Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan
manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia
terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin
meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian
keracunan di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian
keracunan di beberapa rumah sakit, tetapiangka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang
banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan
kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam
jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Selain itu sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini
disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam
keadaan hidup atau jalan sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan
perlahanlahan terhirup oleh orang yang ada di dalam mobil. Salah satu senyawa kimia yang
ada dalam asap hasil pembakaran tidak sempurna adalah gas karbon monoksida (CO)
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu
terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan
bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon/BK).

1|Page

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami angkat adalah :
1. Bagaimanakah konsep keracunan dan overdosis?
2. Apa manifestasi dari keracunan dan overdosis?
3. Bagaimana penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis ?
4. Bagaimana ASKEP keracunan dan overdosis ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep keracunan secara umum
2. Untuk mengetahui manifestasi dari keracunan dan overdosis
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis
4. Untuk mengetahui ASKEP keracunan dan over dosis

2|Page

BAB II
ISI
A. Definisi Keracunan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit (misalnya,
dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bisa menyebabkan
penyakit, kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik
melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Setiap orang dapat mengalami keracunan oleh beberapa
hal, seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan meninggal dunia. Dari
data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia secara
umum adalah akibat paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alcohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan
beberapa tanaman beracun lainnya.
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian
obat,dan lain lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian senyawa asing.

1.
2.
3.
1.
2.
3.

Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :


Padat, misalnya obat-obatan, makanan
Gas, misalnya CO
Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, zat kimia
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
Tertelan melalui mulut, keracunan makanan, minuman
Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia

B. Etiologi Keracunan
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogen, metana,
karbon monoksida, klor), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan
bahan organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.

3|Page

2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup (Biological toxicants) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterial toxicants) mis : Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Tanda dan Gejala Keracunan
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda
dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah
mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejalagejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non-spesifik dan spesifik,
namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat
gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan
dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini dapat
dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain-lain.
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga
jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons
jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena pupil biasanya
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat
kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint
Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin). Luka bakar berwarna putih pucat dan
mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan pada bibir dan dagu menunjukkan pasien
telah minum bahan akustik atau korosif, dan bau lisol adalah ciri khas intoksikasi derivat
fenol.

4|Page

Ditemukan bula pada kulit pasienyang tidak sadarkan diri, terutama pada daerah
kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturat berlebih sebagai penyebab
koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6% terutama bila menggunakan
ppreparat-preparat barbiturat dengan masa kejang sedang. Lesi ini paling sering
ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan kulit yang mengalami tekanan, seperti
celah antar jari dan bagian dalam lipatan lutut. Lesi jarang timbul pada daerah dengan
tekanan maksimum. Bila dijumpai, biasanya terjadi pada keracunan akut lain, terutama
glutetimid, antidepresan trisiklik, metakualon, meprobamat, dan karbon monoksida.
Penting pula diperiksa adanya tanda-tanda tusukan jarum suntik terutama
dipunggung tangan, fosa kubiti, lengan bawah, dan di bagian dala betis serta pleksus
vena rektum, vagina, dan sublingual. Luka-luka tususk ini sering disertai infeksi. Ciri
lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan barbiturat, berupa
ulkus dangkal di vena superficialis dengan tercecernya obat ke dalam jaringan subkutan.
Kombinasi hipertonik, refleks ekstremitas yang meningkat, sering disertai dengan
klonus, respons ekstensor, dan mioklonik di samping menurunnya kesadaran menyokong
diagnosis keracunan marax (difenhidramin dan metakualon). Hilangnya kesadaran
dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bisisng usus negatif, aritmia
jantung dan gejala-gejala traktus piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat
antidepresan trisiklik.
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan
dengan keracunan akut dekstropropoksifen, terutama bila digunakan bersama alkohol.

D. Patofisiologi Keracunan
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-fungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan
kimia). Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun
ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan
5|Page

terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan nafas maka yang terganggu
adalah pernafasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu.
Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.
Mual dan muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung sehingga asam
lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase (KhE). Dalam keadaan
normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (Akh) dengan jalan mengikat
Akh-KhE yang bersifat inaktivasi. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFOKhE lebih banyak terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada akhirnya
akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP (menimbulkan stimulasi dan
kemudian depresi SSP).
E. Macam Macam Keracunan
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah
minyak tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api. Gejala
klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari iritasi pulmonal dan depressi susunan
saraf pusat.
o Irritasi pulmonal : Batuk, sesak, retraksi, tachipneu, cyanosis, batuk darah dan
udema paru. Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di
kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.
o Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai
koma,kadang-kadang disertai kejang.
o Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.
2. Keracunan Makanan
a. Keracunan Jamur
Keracunan setelah macam jamur yang disebut belakangan ini dapat saja terjadi.
Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin.
- Racun tersebut bekerja sangat cepat dan menyebabkan:
o
Rasa mual
o
Muntah
o
Sakit perut
o
Mengeluarkan banyak ludah dan keringat
o
Miosis
o
Diplopia
o
Bradikardi sampai konvulsif
6|Page

o
Manitin dapat menyebabkan disfungsi hepatoseluler dan ginjal
Pengobatan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dapat diberikan secara intravena

antropin sebanyak 0,02 mg/kg.


