Pergub 80 2014
Pergub 80 2014
24. Peraturan
36. Peraturan
- 6-
suatu
wilayah
daratan
yang
merupakan
satu
adalah
perorangan,
badan,
atau
instansi
- 8Pasal 3
Kawasan pengendalian ketat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 mempunyai kriteria:
a. bersifat strategis terhadap upaya mewujudkan penataan
ruang;
b. pemanfaatan ruang pada kawasan sekitarnya yang
berdampak pada penurunan kualitas dan merusak
lingkungan;
c. pemanfaatan ruang pada kawasan yang memiliki dampak
lintas wilayah;
d. kecenderungan perkembangan tinggi; dan
e. bersifat strategis dalam mendukung perwujudan tujuan
pembangunan wilayah.
Pasal 4
Kawasan pengendalian ketat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:
a. kawasan perdagangan regional;
b. kawasan kaki jembatan Suramadu di Kota Surabaya dan
Kabupaten Bangkalan yang meliputi kawasan tertentu/fair
ground, interchange jalan akses dan/atau rencana reklamasi
pantai;
c. wilayah aliran sungai, sumber air dan stren kali dengan
sempadannya;
d. kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian
lingkungan hidup meliputi kawasan resapan air atau
sumber daya air, dan kawasan konservasi hutan bakau;
e. transportasi terkait kawasan jaringan jalan, perkeretaapian,
area/lingkup kepentingan pelabuhan, dan kawasan sekitar
bandara;
f. prasarana wilayah dalam skala regional lainnya seperti area
di sekitar jaringan pipa gas, jaringan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) terpadu;
g. kawasan rawan bencana;
h. kawasan lindung prioritas dan pertambangan skala regional;
i. kawasan konservasi alami, budaya, dan yang bersifat unik
dan khas;
j. kawasan untuk kegiatan yang menggunakan bahan baku
dan/atau mempunyai pengaruh antar wilayah di Jawa
Timur;
k. kawasan
- 10 (3) DAS dan sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. WS Bengawan Solo yang terdiri dari DAS Bengawan Solo,
dan DAS Kali Lamong;
b. WS Brantas yaitu DAS Brantas;
c. WS Welang Rejoso yang terdiri dari DAS Legundi, DAS
Banyubiru, DAS Gending, DAS Pesisir, DAS Welang, DAS
Kedunggalen, DAS Petung dan DAS Gembong;
d. WS BaruBajulmati yang terdiri dari DAS Baru, DAS
Glondong, DAS Bajulmati, DAS Bomo, dan DAS
Blambangan;
e. WS PekalenSampean yang terdiri dari DAS Pekalen,
DAS Sampean, DAS Deluwang, DAS Penjalinan, dan DAS
Banyuputih;
f. WS MaduraBawean yang terdiri dari DAS Budur, DAS
Bumianyar, DAS Tamberu, dan DAS Blega; dan
g. WS Bondoyudo-Bedadung yang terdiri dari DAS
Bondoyudo, DAS Bedadung, DAS Mayang, dan DAS
Gladak.
(4) Mata air dan waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, meliputi:
a. Mata Air Umbulan; dan
b. Waduk yang berada di WS Bengawan Solo, WS Brantas,
WS Welang Rejoso, WS Pekalen Sampean, WS Baru
Bajulmati, WS Bondoyudo Bedadung, dan WS Kepulauan
Madura.
Pasal 8
(1) Kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf d merupakan kawasan lindung yang terkait dengan
fungsi kelestarian lingkungan hidup.
(2) Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kawasan resapan air atau sumber daya air dan kawasan
konservasi hutan bakau/mangrove.
(3) Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang harus
dikendalikan pemanfaatannya terdiri dari:
a. kawasan hutan lindung yang berada di wilayah
kabupaten/kota;
b. kawasan konservasi yang terdiri atas cagar alam, suaka
margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, dan
taman hutan raya;
c. Kawasan
- 15 Pasal 16
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf g merupakan kawasan bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam, baik
kawasan
yang
sudah
ditetapkan
dalam
RTRW
Kabupaten/Kota, maupun yang belum ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten/Kota.
(2) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi kawasan:
a. rawan tanah longsor;
b. rawan letusan gunung api; dan
c. rawan luapan lumpur.
(3) Pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan kawasan
sekitarnya dapat dilakukan dengan tidak mengganggu fungsi
lindung dan dengan persyaratan yang ketat.
Pasal 17
(1) Kawasan lindung prioritas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf h merupakan kawasan yang diutamakan
dalam upaya menjaga fungsi lindung kawasan meliputi
Gunung Prahu dan kawasan cagar alam geologi berupa
kawasan keunikan bentang alam.
(2) Kawasan lindung prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dapat dialihfungsikan dan hanya digunakan
sebagai pelestarian sumberdaya alam.
