Akhlaq Manusia
Akhlaq Manusia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai
makhluk yang sempurna, keharusan manusia sebagai makluk sempurna diantara
ciptaan-ciptaan lainya adalah bersyukur kepada-Nya, salah satu wujud kesyukuran
yang dilimpahkan manusia sebagai ciptaan kepada penciptanya yaitu Allah SWT
adalah dengan mengakhlakinya. Akhlak adalah budi pekerti atau tingkah laku dan
perilaku sesorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik.
Kewajiban manusia mengakhlaki Allah SWT adalah dengan wujud taqwa
kepadanya, definisi taqwa secara harfiyah adalah memelihara diri dari siksaan
Allah SWT dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya, budi pekerti atau akhlaq merupakan perilaku keseharian manusia yang tidak
bisa diragukan lagi rutinitasnya, untuk menjaga budi pekerti manusia dari
akhlaqsuulkarimah terutama mengakhlaki Allah SWT, maka Allah SWT
mewajibkan kepada seluruh ciptaannya khususnya manusia sebagai makhluk
sempurna dan hayawanu natiq (hewan yang berfikir) untuk mengaklaqi Allah
SWT dengan bertaqwa kepadanya.
Selain Bertaqwa manusia juga harus senantiasa cinta dan ridho kepada
Allah SWT, untuk mendefinisikan cinta sangat luas sekali maknanya, menurut
wikipedia Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan
pribadi, cinta juga dapat diartikan take and Give (saling memberi dan menerima)
sedangkan dalam konsep filosofi cinta adalah sifat baik yang mewarisi semua
kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Berbeda dengan cinta, kalaulah cinta definisinya sangat luas, sedangkan
ridho pengertiannya lebih luas dibandingkan dengan cinta. Ridho secara harfiyah
diartikan rela atau perkenan, bisa juga diartikan puas. Oleh karena pengertian
ridho sendiri lebih luas daripada cinta maka hal ini menunjukan bahwa hirarki
tuhan yang lebih tinggi daripada manusia. Adapun makna Ridho terhadap Allah
SWT berarti Allah SWT puas akan ibadah yang kita lakukan, berbeda dengan
cinta yang berarti take and Give, ridho senantiasa melakukan ibadah terhadap
3.
Apa yang dimaksud dengan Cinta dan ridho terhadap Allah SWT?
4.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan akhlaq
2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Taqwa kepada Allah SWT
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Cinta dan ridho terhadap Allah
SWT
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Ikhlas atas kehendak Allah
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk ciptaan, dimana konteks
ciptaan ialah hasil pencipta, maka dalam penciptaan pasti memiliki pencipta.
Kemudian siapakah yang menciptakan manusia?. Allah SWT adalah sang
pencipta, maha pencipta, tidak hanya manusia saja yang diciptakannya, namun
Malaikat, binatang, syaitan, bahkan alam semesta beserta isinya merupakan
ciptaan Allah SWT.
Maka hendaklah seorang manusia mensyukuri atas terciptanya kepada sang
pencipta, bagaimana kita mensyukurinya?. Salah satu wujud kesyukuran yang
harus diimplementasikan manusia kepada penciptanya adalah dengan cara
mengakhlakinya.
Sehingga munculah pertanyaan besar bagi kita Bagaimanakan kita mengakhlaki
pencipta kita?, untuk menjawab pertanyaan itu hendaklah kita mengetahui hakikat
kita yang sebenarnya, untuk itu kita harus Bertaqwa kepada-Nya, Cinta dan Ridho
atas kehendaknya, Ikhlas atas segalanya, Khauf dan raja kepada-Nya, Senantiasa
bertawakal kepadanya, selalu mensyukuri nikmatnya, senantiasa bermurakabah
dengan-Nya, dan selalu bertaubat atas segala kesalahan kita kepada-Nya.
2.1 Pengertian Akhlaq
Akhlaq adalah Budi Pekerti atau tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Khuluq, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangi, tingkah laku atau tabiat.
Kata akhlaq diartikan sebagai tingkah laku, tetapi tingkahlaku tersebut
harus dilakukan secara berulang-ulang tidah cukup hanya sekali melakukan
perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatan
berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari dalam diri
dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan yang sering diulang-ilang sehingga
terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut
dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlaq.
Kriteria Akhlaq
Sesorang sering kali merasa bahwa dirinya sudah berakhlak, namun
sesorang dapat dikatakan berakhlak (baik atau buruk) apabila dia telah
memenuhi kriteria berikut ini :
a.
b.
c.
d.
