Kelompok 13 :
Carla Nasbar
1311311086
1311311074
1311311008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Sindrom cairan ketuban adalah sebuah
gangguan langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba tiba
memasuki aliran darah. Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan
ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban
seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin,
dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat pembuluh darah dan
mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama
masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang
dapat
robek
sekalipun
pada
persalinan
normal.
Ruptura
uteri
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep teori dari cairan ketuban dan emboli cairan ketuban
2. Mengetahui WOC emboli cairan ketuban
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Emboli cairan ketuban adalah suatu gangguan kompleks yang secara
klasik ditandai dengan hipotensi, hipoksia, dan koagulopati komsumtif
secara mendadak. Gambaran klasik tersebut adalah seorang wanita yang
berada pada tahap akhir persalinan dini mulai kehabisan napas, kemudian
dengan cepat mengalami kejang atau henti kardiorespirasi disertai penyulit
koagulasi intravaskular diseminata, perdarahan masif, dan berakhir dengan
kematian.
Emboli cairan amnion ditemukan oleh Meyer pada tahun 1926 dari hasil
pemeriksaan postmortem. Pada tahun 1947 diuraikan sindrom klinisnya
oleh Steiner dan Lusbaugh. Mereka memperlihatkan bahwa masuknya
cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara mendadak ke
dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian ( fatal).
2.1 Etiologi
a. Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba tiba tanpa diduga pada
wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan
persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu berusia lanjut
4
rupture
uteri
saat
persalinan,
sehingga
cairan
2.3 Patofisiologi
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin
melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus
vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah.
Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena
rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya
berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion
dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada
beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps
cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika
air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan
sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran
darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada
jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban
di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis.
Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah
jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal
jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan yang selamat dari
peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang
ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation
Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder
mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal.
Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan
pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau
kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi
intravaskuler.
debris
partikel,
misalnya:
cairan
amnion.Cepat
lainnya,
belum
dapat
dimengerti.
Banyak
faktor
yang
terjadi
pada
penggunaan
obat-obatan
perangsang
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi ,
koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
10
11
2. Iskemik
3. koma, kematian
4. gangguan pembekuan darah
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ibu pernah mengalami benturan saat kehamilan, melahirkan
dengan operasi, kehamilan yang keberapa.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ibu mengalami sesak nafas, wajah kebiruan, gangguan
sirkulasi jantung, tensi darah mendadak turun, adanya gangguan
perdarahan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit keturunan seperti jantung, TB paru.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Sirkulasi
Sianosis
b) Makanan cairan
Gangguan pernapasan,takipnea.
c) Keamanan
13
d) Genetalia
4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Penggunaan kateter Swan Ganz intraarterial untuk memudahkan
pengukuran tekanan darah dan memperoleh sampel darah serta
instrument
untuk
mencatat
tekanan
darah
sistemik,tekanan
14
No.
NANDA
1.
Resiko Perdarahan
1. 1. Status Sirkulasi
Definisi : Resiko meningkatnay volume
Definisi: tingkat
darah
yang
NOC
mungkin
mempengaruhi
NIC
1.
di
mana
darah
status kesehatan
FAKTOR RESIKO :
darah pulmonal
Kriteria hasil :
Aneurisma
Sirkum sisi
Kurang pengetahuan
Koagulopati intravascular
Riwayat jatuh
Gangguan gastrointestinal
dan depatitis)
trombositopenia)
2. Status Koagulasi
Komplikasi postpartum (contoh: atoni
Definisi : tingkat bekuan darah dalam
periode waktu tertentu
Kriteria hasil :
pengobatan
(contoh:
Tekanan
sistolik
dalam
batas
yang
diharapkan
Tekanan diastolik dalam batas yang
diharapkan
Nadi dalam batas yang diharapkan
Rata-rata tekanan darah dalam batas yang
diharapkan
Tekanan vena central dalam batas yang
diharapkan
15
darah, kemoterapi
2.
16
17
Ketidakefektifan
2.
perfusi
perifer
1.
Perubahan
melalui
afinitas
pembuluh
darah
besar
hemoglobin
alveoli
dan
tepat
4. Integritas jaringan
kulit
dan
membrane
mukosa;
oksigen
keutuhan structural dan fungsi
membrane
2.
keseimbangan
cairan,
18
3.
ekstremitas
Klaudikasi
Kelambatan penyembuhan
Nadi arteri lemah
Edema
Tanda human positif
Kulit pucat saat elevasi, dan tidak
gangguan eksterm
berat
sedang
ringan
tidak ada gangguan
2.
4.
Batasan karakteristik
Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihatan
Objektif
1. respon alergisistemik
1.
keparahan respon hipersensitifitas
imun
sistemik
terhadap
antigen
lingkungan tertentu
2. Keseimbangan elektrolit dan asam
basa
keseimbangan elektrolit dan non
elektrolit
dalam
kompartemen
alveolar
yang
dan
disokong
perfusi 2.
oleh
ventilasi mekanis
4. Status pernapasan
pertukaran gas; pertukaran O2 dan
CO2
di
alveoli
19
untuk
mempertahankan
konsentrasi
gas
darah
5. Status pernapasan: ventilasi
pergerakan udara yang masuk dan
keluar ke dan dari paru
6. Perfusi jaringan paru
keadekuatan aliran darah melewati
vaskular paru yang utuh untuk
perfusi unit alveoli-kapiler
7. TTV
TTV dalam batas normal
Tujuan dan criteria evaluasi
dibuktikan
terganggunya
oleh
respon
tidak
alergi:
orang
dewasa,
status
ventilasi,
perfusi
pernapasan:
gangguan eksterm
berat
sedang
ringan
20
DAFTAR PUSTAKA
Oxom,Harry & R.Forte,William.2003.ILMU KEBIDANAN PATOLOGI DAN
FISIOLOGI PERSALINAN.Jakarta:Medica
Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Medica
Macdonald Grant,Cuningham.1995.Obstetri Williams Edisi 18.Jakarta:EGC
Gary Gunningham F.2006.Obstetri Williams Edisi.21 Vol1.Jakarta:EGC
Herdman, Heather T (editor). 2012. Nursing Diagnoses : definitions and
classification 2012-2014. Wiley Blackwell.
Joanne C.M and Gloria M.B. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Mosby.
Marion J, Meridean M, Sue M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby
21
22