PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan
manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia
terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin
meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian
keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian
keracunan di beberapa rumah sakit, tetapiangka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang
banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan
kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Selain itu sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini
disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam
keadaan hidup atau jalan sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan
perlahanlahan terhirup oleh orang yang ada di dalam mobil. Salah satu senyawa kimia yang
ada dalam asap hasil pembakaran tidak sempurna adalah gas karbon monoksida (CO)
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu
terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan
bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
1|Page
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami angkat adalah :
1. Bagaimanakah konsep keracunan dan overdosis?
2. Apa manifestasi dari keracunan dan overdosis?
3. Bagaimana penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis ?
4. Bagaimana ASKEP keracunan dan overdosis ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep keracunan secara umum
2. Untuk mengetahui manifestasi dari keracunan dan overdosis
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis
4. Untuk mengetahui ASKEP keracunan dan over dosis
2|Page
BAB II
ISI
A. Definisi Keracunan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit (misalnya,
dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bisa menyebabkan
penyakit, kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Setiap orang dapat mengalami keracunan oleh beberapa
hal, seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan meninggal dunia. Dari
data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara
umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan
beberapa tanaman beracun lainnya.
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian
obat,dan lain lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian senyawa asing.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana,
karbon monoksida, klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan
bahan organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.
3|Page
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Tanda dan Gejala Keracunan
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda
dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah
mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejalagejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik,
namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat
gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan
dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat
dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga
jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons
jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena pupil biasanya
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat
kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint
Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin). Luka bakar berwarna putih pucat dan
mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan pada bibir dan dagu menunjukkan pasien
telah minum bahan akustik atau korosif, dan bau lisol adalah ciri khas intoksikasi derivat
fenol.
4|Page
Ditemukan bula pada kulit pasienyang tidak sadarkan diri, terutama pada daerah
kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturat berlebih sebagai penyebab
koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6% terutama bila menggunakan
ppreparat-preparat barbiturat dengan masa kejang sedang. Lesi ini paling sering
ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan kulit yang mengalami tekanan, seperti
celah antar jari dan bagian dalam lipatan lutut. Lesi jarang timbul pada daerah dengan
tekanan maksimum. Bila dijumpai, biasanya terjadi pada keracunan akut lain, terutama
glutetimid, antidepresan trisiklik, metakualon, meprobamat, dan karbon monoksida.
Penting pula diperiksa adanya tanda-tanda tusukan jarum suntik terutama
dipunggung tangan, fosa kubiti, lengan bawah, dan di bagian dala betis serta pleksus
vena rektum, vagina, dan sublingual. Luka-luka tususk ini sering disertai infeksi. Ciri
lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan barbiturat, berupa
ulkus dangkal di vena superficialis dengan tercecernya obat ke dalam jaringan subkutan.
Kombinasi hipertonik, refleks ekstremitas yang meningkat, sering disertai dengan
klonus, respons ekstensor, dan mioklonik di samping menurunnya kesadaran menyokong
diagnosis keracunan marax (difenhidramin dan metakualon). Hilangnya kesadaran
dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bisisng usus negatif, aritmia
jantung dan gejala-gejala traktus piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat
antidepresan trisiklik.
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan
dengan keracunan akut dekstropropoksifen, terutama bila digunakan bersama alkohol.
D. Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-fungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan
kimia). Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun
ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan
5|Page
terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu
adalah pernafasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu.
Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.
Mual dan muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase (KhE). Dalam keadaan
normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (Akh) dengan jalan mengikat
Akh-KhE yang bersifat inaktivasi. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFOKhE lebih banyak terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada akhirnya
akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP (menimbulkan stimulasi dan
kemudian depresi SSP).
E. Macam Macam Keracunan
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah
minyak tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala
klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan
saraf pusat.
o Irritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan
udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di
kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
o Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai
koma,kadang-kadang disertai kejang.
o Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
2. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi.
Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin.
- Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan:
o
Rasa mual
o
Muntah
o
Sakit perut
o
Mengeluarkan banyak ludah dan keringat
o
Miosis
o
Diplopia
o
Bradikardi sampai konvulsif
6|Page
o
Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal
Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dapat diberikan secara intravena
8|Page
c. Aspirin
Manifestasi klinis :
o Keracunan akut : mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaforesis, hiperpnea,
hiperpireksia, oliguria, tinitus, koma, kejang.
o Keracunan kronis : sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering
dikaburkan dengan penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang
dapat lebih hebat, kecenderungan perdarahan.