Pembagian Akhlaq
Dalam menilai sesorang berakhlak baik atau buruk, manusia
terkadang atas tindakan atau tingkah laku yang dia perbuat namun dia tidak
menyadari bahwa tindakannya adalah baik atau buruk menurut dia maupun
orang lain, adapun pembagian akhlaq Dibedakan Menjadi dua bagian.
1. Akhlaq Baik (Al-Hamidah)
Akhlaq Al-hamidah adalah suatu tingkah laku sesorang yang
didorong oleh keinginan yang baik dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya dan orang lain. Adapun contoh
dari Akhlaq Baik adalah Jujur (As-Sidqu), Berperilaku Baik
(Khusnul khuluqi), Malu (Al-Haya), Rendah Hati (At-tawadlu),
Murah hati (Al-hilmu), Sabar (Ash-Shobru).
2. Akhlaq Buruk (Adz-Dzaminah)
Akhlaq buruk merupakan suatu tingkah laku sesorang yang
berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan orang lain, adapun contoh
dari akhlaq Adz-Dzaminah adalah mengambil atau mencuri hak
orang lain, membicarakan kejelekan orang lain, membunuh, segala
bentuk tindakan tercela dan merugikan orang lain.
2.2 Taqwa Kepada Allah SWT
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya
memelihara. Hujahnya adalah Al Quran At Tahrim ayat 6 yang bermaksud:
Wahai orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara kamu dan
Firman Allah :
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa kalau kita mengaku cinta kepada Allah,
maka kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu
mengikuti sunnah-sunnah beliau. Tidak ada artinya sama sekali kalau seseorang
mengaku-aku cinta kepada Allah akan tetapi amalannya tidak mengikuti
Rasulullah bahkan dia beramal dengan berbagai kebidahan bahkan kesyirikan
dan kekufuran, nas`alullaahas salaamah (kita memohon kepada Allah
keselamatan).
Betapa banyak orang yang mengaku-aku cinta kepada Allah, akan tetapi Allah
tidak mencintainya. Orang-orang yahudi, nashara, orang-orang shufi, para
penyembah kuburan, para penyembah ilmu filsafat seperti JIL (Jaringan Iblis
Lanatullah alaihim) dan golongan-golongan sesat lainnya, apakah Allah
mencinta mereka. Sungguh indah perkataan sebagian ulama Salaf,
Sesungguhnya perkara itu bukan bagaimana engkau mencintai akan tetapi
bagaimana agar engkau dicintai.
Memang kita diperintahkan untuk mencintai Allah, akan tetapi jangan sampai
hanya sekedar pengakuan belaka tanpa bukti. Bahkan yang paling penting adalah
kita harus berusaha supaya Allah mencintai kita.
Untuk mendapatkan kecintaan Allah tentunya kita harus mengikuti Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam yakni mengikuti sunnah-sunnah beliau, sebagaimana
disebutkan dalam ayat di atas
mengamalkan syariat Islam dan tidak akan berpaling kapada selain Islam.
Demikian pula ridha kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
sebagai rasul artinya hanya mencukupkan diri dengan mengikuti petunjuk dan
sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah, serta tidak menginginkan selain petunjuk dan
sunnah beliau shallallahu alaihi wa sallam [7].
Sifat yang mulia inilah dimiliki oleh para sahabat Rasulullah, generasi terbaik
umat ini, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah Taala, kemudian
karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan
kepada Allah Taala. Sebagaimana dalam firman-Nya,
{
}
Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orangorang yang mengikuti jalan yang lurus (QS al-Hujuraat:7).
Juga yang disebutkan dalam hadits shahih: Memang demikian (keadaan) iman
ketika kemanisan/kelezatan iman itu telah masuk dan menyatu ke dalam hati
manusia (para sahabat radhiyallahu anhum)
2.5 Ikhlas Atas Kehendak Allah
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu
bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan
agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam
beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Jadi segala apa yang kita
lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT. Memurnikan niatnya
dari kotoran yang merusak.
Dan apabila seseorang menghendaki sesuatu yang lain dengan ibadahnya ia
ingin mendekatkan diri kepada selain Allah S.W.T. dalam ibadah ini dan untuk
mendapatkan pujian makhluk (riya, pent.). Maka ini menggugurkan amal ibadah
dan ia termasuk syirik. Di dalam Shahih dari hadits Abu Hurairah t, sesungguhnya
Nabi S.A.W. bersabda, Allah S.W.T. berfirman (hadits qudsi):
10
))
Artinya :
,
((
11
surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya: "Hanya kepadaMu kami menyembah dan
hanya kepadaMu kami memohon pertolongan."
