Anda di halaman 1dari 3

Arsitek-arsitek Belanda melakukan berbagai pendekatan untuk rancangan arsitektur di Hindia Belanda.

Selain
unsur-unsur tropis, juga memasukkan unsur-unsur tradisional Indonesia (Hadinoto dalam Sukawi, 2009). Dan
dalam mempelajari arsitektur tradisional Indonesia, mereka menekankan agar desain tersebut dapat
bersahabat dengan iklim dan kondisi lainnya. (Sidharta, 1998)
Disebutkan beberapa inovasi dalam desain menanggapi iklim tropis adalah (Sidharta, 1998):
1. membuat beranda terbuka di depan, belakang, atau sekeliling bangunan.
2. overhang yang lebar untuk melindungi permukaan dinding dan jendela dari sinar matahari langsung dan
hujan.
3. ketinggian plafon 4m dan ventilasi alamiah diatas pintu dan jendela.
4. taman tropis dengan pepohonan yang cukup
Sedangkan penggunaan dari unsur seni tradisional, diterapkan pada ragam hiasnya. Arsitek Belanda
menghargai detail-detail yang penuh ekspresi dan mengagumkan pada seni tradisional Indonesia sehingga
dijadikan ilham sebagai bahan ide untuk membangun arsitektur modern di Hindia Belanda (Soekiman, 2000).
Ragam hias pada bangunan berarsitektur Indis dapat dilihat pada (Soekiman, 2000):
1. Bentuk atap dan hiasan kemuncak
Bentuk atap dapat menggunakan bentuk model Belanda, dapat pula menggunakan bentuk atap tradisional
Indonesia seperti joglo, limasan, pencu, rumah kampung, dan sebagainya. Sedangkan untuk material
menggunakan material yang terdapat di lingkungan seperti genteng, bambu, daun pohon palem, rerumputan,
dan sebagainya.

Contoh bangunan Indis beratap joglo


Sumber: Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup
Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad
XVIII Medio Abad XX)

Sedangkan hiasan kemuncak dapat berupa:


a)

Penunjuk arah tiupan angin (windwijzer)

b)

Hiasan puncak atap (Nok Acreterie) dan cerobong asap semu

Contoh hiasan puncak atap dan cerobong


asap semu
Sumber: Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup
Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad
XVIII Medio Abad XX)
c)
Hiasan
kemuncak
tampak
depan
(geveltoppen)

Contoh geveltoppen
Sumber: Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup
Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad
XVIII Medio Abad XX)
2. Tadhah angin

Contoh windwijzer
Sumber: Kebudayaan Indis dan
Gaya
Hidup
Masyarakat
Pendukungnya di Jawa (Abad
XVIII Medio Abad XX)

Di
Belanda,
ragam hias pada
tadhah
angin

memiliki makna simbolik, namun pada bangunan Indis di Indonesia, ragam hias itu sudah kehilangan
maknanya dan hanya berfungsi sebagai hiasan.
3. Ragam hias pasif dari material logam
Ragam hias yang melengkapi bagian rumah dari bahan besi, misal untuk pagar serambi (stoep), penyangga
atap emper bagian depan dan belakang rumah (kerbil), penunjuk arah mata angin, lampu halaman, lampu
dinding, dan kursi kebun.

4. Tubuh Bangunan

Contoh ragam hias pasif


Sumber: Kebudayaan Indis dan Gaya
Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa
(Abad XVIII Medio Abad XX)
yang susunannya terdiri atas kepala, tubuh, dan kaki tiang.

Contoh ragam hias kolom


Sumber: Kebudayaan Indis dan
Gaya Hidup Masyarakat
Pendukungnya di Jawa (Abad
XVIII Medio Abad XX)

Ragam hias yang terdapat pada


tubuh bangunan seperti kolom
bangunan dan lubang angin. Ragam
hias pada lubang angin dapat
berupa ukiran. Sedangkan pada
kolom bangunan menggunakan
gaya Doria, Ionia, dan Korinthia

Anda mungkin juga menyukai