.
Klasifikasi Bennette
Kelas 1
Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.
Kelas II
Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu
lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.
Kelas III
Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu
lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.
Klasifikasi Simons
Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah
dan kranial dalam tiga bidang ruang:
Attraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal
menunjukkan suatu attraksi (mendekati).
Abstraksi
Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal
menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi).
Protraksi
Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
Retraksi
Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.
Kontraksi
Distraksi (menjauhi)
Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.
Klasifikasi Skeletal
Kelas 1 Skeletal
Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni
dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic.
Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :
divisi I
divisi II
divisi III
divisi IV
protrusi bimaksilari
kelas II Skeletal
ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal
dalam hubungannya terhadap maksila.
divisi I
lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus,
crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila
protrusif dan profilnya retrognatic.
divisi II
Menghubungkan garis dahi dan titik A di jaringan lunak. ( titik terdalam di bibir
atas).
Menghubungkan titik A dan pogonion jaringan lunak (titik paling anterior dari dagu).
Berdasarkan pada hubungan antara 2 garis ini, maka terdapat 3 profil wajah :
D. Orthodontic Diagnosis
1. Prosedur diagnosis
Essential Diagnostic aids :
Case history
Clinical Examination
Study models
Certain Radiograf
Periapikal
Bite Wing
Panoramic
Facial Photographs
Case History ( Riwayat Pasien )
Mendapatkan dan mencatat informasi relevan dari pasien dan orang tua pasien
untuk membantu menegakkan diagnosis.
Personal detail
Nama
Untuk tujuan komunikasi dan identifikasi
Umur
Pertimbangan-pertimbangan umur untuk membantu diagnosis dan juga
menetapkan rencana prawatan.
Jenis kelamin
Penting untuk melakukan rencana perawatan, seperti saat dimana terjadi proses
pertumbuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Keluhan Utama
Keluhan utama pasien harus dicatat sesuai dengan ucapan yang dikemukan oleh
pasien. Hal ini membantu klinisi dalam mengidentifikasi / mengenal prioritas dan
keinginan pasien.
Medical History
Sebelum melakukan perawatan ortho, riwayat media pasien harus dicatat.
Untungnya sangat sedikit kondisi medis yang kontraindikasi terhadap penggunaan
orthodontic appliances. Sebaiknya, perawatan orthodontic ditunda pada pasien
yang menderita epilepsy dyscrasias, bias membutuhkan managemen yang special
jika direncanakan untuk dilakukan ekstraksi. Pasien DM dapat dilakukan terapi
orthodontic jika kadar gulanya dibawah control, dan lain-lain.
Dental History
Harus meliputi informasi pada umur erupsi gigi sulung dan permanen, riwayat
pencabutan, karies, restorasi dan trauma pada gigi geliginya. Riwayat dental pasien
terdahulu dapat membantu dalam mengevaluasi sikap pasien dan orang tuanya
terhadap perawatan.
Prenatal History
Harus mencakup informasi kondisi ibu selama mengandung dan tipe proses
melahirkan, tipe proses melahirkan, penggunaan obat-obatan seperti thalidomide,
dan infeksi selama mengandung seperti campak.
Postnatal History
Meliputi informasi type cara makan ( feeding ), adanya kebiasaan dan
perkembangan normal.
Family History
Beberapa maloklusi seperti maloklusi skeletal kelas II, kelas III dan kondisi
congenital seperti cheft lp dan cheft palate adalah merupakan kondisi yang
diturunkan / diwariskan.
Pemeriksaan Umum
Posture
Menunjukkan pada cara pasien berdiri. Posture abnormal dapat mempengaruhi
maloklusi yang diakibatkan pada perubahan dalam hubungan maksila mandibula.
Fisik
3 tipe bentuk badan :
Aesthetic
Orang yang kurus dan biasanya memiliki lengkung dental yang sempit.
Pletonic
Orang yang kelebihan berat badan, umumnya memiliki lengkung dental yang lebar
dan petak.
atthetic
normal, tidak kurus dan tidak gemuk. Lngkung dental dengan ukuran normal.
Seldom, klasifikasi :
Ectomorphic
Mesomorphic
Endomorphic
Bentuk Kepala
Mesocephalic
Dalicocephalic
sempit.
Defek kongenital.
Profil wajah
Pemeriksaan dengan cara melihat wajah pasien dari samping. Profil wajah dapat
membantu dalam mendiagnosis penyimpangan hubungan maksila mandibula.