Waspadalah atas segala apa yang kita perbuat, apakah perbuatan kita
hanya mengejar duniawi saja ataukah ingin terkenal olehnya, berhati-hatilah
dalam bertintak sesuatu karena tatkala kita berniat salah apalagi berniat buruk itu
akan mengurangi keikhlasan dalam diri kita, Allah tidak akan menerima amal
tersebut dan hanya menjadikannya seperti debu yang berterbangan sebagaimana
firman Allah yang tercantum dalam QS Al-Furqan: 23 yang artinya: "Dan kami
perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu seperti
debu yang berterbangan.
Memiliki rasa ikhlas yang sesungguhnya memanglah tidak mudah, akan
tetapi kita harus belajar dan mempraktekkan keikhlasan itu sendiri.
2.5.1 Cedera Ikhlas
Sering kali manusia tergoda oleh keindahan duniawi, seperti harta, tahta,
wanita/pria. Ketiga hal inilah yang terkadang menyebabkan terkurangnya
keikhlasan dalam diri seseorang, olehkarenya ada beberapa hal yang
merusak keikhlasan seseorang yaitu :
1. Riya
Pengertian riya adalah seseorang menampakan amalnya dengan
tujuan orang lain melihatnya dan memujinya. Dan hal inilah yang termasuk
pembatal ikhlas dalam islam. Sehingga kita harus berhati-hati terhadap
ikhlas dan menanyakan pada diri kita sendiri bahwa kita sudah ikhlas. Dan
ini adalah termasuk perbuatan syirik dan dikategorikan srikrik kecik Sirkul
Asghor,
2. Ujub
Ujub adalah seseorang berbangga diri dengan amal-amalnya. Para
ulama menerangkan bahwa ujub merupakan sebab terhapusnya pahala
seseorang, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan
bahwa ujub sebagai hal-hal yang membinasakan. Beliau bersabda yang
artinya: "Hal-hal yang membinasakan ada tiga yaitu: berbangganya
12
seseorang dengan dirinya, kikir yang dituruti, dan hawa nafsu yang
diikuti"(HR. Al-Bazzar)
3. Sumah
Sumah adalah seseorang beramal dengan tujuan agar orang lain
mendengar amalnya tersebut lalu memujinya. Maka bahaya sumah sama
dengan bahaya riya dan pelakunya terancam tidak akan mendapatkan
balasan dari Allah, bahkan Allah akan membuka semua keburukannya di
hadapan manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda
yang artinya : "Barangsiapa yang memperdengarkan amalannya maka Allah
akan memperdengarkan kejelekan niatnya dan barang siapa yang beramal
karena riya maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia"(HR.
Bukhari dan Muslim).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban manusia sebagai ciptaan kepada penciptanya yaitu Allah SWT
salahsatunya adalah dengan mengakhlakinya, akhlaq terhadap Allah SWT harus
senantiasa kita lakukan dan mengaplikasikannya, mengakhlaki Allah tidaklah
seperti berakhlak kepada sesama manusia yang senantiasa saling memberi dan
menerima. Untuk mewujudkan akhlaq yang sebenar-benarnya alangkah baiknya
kita harus mengakhlaki sesama manusia dengan sebenar-benarnya, yaitu
melakukan runutinas didunia dengan tidak bertujuan menikmati keindahan
duniawi semata, dalam membantu sesama haruslah diliputi dengan rasa ikhlas dan
tulus bukan semata-mata ingin minta jasa.
Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita
sebagai manusia yang di ciptakan oleh Allah dan untuk menyembah kepada Allah,
sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT,
manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan
penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan
ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Adapun macam-macam akhlak kepada Allah SWT adalah,Taqwa kepada Allah
SWT, cinta kepada Allah SWT, ikhlas kepada Allah SWT serta Khauf dan raja
terhadap Allah SWT
14
3.2 Saran
Demi perbaikan mutu pembuatan makalah dikemudian hari maka kami
sebagai penulis berharap berbagai kritik serta saran dari seluruh pembaca yang
bersifat membangun dan bisa memotivasi supaya mengetahui cara berakhlak
kepada Allah dengan cara bertaqwa dan menerapkan sifat iklas dalam kehidupan
sehari-hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-quran dan Terjemahannya, Jakarta:
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur;An, 1983
Ilyas,Yunahar, Dr.H,Lc,MA, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam. 2007
http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allahswt.html
rs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa alUlum. Makassar: Berkah Utami.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2097837-khauf-danraja/
16