4. Keracunan Bahan Kimia
a. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun
roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat
mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa
herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari
peleburan timah, seng, dan logam lainnya.
o Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
Rasa tidak enak dalam perut
Bibir terasa terbakar
Sukar menelan
Kemudian disusul dengan:
Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat
Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa
haus
o Gejala klinis keracunan kronis:
Otot-otot lemah
Gatal-gatal
Pigmentasi
Keratosis kulit dan edema
o Pengobatan:
Mencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen
Infus cairan jika ada tanda-tanda renajatan hipovolemik
Pemberian antidotum seperti dimercarpol (3mg/kg i.m setiap 4 jam
sampai sakit perut hilang dan fesesnya hitam karena norit)
b. Keracunan Asam Basa
Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH,
NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti
9|Page
pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun
unutk memasak seperti cuka bibit.
o Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup , saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
o Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi
yang akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan
kesukaran menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan
demikiantindakan cepat dan tepat sangat penting.
5. Keracunan Intektisida
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam
serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh
manusia. Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman
dan jauh dari jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak
maupun inhalasi dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian
keracunan insektisida tidak mudahkarena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap
produsen tidak sama.
o Gejala : yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:
Tremor
Kejang
Koma
Paralisis
o Tindakan
Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
Beri luminal atau diazepam
Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan
selanjutnya
F. Penatalaksanaan secara Umum
1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu dan norit.
Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara
dimuntahkan dan bilas lambung.
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
Pakaian yang terkena racun dilepas.
Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
10 | P a g e
Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan oksigenasi
1.
gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien dengan
depresi berat yang tidak ada reflek batuk
2.
3.
2.
Berikan oksigen.
Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan penatalaksanaan
jalan nafas)
1.
mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut
jantung
2.
3.
4.
3.
mulai cairan IV
Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui. Nalakso
hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air juga digunakan (untuk
hipoglikemia)
11 | P a g e
4.
2.
Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan untuk
menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai rerflek menelan atau
batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi dengan selang endotrakea
dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi lambung)
3.
4.
2.
3.
4.
Pasang kateter urine untuk mempertahankan aliran urine karena obat atau
metabolic dikeluarkan melalui urine.
G. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok, sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral, konvulsi
K. Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN DI FOKUSKAN PADA:
1. Pengkajian
Primary Survey
Airway : Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak pada jalan nafas. Apakah
adanya edema bronkus?
Breathing (B): Biasanya pada pasien keracunan ditandai dengan sesak napas (RR
meningkat), pernapasan cepat (takipnea), pasien menggunakan otot bantu napas.
Circukation (C): Kaji keadaan status jantung pasien . Pasien dengan keracunan biasanya
mengalami takikardi, adanya sianosis.
Disability (D): Mengecek tatus neurologis (respon kesadaran (GCS), respon pupil
negative), nyeri kepala.
Exposure (E): enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia.
secondary surevey
Body Sistem (B1-B6)
a. B1 (Breathing)/pernapasan: Sesak napas (RR meningkat), pernapasan cepat,
menggunakan otot bantu napas, dan takipneu.
b. B2 (Blood)/sirkulasi: Mual, muntah, takikardi, dehidrasi, hipotensi, dan
perdarahan saluran cerna, sianosis, dan berkeringat banyak.
c. B3 (Brain)/kesadaran: Pusing, nyeri kepala, penurunan kesadaran, koma sampai
kematian.
d. B4 (Bladder)/perkemihan : Inkontinensia urin, nyeri saat berkemih.
e. B5 (Bowel)/ pencernaan: Diare, inkontinensia feses.
f. B6 (Bone)/tulang, otot, integument: kejang otot dank ram perut.
Riwayat Kesehatan:
Riwayat Kesehatan sekarang : Terkait dengan kondisi pasien saat keracunan, bahan
obat yang mengaibatkan pasien keracunan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
dan kapan terjadinya.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
2) Kekurangan volume ciran b.d pengeluaran cairan aktif
3) Nyeri akut b.d agen cidera (iritasi saluran cerna akibat racun)
3. Aplikasi Diagnosa Keperawatan (NANDA), NOC,NIC
13 | P a g e
No
NANDA
11111
Bersihan jalan nafas
NOC
1. Status pernapasan :
tidak efektif
NIC
1. Manajemen jalan napas
Aktivitas:
berhubungan dengan
Setelah
adanya sumbatan
dilakukan
Batasan Karakteristik:
tindakan
potensial
keperawatan
Bu
Posisikan
pasien
untuk
nyi napas
selama x 24
tambahan
jam,daya
tahan pasien
bunyi tambahan
Per
ubahan dalam
akan
frekuensi napas
meningkat
dengan
Per
irama pernapasan
nosis
Ke
sulitan bersuara
Pe
nurunan bunyi
Sp
utum terlalu
banyak
Ba
tuk tidak efektif
Ort
hopnea (sesak
saat berbaring)
Ke
14 | P a g e
Atur
intake
cairan
untuk
Posisikan
pasien
untuk
mengurangi dispnu
-
2. Mengatur posisi
Aktivitas:
yang dianjurkan
Posisi dalam kesejajaran tubuh
yang tepat
Memberikan
Dy
spnea
dengan
cairan
sekret
mengoptimalkan keseimbangan
Frekuensi nafas
nafas tambahan.