Facial Divergence
Didefinisikan sebagai suatu inklinasi anterior atau posterior dan wajah bagian
bawah terhadap dahi. Divergensi facial dapat dibagi ke dalam 3 tipe :
Anterior divergence
Suatu garis ditarik di antara dahi dan dagu, inklinasi kea rah anterior terhadap
dagu.
Posterior divergence
Suatu garis ditarik antara dahi dan dagu, miring kea rah posterior terhadap dagu.
Divergensi facial umumnya dipengaruhi oleh etnik pasien dan latar belakang ras.
Pada pasien skeletal kelas II, jari telunjuk adalah pada posisi anterior terhadap jari
tengah. Pada pasien skeletal kelas III, jari tengah di depan telunjk. Pada pasien
dengan skeletal kelas I pada level yang lurus dan rata.
Pemeriksaan Bibir
Secara normal bibir atas menutupi seluruh labial anterior atas kecuali insisal 2-3
mm. bibir baawah menutupi seluruh permukaan labial anterior bawah dan 2-3
mmedge insisal anterior atas. Bibir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe berikut :
Competent lips
Bibir pada kontak ringan sementara otot-otot dalam keadaan istirahat
Incompetens lips
Secara marfologi bibir pendek, tidak dapat membentuk suatu pola penutupan bibir
dalam keadaan istirahat. Penutupan bibir hanya dilakukan dengan kontraksi aktif
dari otot-otot perioral dan mentalis.
Everted lips
Bibir hipertropi dengan lemahnya tonusitasotot-otot.
Pemeriksaan hidung
Ukuran hidung
Secara normal, hidung pada bagian 1/3 tinggi total wajah.
Kontur hidung
Bentuk hidung bias lurus, cembung atau cekung sebagai suatu akibat dari nasal
injuries.
Pemeriksaan Dagu
Mentolabial sulcus
Sulkus mentolabial adalah suatu cekungan yang terlihat di bawah bibir bawah.
Sulus mentolabial yang dalam dapat dilihat pada maloklusi kelas II divisi I
sedangkan sulkus dangkal pada bimaksillary protrusion.
Mentalis activity
Secara normal, otot-otot mentalis tidak dapat ditunjukkan kontraksi apapun saat
posisi normal. Aktivitas hiperaktif mentalis terlihat pada beberapa keadaan
maloklusi seperti kasus kelas II divisi I. Hal ini menyebabkan pengerutan atau
lipatan dagu.
Nasolabial Angle
Susut ini terlihat antara border bawah hidung dan suatu garis yang menghubungkan
interseksi ( penyilangan) hidung dan bibir atas dengan ujung bibir ( labrale
superior ). Sudut ini normalnya 110o. Sudut ini berkurang jika pasien memiliki gigigeligi anterior yang proklinasi atau prognatis maksilla. Sudut ini juga bisa
meningkat / bertambah pada pasien dengan retrognatik maksilla atau retroclined
maxillary anterior.
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan Lidah
Berlebihnya ukuran lidah diindikasikan karena adanya gigi pada margin lateral.
Memberikan gambaran scallop pada lidah.
Pemeriksaan Palatum
Palatum harus diperiksaan untuk menemukan hal-hal berikut :
Variasi kedalaman paltum terjadi pada hubungan dengan variasi bentuk facial.
Kebanyakan pasien dolicofacial memiliki palatum yang dalam.
Adanya swelling ( lekukan ) pada palatum dapat mengindikasi suatu keadaan gigi
impaksi, adanya kista atau patologis tulang lainnya.
Ulcerasi mukosa dan indentation adalah suatu gambaran dari deep bite traumatic.
Adanya celah palatum diasosiasikan dengan diskontinuitas palatum.
the third rugae biasanya pada garis dengan caninus. Hal ini berguna dalam
perkiraan proklinasi anterior maksilla.
Pemeriksaan Gingiva
Gingival diperiksa untuk inflamasi, resesi dan lesi mucogingival lainnya. Biasanya
temuan gingivitis marginal pada region anterior disebabkan oleh postur open lip.
Adanya oklusi traumatic diindikasikan dengan resesi gingival terlokalisir.
g. Overjet dan overbite, variasi seperti peningkatan overjet, deep bite, open bite
dan cross bite
h. Malrelasi transfersal seperti crossbite dan pergeseran pada midline atas dan
bawah.
Casting model
Model dapat dibuat dengan plaster gigi biasa, stone plaster, dalam campuran stoneplaster, atau gigi-gigi dibuat dengan plaster biasa. Gigi yang dibuat dengan stone
plaster akan lebih kuat daripada gigi dengan plaster putih. Model harus dibuat
dengan plaster yang cukup tebal dibagian dasar, sehingga dapat diasah ke bentuk
yang diinginkan.