(3) Kawasan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa kawasan bentang alam karst.
Pasal 18
Kawasan pertambangan skala regional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf h merupakan kawasan di area
pertambangan yang menjadi kewenangan Pemerintah dan/atau
Pemerintah Provinsi yang dalam pengelolaannya dapat
memberikan dampak pada penurunan kualitas lingkungan,
konflik sosial, dan konflik pemanfaatan ruang.
Pasal 19
(1) Kawasan konservasi alam, budaya dan yang bersifat unik
dan khas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf i,
merupakan
kawasan
untuk
melestarikan
dan
mengembangkan sumber daya alam, manusia dan buatan.
(2) Kawasan
dianggap
berpengaruh
secara
luas
lintas
kabupaten/kota.
(2) Kegiatan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
perlu
fungsi
kegiatan
walaupun
ada
bagian
dari
dalam
proses
pembahasan
rapat
koordinasi
Asistensi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
untuk
memantau
pelaksanaan
kegiatan
(satu)
kali
sebelum
kegiatan
selesai
dilaksanakan.
b. untuk
evaluasi
dilakukan
setiap
pada
(dua)
tahun,
saat kegiatan
selesai dilaksanakan.
(3) Apabila kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
alokasi waktu dan/atau tidak memenuhi persyaratan minimal
kegiatan yang harus dilaksanakan pada saat evaluasi, maka
pemegang IPR dengan persyaratan tertentu dapat diberikan
tambahan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
Pasal 30
(1) Pemberian tambahan waktu sebagaimana dimaksud pada
Pasal 29 ayat (3) diberikan kepada pemegang IPR, dengan
syarat :
a. sedang mengurus izin lainnya yang diwajibkan dalam
IPR dan dibuktikan dengan surat pernyataan dari
pejabat
instansi
terkait
yang
menjelaskan
bahwa
- 22 Pasal 31
(1) Dalam hal kegiatan yang sudah mendapatkan IPR tidak
memenuhi ketentuan alokasi waktu dan/atau persyaratan
minimal kegiatan dan tidak melebihi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), maka IPR dibatalkan.
(2) Pemohon yang IPRnya dibatalkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mengajukan permohonan IPR baru.
(3) Permohonan IPR baru oleh pemohon yang sama pada lokasi
yang sama hanya dapat diajukan maksimal 2 (dua) kali.
(4) Pengajuan IPR baru sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan maksimal 6 (enam) bulan sejak IPR
dibatalkan.
(5) Bagi pemohon yang telah mendapat IPR baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang pada saat evaluasi kegiatan
belum memenuhi ketentuan persyaratan minimal kegiatan
yang harus dilaksanakan sesuai alokasi waktu, tetapi
memenuhi ketentuan pada Pasal 30 Ayat (1) dapat diberikan
tambahan waktu 1 (satu) tahun untuk menyelesaikan
kegiatan sesuai ketentuan.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menghilangkan hak orang lain/atau Badan Usaha lain
untuk memperoleh IPR pada lokasi yang sama.
Pasal 32
(1) Dalam hal terjadi perubahan data dalam IPR yang sudah
ditetapkan
kegiatan
dan/atau
akan
dimungkinkan
dilakukan
untuk
pengembangan
dilakukan
perubahan
perizinan
yang
sudah
dipenuhi
sesuai
dokumen IPR;
c. berita acara hasil tinjauan lapangan terhadap IPR yang
sudah
diterbitkan
sebelumnya
(apabila
dilakukan
tinjauan lapangan);
d. proposal
dari
pemimpin
badan
usaha
bila
permohonan
memenuhi
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
surat
peringatan sebanyak
(tiga) kali
pemantauan
dan
evaluasi
sebagaimana
sebagaimana
merupakan
upaya
pemanfaatan
ruang
dimaksud
untuk
yang
pada
meningkatkan
terkait
dengan
ayat
(1)
kinerja
pengendalian
- 25 Pasal 36
Uraian lebih rinci mengenai pemanfaatan ruang pada kawasan
pengendalian ketat dan album petanya, mekanisme perizinan,
pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan evaluasi; Formulir
Permohonan
IPR;
Formulir
pemberian
tambahan
waktu
Berita
Pemanfaatan
Lapangan
Ruang;
dan
Pemanfaatan
Acara
Rapat
Formulir
Formulir
Ruang
Koordinasi
Berita
Berita
Acara
tercantum
Tim
Acara
Asistensi
Peninjauan
Evaluasi
dalam
Kegiatan
Lampiran
yang
ruang
yang
baru
dalam
tahap
Jawa
Timur
Nomor
61
Tahun
2006
tentang
- 26 Pasal 39
Peraturan
Gubernur
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 26 Nopember 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR
ttd.
Dr. H. SOEKARWO
LAMPIRAN