napas
Sia
Keluarkan
suction/pengisapan
indikator:
ubahan dalam
yang tepat
dukungan
yang
gelisahan
Ma
ta terbelalak
( melihat )
Status Pernapasan
Definisi:pergerakan
Batasan karakteristik :
dariparu-parudan
Napas dalam
pertukarankarbon
yang sesuai
Perubahan gerakan
dioksidadan oksigenpada
dada
tingkatalveolar.
Mengambil posisi
Tingkat pernapasan
tiga titik
Irama pernapasan
Bradipneu
Kedalaman inspirasi
Penurunan tekanan
Suara nafas
auskultasi
ekspirasi
Penurunan tekanan
Penurunan ventilasi
Volume tidal
semenit
Kapasitas vital
Penurunan kapasitas
Saturasi oksigen
vital
Sianosis
Dispneu
Peningkatan diameter
Dispnea dengan
anterior-posterior
tenaga ringan
Kegelisahan
Ortopneu
Sifat tidur
Gangguan kognitif
Sesak nafas
mendengus
lama
Pernapasan pursedlip
posisikan
untuk
mengidentifikasi requiringactual /
potensi napas penyisipan pasien
bersihkan
sekret
dengan
menggunakan
teknik
membantu
dengan
spirometer
15 | P a g e
pasien
Kepatenan jalan
nafas
inspirasi
Tindakan:
Takipneu
Penggunaan otot-otot
bantu untuk bernapas
Status respirasi :
ventilasi
Defenisi: Pergerakan
Rata-rata pernapasan
Irama pernapasan
Kedalaman respirasi
Bunyi perkusi
Volume tidal
pasien
bagaimana
sesuai
mengelola
perawatan
mengelola
udara
lembab
atau
mengatur
asupan
Ratraksi dada
cairan
Pengembangan dada
nebulizer
mengoptimalkan
menggunakan
bernafas
tidak simetris
yang
nafas
bronkodilator
sesuai
mengelola
cairan
untuk
keseimbangan
saat auskultasi
3. Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
Kontrol kecemasan
Pengurangan Kecemasan
Indikator :
Aktivitas :
Klien mampu
mengidentifikasi
dan
2
3
mengontrol cemas
16 | P a g e
mengungkapkan
teknik untuk
yang
Klien mampu
mengidentifikasi,
pendekatan
menenangkan
mengungkapkan
gejala cemas
Gunakan
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
prognosis
6
Libatkan
keluarga
untuk
mendampingi klien
7
menunjukkan
berkurangnnya
kecemasan
menimbulkan kecemasan
11 Dorong
Familiarnya tentang
nama penyakit
2
3
Deskripsi factor
yang berhubungan
dengan penyakit
Deskripsi factor
resiko
5
6
Deskripsi
komplikasi
Deskripsi
kewaspadaan untuk
mencegah
Menyediakan
informasi
sesuai
Mendiskusikan
hidup
yang
perubahan
dibutuhkan
gaya
untuk
Pengetahuan:
17 | P a g e
komplikasi
Perawatan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Deskripsi proses
penyakit
untuk
mengungkapkan
Indikator :
1
pasien
atau
konyrol
dari
proses
penyakit
8
Mendiskusikan
pilihan
Penyakit
Indikator:
terapi/pengobatan
9
Mendeskripsikan
komplikasi
Diet
Proses penyakit
Mengontrol infeksi
Pendidikan:
Prosedur pengobatan
Prosedur/Pengobatan
Cara
pengobatan
Aktifitas:
1
Menentukan
harapan-harapan
dari
pembedahan,
dengan tepat
3
Mengikutsertakan
penting
keluarga/orang
lainnya,
tepatInformasikan
pada
dengan
pasien
bagaimana
mereka
dapat
membantu
pada
proses
penyembuhan
5
Menguatkan
informasi
yang
18 | P a g e
19 | P a g e
terjadinya
overdosis.