Model dioklusi dengan gigitan malam pada posisinya dan diletakkan pada glass
plate, model bawah diletakkan di atas.
Permukaan dasar model akan diasah dan dibuat tegak lurus terhadap median
palatina raphe.
Raphe.
Sisi model diasah dengan jarak sama dari garis tengah, sehingga model memiliki
lebar yang baik.
Model dioklusi dengan gigitan malam pada posisinya dan dengan menggunakan
model atas sebagai pedoman, permukaan belakang dan sisi-sisi model bawah
diasah agar sama dengan atas.
Sudut distal model kemudian diasah dengan menggunakan seri segi empat
ketiga dan kesemetrian akhir model atas diperiksa.
Tepi-tepi plaster yang halus diasah sampai didapat lengkungan yang halus
dengan cheisel yang tajam.
Untuk pembuatan foto, permukaan yang diasah harus dipoles dengan wheel
korborundum no 120.5
Analisis Model
Analisis kesling merupakan pedoman pada gigi permanen untuk menentukan
lengkung gigi asli dengan membelah giginya kemudian disusun kembali sesuai
posisi aksisnya.
Tujuan analisis gigi geligi campuran adalah untuk mengevaluasi jumlah ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang untuk gigi permanen pengganti dan penyesuaian
oklusal yang diperlukan. Untuk melengkapi analisis mixed dentition dan tiga faktor
yang harus diperhatikan :
perkiraan perubhan yang diharapkan dalam garis lengkung yang dapat terjadi
dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Prosedurnya:
caranya:
Buat lubang dengan gergaji lebih kurang 3 mm diatas gingival margin antara
11 dan 12
Buat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1, lalu beri tanda masing-masing
Susun kembali lengkung gigi pada tempat yang dikehendaki dengan perantaraan
wax.
Berguna untuk mengamati dan mencoba pengaruh gerakan gigi yang komplek dan
ekstraksi terhadap oklusi.
Pasien dapat dimotivasi melalui simulasi prosedur perbaikannya yang bervariasi
pada model.
Ketidaksesuaian ukuran gigi / panjang lengkung bias dilihat dengan mengartikan
sebuah set up.
Sefalomwtri
Sefalomwtri adalah metode standardisasi, hasil dari radiograf pada skull, yang
mana sangat berguna dalam pengukuran cranium dan komplex orofacial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
A. Waktu
Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan oklusi sangat perlu untuk dicatat, seperti bentuk,
posisi dan adanya incisivus permanen dan untuk merencanakan intervensi yang sesuai terhadap abnormalitas yang
ditemukan yang akan mempengaruhi urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama permanen harus
diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar
umur 10 tahun. Deteksi awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan waktu yang optimal untuk perawatan agar
dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan anak-anak pemeriksaannya tertunda sampai gigi
permanen telah erupsi.
Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik dasar untuk pasienya dan merujuk ke spesialis apabila
diperlukan. Ketika pertumbuhan gigi dan/atau oklusal menyimpang dari normal, atau ketika diskrepansi secara signifikan
pada pembentukan dentofasial atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut pasien dan berpengaruh terhadap
kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut diindikasikan untuk dirujuk.Selain dari data personal, surat
Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama:
Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur, tingkat kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan
terhadap masalah oklusi dan gangguan perkembangan rahang, kelas sosial, dan keinginan orang tua
Kesadaran dari dokter gigi
2. Riwayat
Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:
Alasan pasien datang ke dokter gigi
Siapa yang mengajukan tentang perawatan
Perilaku perawatan
A. Riwayat Kesehatan
Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau orang tuanya, dan hasil temuannyadikonfirmasi lebih
lanjut
lewat wawancara
di
memberikanpengaruh terhadap perawatan ortodontik.
Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada saat melakukan perjanjian harus diperhatikan.
Akses terhadap transportasi, akan mempermudah kesadaran orang dewasa untuk menemani pasien anak, bersamaan
dengan informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat memengaruhi kehadiran juga penting.
3. Pemeriksaan Klinis
Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan umur pasien dilihat dari tingginya dan tingkat
kedewasaannya secara umum. Hal ini juga dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh dimasa mendatang.
Apabila pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi keluarga juga penting untuk diperhatikan (misalnya diastema
medial). Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mencatat dan mengengevaluasi aspek facial, oklusal dan fungsional
dari pasien untuk melengkapi diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral harus dilakukan.
