SEAL DRAINAGE)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen yang
cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran
pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan,
salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada),
biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga
akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan
gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
4.
5.
6.
7.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage).
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
4.
Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
5.
6.
7.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus)
dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura
memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1.
Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu
operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
1.
Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga
pleura sehingga mechanis of breathing dapat kembali seperti yang seharusnya.
1.
Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga mechanis of breathing
tetap baik.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan
Istirahat
Inspirasi
Ekspirasi
Atmosfer
760
760
760
Intrapulmoner
760
757
763
Intrapleural
756
750
756
2.2 TUJUAN
1.
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2.
3.
4.
5.
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi
dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol
penampung
Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah
masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note:
-
Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan
paru kolaps.
-
Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya
Persiapan alat
1.
2.
3.
4.
3.3.2
Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan
baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
1.
Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris
anterior dan media
2.
3.
Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis
4.
1.
Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
2.
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas,
namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan
sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
1.
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
1.
Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui
lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru
2.
Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
3.
Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4.
10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
2.
3.
4.
Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati
tanda-tanda kesulitan bernafas
5.
Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
6.
Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan
serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
7.
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg
keluar
8.
9.
10. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang
terlipat
11. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
10. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
11. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang
12. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
13. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
14. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
15. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
16. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
17. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada
persendian bahu daerah pemasangan WSD
3.3 PERAWATAN WSD
1.
2.
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
3.
Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya
slang dapat dikurangi.
2.
3.
2.
3.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
4.
5.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam
melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang,
perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
1.
1.
2.
3.
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2
duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
4.
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
2.
3.
4.
5.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
3.4 INDIKASI PELEPASAN WSD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intra pleura
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
Anamnesa
Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
1.
Keluhan Utama
1.
2.
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam
dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif,
sedangkan pada pneumothorak
3.
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
1.
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.
1.
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai
penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
1.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.
4.1.2.
Pemeriksaan Fisik
1.
2.
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau
koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama
dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
3.
B1 (Breath)
1.
2.
3.
4.
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
5.
Fremitus fokal
6.
7.
8.
9.
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
B2 (Blood)
1.
2.
3.
Hipertensi / hipotensi
4.
5.
B3 (Brain)
1.
2.
3.
Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
4.
5.
Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah
kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas,
nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan pasien
B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
1.
2.
Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari
dan berwarna kuning bening
3.
4.
Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang
normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
5.
B5 (Bowel)
1.
2.
3.
4.
5.
i.
6.
7.
Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
8.
Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
B6 (Bone)
1.
2.
3.
4.
4.1.3.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium
2.
3.
Bakteriologis
4.
5.
Pemeriksaan radiologis
6.
Biopsi
4.1.4
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang
dada)
Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.
4.1.5
1.
Intervensi
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
Rasional
cairan
1.
penampung
Perawatan :
Observasi pola napas dan komplikasi
1.
Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan
selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan rasa
sakit, pasien merasa tidak nyaman
Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi
Rasional
pasien
analgesik
Observasi skala nyeri setelah intervensi yang Sebagai evaluasi terhadap interensi yang telah
telah dilakukan
1.
Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh
meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien
Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :
Intervensi
Rasional
teratur
benar
diperlukan
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan
1.
Rasional
berperan
partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai
dilakukan
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus)
dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura
memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1.
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2.
3.
4.
5.
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010 Jam
08.00 WIB