Sebab,
semua
minuman
berakohol
mengandung bahan aktif ayang bersifat racun yang disebut etanol. Etanol dapat
memperlemah dan menekan aktivitas sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, yang berfungsi mengonrol kemampuan psikomotorik seperti
koordinasi dan reaksi gerak tubuh. Reaksi lain yang muncul adalah terganggunya
aktivitas anggota tubuh seperti berbicara serta berkurangnya pendengaran dan
pergerakan mata. Alkohol juga dapat mengurangi tingkat kesadaran perilaku dan
kontrol diri.
20 | P a g e
21 | P a g e
d. jika korban masih bernafas, sadar, dan lemas, baringkan korban pada posisi yang
nyaman. Setelah itu, segera cari pertolongan medis, sambil terus amati korban
kalau-kalau terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba.
Perhatian !
a. Jangan memberikan minuman atauapun apapun tanpa instruksi medis. Sebab,
cairan justru akan membantu penyerapan obat didalam tubuh sehingga resiko yang
timbul semakin besar.
setelah memberikan pertolongan pertama, cari sisa atau wadah obat yang sudah dikonsumsi
dan berikan kepada petugas medis untuk dianalisis lebih lanjut
F. WOC
Konsumsi obat berlebihan
& penyalahgunaan obat
masuk ke dalam
saluran pencernaan
obat dicerna di dalam
lambung menjadi bagian
lebih kecil dan halus dalam
dosis tinggi
hiperperistaltik
sebagian beredar d
lambung sampai ke
usus
penyerapan diusus
menurun
frekeunsi BAB menurun
diare
Peningkatan Asam
lambung
hilang cairan
elektrolit berlebihan
asidosis metabolik
22 | P a g e
reaksi terhadap
mukosa lambung dan
usus
gg keseimbangan
cairan elektrolit
dehidrasi
dx : kekurangan
volume cairan
sesak
dx : gangguan pertukaran
gas
dx : kekurangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. ASKEP OVERDOSIS
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status
kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat overdosis, bahan obat yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah overdosis, ada masalah lain sebagai pencetus overdosis dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan primary survey, barulah selanjutnya dilakukan secondary survey.
Primary Survey
a. Airway
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran
nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses ventilasi. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing,
serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah
kebelakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali
terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan
nafas adalah dengan melakukan manuever head tilt dan chin lift
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
Sianosis
Retraksi interkosta
Pernapasan cuping hidung
Bunyi nafas abnormal
23 | P a g e
b. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekuat. Inspirasi dan ekspirasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan
ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi
mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafargma. Pengkajian pernafasan
dilakukan dengan mengidentifikasi :
Pergerakan dada
Adanya bunyi nafas
Adanya hembusan/aliran udara
c. Circulation
Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem
kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
Tingkat kesadaran
Nadi
Warna kulit
d. Disability
Periksa Pupil (besar, simetri, refleks cahaya)
Periksa kesadaran , GCS
A = Awake (sadar penuh)
V = responds to Verbal command (ada reaksi terhadap perintah)
P = responds to Pain (ada reaksi terhadap nyeri)
U = Unresponsive (tak ada reaksi)
Secondary survey
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head
to
toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah
kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang
merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi :
a. Keluhan utama
24 | P a g e
NOC
NIC
volume
cairan
keseimbangan
Penurunan Perdarahan
Gastrointestinal
basa
Aktivitas:
Indikator :
25 | P a g e
Evaluasi
respon
psikologi
Pernapasan : DBH
Sodium serum
Pottasium serum
Klorida serum
Kalsium serum
Magnesium serum
occult)
gerak
dan
jumlah
pH serum : DBN*
Menghindari
pemberian
antikoagulan
BUN* : DBN
pH Urine DBN
Status kesadaran
tepat
Penurunan
Perdarahan : Luka
Orientasi kognitif
Aktivitas:
Kekuatan otot
26 | P a g e
Lainnya (tetapkan)
potensial perdarahan
Mempergunakan bungkusan es
pada daerah yang rusak
DBH
Dalam
Batas
yang
Mempergunakan
tekanan
Diharapkan
perdarahan,
posisi
ekstremitas ditinggikan
Mengajarkan
pasien
untuk