A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)
Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat penting dan mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek
tersebut adalah:
Keadaan gigi-geligi
Kelainan posisi gigi
Kebersihan mulut;
Gusi
Frenulum labial
Lidah;
Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)
Tonsil (amandel)
Garis tengah (median)
Jarak gigit vertikal
Jarak gigit horisontal
Gigitan silang
Celah antar gigi (diastema)
Kurva Spee
B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONSEN)
Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan menggunakan foto ronsen panoramik.
Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah.
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan
informasi mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk perawatan.
3.
Melihat
ada tidaknya
kelainan
patologis.
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental diperlukan sebagai langkah awal
sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.
C. ANALISA SEFALOMETRI
Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun kegunaan pemeriksaan sefalometri
-
adalah untuk:
Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial
D. ANALISA FOTOGRAFI
Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan) dilakukan untuk menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar
wajah dengan kontur jaringan lunak. Analisa profil dapat menjadi bahanpertimbangan apakah pasien akan dilakukan prosedur
pencabutan gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi wajah yang simetris atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris,
E.
akan menjadi bahan pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012).
ANALISA MODEL STUDI
Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta
penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang
lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal (Rakosi dkk, 1993).
Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen penting dalam perawatan ortodonti dibuat dengan
beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai
data tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi bukan hanya untuk
merekam keadaan geligi dan mulut pasien sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan ukuran,
bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang
F.
bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.
PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI
Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil
cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam
mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan
lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup
tinggi, maka hasil analisa tidak akurat. Model studi dengan basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin
dalam keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan
untuk dilihat pada saat menjelaskan kasus kepada pasien.(Proffit, 2000)
- Macam-macam Analisa Model Studi
Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi
kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,
dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah,
asimetri lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antaralain meliputi: ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum. (Rakosi dkk, 1993)
2.2
3. Evaluasi dari rekam medis, termasuk gigi, radiograf, gambaran fasial dan intraoral
Data ortodontik
a. Data interview
a. Chief complaint / Keluhan Utama
Setelah pasien membuat kunjungan pertama, kemudian keluhan utama muncul, baik dengan tujuan pasien mengenai
mencari solusi masalah fungsional maupun estetika. Proses ini biasanya terdiri dari oral interview, walaupun kuisioner
mungkin digunakan untuk memeriksa apa yang pasien rasakan tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dengan baik.
Kuisioner ini dapat membantu pasien untuk mengevaluasi dengan teliti mengenai pilihan estetika dan dapat menunjukkan
dengan spesifik pada bagian yang dirasakan nyeri atau tidak nyaman.
b. Medical history (termasuk dental history)
Untuk mendapat riwayat medis, ortodontis atau asisten harus selalu menanyakan beberapa pertanyaan penting, karena
kebanyakan pasien tidak menyadari hubungan antara kesehatan secara umum dengan perkembangan terhadap dental. Hal
penting yang harus diketahui meliputi saat terakhir berobat, pernah dirawat inap di rumah sakit atau tidak, dan obat-obatan
apa saja yang pernah digunakan. Hal-hal lain yang lebih luas meliputi riwayat alergi, riwayat transfuse darah, dan masalah
terhadap jantung atau demam reumatik.
Kesehatan dan kondisi dental pasien merupakan indikator yang baik dari kecurigaan terhadap penyakit periodontal
maupun karies. Pertanyaan penting lain untuk ditanyakan adalah apakah pasien pernah memiliki trauma terhadap gigi.
Perawatan ortodontik dapat memperburuk gejala periapikal yang telah ada (walaupun pada bagian tepi/marginal) yang
dikarenakan trauma. Biasanya pergerakan gigi dikeluhkan jika masalah semakin buruk.
c. Family history
Riwayat keluarga dapat dimulai dengan menanyakan apakah saudara pasien mengalami perawatan ortodontik dan diskusi
mengenai sumber masalah mereka. Pertanyaan yang juga ditanyakan apakah orang tua pasien juga pernah mengalami
perawatan ortodontik. Jika jawabannya ya, ortodontis perlu tahu alasan perawatan dari orang tua pasien tersebut.
d. Social and behavioral history
Informasi mengenai riwayat ini lebih sulit untuk dicapai karena pasien sering enggan untuk bicara mengenai masalah
emosional anak. Pertanyaan mengenai perkembangan semasa sekolah dapat membantu. Jika ortodontis mencurigai adanya
masalah emosional karena menemukan perilaku seperti kebiasaan menghisap jempol yang lama, perkembangan yang
buruk saat sekolah, berjalan saat tidur pada anak, ortodondontis harus menanyakan apakah keluarganya menerima
konseling. Jika terdapat masalah utama, orang tua pasien kemudian biasanya akan bercerita mengenai perceraian,
pasangannya yang sakit atau meninggal, atau masalah serius lainnya dalam rumah.