ekstraseluler
dan lainnya
dalam
tubuh
Tempat
Hidrasi kulit
tentang
tanda
Kelembaban
tepat
membran
(e.g,
perawat),
mukosa
agar
memberitahu
tidak
terjadi
Asites (-)
Aktivitas:
Monitor
serum
elektrolit
abnormal
27 | P a g e
Demam (-)
Keringat
Hematokrit : DBN
Lainnya (tetapkan)
Monitor
efek
samping
pasien
dengan
obat
Hitung
haluraN
Pertahankan
28 | P a g e
Monitor
status
hemodinamik
Monitor TTV
Monitor
adanya
indikasi
Kekurangan
nutrisi
Nursing
Classification
a. Status keadaaan gizi
Karakteristik
definisi
pengaturan
level elektroli
Aktifitas :
Berat
perkembangan
atau
badan
lebih
20%
kurang
Pantau
dan
b. status gizi
elektrolit
Kerapuhan
perubahan
pembuluh rambut
diserap
ataau
Diare
metabolisme
Kerontokan rambut
Kekurangan
makanan
masuk
Kekurangan
kebutuhan metabolisme
sesuai
kebutuhan
informasi
Pantau
perhatikan
dari
pulmonal
jantung
yang
memenuhi
atau dehidrasi
-
29 | P a g e
dan
perhatikan
dari ideal
-
dan
kelebihan cairan
Kekurangan
komponen
makanan
-
Memperoleh
bagian
hasil
laboratorium
Kehilangan
berat
untuk
atau
hermatrisit,
Kesalahpahaman
Kesalahan informasi
dengan benar
Pucatnya membrane
mukosa
-
Mengamati
badan
protein,
harian
dan
Berikan
cairan,
lakukan
Tingkatkan
masukan
otot
Mencatat perubahan
sensasi rasa
segar dll)
Mencatat
intake
makanan
kurang
makanan sehari-hari)
BUN,
Lemahnya kesehatan
segera
setelah
menyerap
menentukan
saluran
pengganti ke lambung
-
Merasakan kenyang
dengan
Menetapkan/
penggunaan
kadar
dengan tepat
menyerap makanan
Berat
pantau kecenderungan
ketidakmampuan
-
electron
makan
indikasi
buccal
-
Steathorrea
Kelemahan
Minimalkan
pemasukan
mengandung
efek
diuretic
menelan
atau
mengunyah
Faktor-faktor
2. Manajemen Cairan
yang
terkait
Definisi:
keseimbangan
30 | P a g e
Menigkatkan
cairan
dan
Factor biologi
mencegah
Factor ekonomi
menyebabkan ketidaknormalan
Ketdakmampuan
untuk mengabsorbsi
diinginkan
zat makanan
Aktifitas:
Ketdakmampuan
untuk
mencerna
-
menyerap
makanan
-
berat
badan
yang terjadi
Ketidakmampuan
untuk
Menimbang
yang
makanan
-
komplikasi
Menghitung
atau
menimbang diaper
-
Factor psikologi
Memelihara
keakuratn
Memantau
status
cairan
Memantau
hasil
menyimpan cairan
spesifik,
meningkatkan
BUN,
pengurangan
hematocrit,
peningkatan
tingkat
osmolalitas urin)
-
Memantau
hemodinamis,
CVP,MAP,
status
meliputi
PAP,
dan
Mengukur
tanda-tanda
berlebihan
(e.g.
darah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
32 | P a g e
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit
(misalnya, dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bisa
menyebabkan penyakit, kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam
tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau
mukosa yang menimbulkan timbul gejala klinis.. Penatalksanaan pada jenis
keracunan tersebut berbeda bergantung pada zat yang meracuninya. Namun tidak
terlepas dari prinsip ABC.
Over dosis merupakan suatu keadaan yang timbul diakibatkan penggunaan
dosis obat yang berlebihan. Pada serangan overdosis, penderita biasanya
mengalami penurunan kesadaran karena tubuh tidak bisa memberikan toleransi
untuk mengatasi zat-zat berlebihan yang terkandung didalam tubuh
3.2 Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis
sangat penting
untuk segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban
atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita sebagai petugas
kesehatan hendaknya perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada pasien
dengan keracunan dan overdosis secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:EGC
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat Klinis.
Yogyakarta :Araska.
33 | P a g e
Katzung, BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salwmba Medika.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta : Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Jakarta : EGC.
Tilong, Adid. 2014. Buku Lengkap Pertolongan Pertama pada Beragam Penyakit. Jogjakarta :
Flashbook.
https://idtesis.com/pengertian-over-dosis-dan-gejala-keracunan/
Herdman, Heather T (editor). 2012. Nursing Diagnoses : definitions and
classification 2012-2014. Wiley Blackwell.
Joanne C.M and Gloria M.B. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Mosby.
Marion J, Meridean M, Sue M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby
ribeiro, joyce lase da silva dkk. 2013. organophosphate poisoning: nursing diagnoses and
interventions. federal university of rio de jenerio state.
34 | P a g e