Pertanyaan mengenai perkembangan pada masa sekolah dapat mengungkapkan anak memiliki ketidakmampuan dalam
belajar. Pada kasus seperti ini, ortodontis harus memodifikasi pendekatan terhadap anak karena pasien seperti ini mungkin
memiliki pengurangan jangka waktu pemusatan perhatian dan oleh karena itu tidak seharusnya menerima informasi yang
terlalu detil pada saat konsultasi.
e. Status pertumbuhan fisik
Selama evaluasi pasien, ortodontis harus memperhatikan perkembangan fisik secara umum dalam hubungannya terhadap
pertumbuhan yang terjadi dan potensi pertumbuhan yang tersisa. Ortodontis yang berpengalaman tahu bahwa hasil klinis
terbaik tercapai pada orang yang pertumbuhannya baik dan hasil yang terburuk tercapai pada orang yang pertumbuhannya
buruk. Pertumbuhan dinilai dari jumlah, kecepatan, arah, dan pola pertumbuhan yang memfasilitasi perawatan.
b. Pemeriksaan klinis dan rekaman diagnostic
Pemeriksaan klinis memiliki dua tujuan:
1. Untuk mengevaluasi estetika, patologi jaringan keras dan lunak, fungsi rahang
2. Menentukan apakah rekaman diagnostik diperlukan
Tujuan rekaman diagnostik adalah mendokumentasikan kondisi awal pasien dan untuk menambah informasi diagnostik
yang didapat dari interview dan pemeriksaan klinis. Rekaman dapat dibagi menjadi:
i.
ii.
a. Frontal
Pasien berada pada posisi kepala natural dan terlihat menghadap lurus terhadap kamera.
-
Fotografi Intraoral: kanan dan kiri lateral, anterior, upper occlusal, lower occlusal.
Radiografi
- Radiografi intraoral
- Radiografi panoramik
- Radiografi sefalometri
(Graber et al, 2000)
Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat ditentukan 4 hal yang harus dihadapi dalam
menentukan rencana perawatan yang optimal, yaitu :
1)
2)
4)
Waktu perawatan
Tingkat kerumitan perawatan
Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya perawatan ortodonsi:
Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi dari mandibula
2.
Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptasi ke posisi
interkuspal
3.
Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleksyang merugikan selama fungsi oklusal dari
mandibula
4.
5.
Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan faktor predisposisi dari penyaki periodontal atau
penyakit gigi
6.
Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi menghalangi posisi bicara normal
(Foster, 1997)
Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat mengenai pasien tersebut serta dilakukan
seleksi kasus secara menyeluruh sehingga diperoleh daftar masalah ortodonti.
Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses yang sama, namun prosedur dan tujuannya
berbeda. Pengumpulan data dan penyusunan daftar masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah. Pada tahap ini
hendaknya tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan pribadi, sebaliknya pada situasi tersebut diperlukan penilaian
berdasarkan fakta. Di lain pihak rencana perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara ilmiah, tetapi merupakan
kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang dilakukan oleh ortodontis akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan
perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu
proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan.
Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien
dan orang tuanya. Secara etika pasien berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka. Keberhasilan dan
kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan dengan pasien, oleh karena itu perlu penandatanganan informed
consent atau persetujuan perawatan. (Eka, 2012)
BAB III
KESIMPULAN
Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan. Dalam ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk
menentukan perawatan yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana
perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Eka, E. 2012. Sekilas Ilmu Ortodonti (Keahlian merapikan gigi dan menserasikan bentuk wajah ). Spesialis Ortodonti Bagian
Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin. http://www.orthodontic-eka.com/2012/02/sekilas-ilmuortodonti-keahlian.html diakses pada 7 Oktober 2012 pukul 20:00
Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsia. Jakarta: EGC.
Graber, Thomas M. and Robert L. Vanarsdall. 2000. Orthodontics: Current Principles and Technique, 3rd edition. St. Louis:
Mosby Inc.
Heasman, P. 2003. Master in Dentinstry volume 2 : Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. London :
Churcill Livingstone.
Iman, Pinandi. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia Fak. Kedokteran Gigi UGM.
Proffit, W.R., dkk. 2000. Contemporary Orthodontic, Edisi III. St. Louis: Mosby Inc.
Rakosi, Thomas et al.1993. Orthodontic Diagnosa. New York : George Theme Verlag. Page : 3-5
White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy, Edisi I. California: Ormco Corporation