b. Keracunan Makanan Kaleng
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam
makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.
Gejala klinik:
o Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan
kelumpuhan otot-otot mata
o Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
o Dysphagia, dysarthria
o Kelumpuhan ( general paralyse )
c. Keracunan Jengkol
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di tubuli,ureter
dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
Gejala klinik:
o Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan terasa
sakit
o Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
o Dapat terjadi gagal ginjal akut
d. Keracunan Ketela Pohon
Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine
(mengandung HCN).
Gejala klinis:
o Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan
kematian dengan cepat
o Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak
o Pernafasan cepat dengan bau khas (bitter almond)
o Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
o Mulut berbusa bercampur darah
o Warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis
e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi
Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman,
parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan
7|Page

keracunan bahan makanan ialah Staphilococcus, Salmonella, Clostridium


Botulinum, E. Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan
biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru
masak yang menjadi pembawa kuman. Kuman yang masuk kedalammakanan
cepat memperbanyak diri dan memproduksi toksin. Akibat keracunan tergantung
dari virulensi, banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas.
o Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri
dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas.
o Pengobatan
Diberi cairan cukup secara oral atau intravena. Jika perlu penderita dapat
diberikan pengobatan tambahan terhadap sakit perutnya dengan analgesia atau
sedatif dan jka muntah terus-menerus suntikkan anti emetik. Bilamana demam
dapat dianjurkan pemberian antibiotik.
3. Keracunan Obat Obatan
a. Salisilat
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak. Faktorfaktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah:
o Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan rasa yang
disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui media
massa.
o Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara berlebihan oleh
orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
o Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang murah.
b. Asetaminofen
Manifestasi klinis, terjadi dalam empat tahap:
o Periode awal (2 4 jam setelah tertelan) : mual, muntah, berkeringat, pucat.
o Periode laten (24 36 jam) : pasien membaik.
o Keterlibatan hepatik (dapat berakhir sampai 7 hari dan permanen): nyeri di
kuadran kanan atas, ikterik, konfusi, stupor, abnormalitas koagulasi.
o Pasien tidak meninggal pada tahap hepatik dan akan membaik secara bertahap.

8|Page

c. Aspirin
Manifestasi klinis :
o Keracunan akut : mual, disorientasi, muntah, dehidrasi, diaforesis, hiperpnea,
hiperpireksia, oliguria, tinitus, koma, kejang.
o Keracunan kronis : sama dengan diatas tetapi awaitan samar (sering
dikaburkan dengan penyakit yang sedang diobati), dehidrasi, koma, dan kejang
dapat lebih hebat, kecenderungan perdarahan.
4. Keracunan Bahan Kimia
a. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun
roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat
mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa
herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari
peleburan timah, seng, dan logam lainnya.
o Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
Rasa tidak enak dalam perut
Bibir terasa terbakar
Sukar menelan
Kemudian disusul dengan:
Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat
Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa
haus
o Gejala klinis keracunan kronis:
Otot-otot lemah
Gatal-gatal
Pigmentasi
Keratosis kulit dan edema
o Pengobatan:
Mencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen
Infus cairan jika ada tanda-tanda renajatan hipovolemik
Pemberian antidotum seperti dimercarpol (3mg/kg i.m setiap 4 jam
sampai sakit perut hilang dan fesesnya hitam karena norit)
b. Keracunan Asam Basa
Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH,
NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti

9|Page

pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun
unutk memasak seperti cuka bibit.
o Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup , saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.
o Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi
yang akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan
kesukaran menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan
demikiantindakan cepat dan tepat sangat penting.
5. Keracunan Intektisida
Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam
serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh
manusia. Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman
dan jauh dari jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak
maupun inhalasi dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian
keracunan insektisida tidak mudahkarena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap
produsen tidak sama.
o Gejala : yang sensitif ialah sistem saraf pusat sehingga terdapat:
Tremor
Kejang
Koma
Paralisis
o Tindakan
Bilas lambung untuk mengeluarkan racun yang belum diserap
Beri luminal atau diazepam
Kirim secepatnya ke rumah sakit untuk dimonitor dan pengobatan
selanjutnya
F. Penatalaksanaan secara Umum
1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu dan norit.
Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara
dimuntahkan dan bilas lambung.
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
Pakaian yang terkena racun dilepas.
Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
10 | P a g e

Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.


c. Racun melalui inhalasi
Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit.
Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
Beri kompres dingin di tempat suntikan.
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Diuretic : lasix, manitol
Dialisa
Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP.
Gangguan sistem susunan saraf pusat:
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Odem otak : beri manitol atau dexametason.
Penetalaksanaan kedaruratan terhadap reaksi obat akut :
1.

Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan oksigenasi
1.

gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien dengan
depresi berat yang tidak ada reflek batuk

2.

dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi dan


abnormalitas asam basa.

3.
2.

Berikan oksigen.
Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan penatalaksanaan

jalan nafas)
1.

mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut
jantung

2.

memulai monitor EGC

3.

dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN,


kreatinin, dan skrin toksikologi yang tepat

4.
3.

mulai cairan IV
Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui. Nalakso

hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air juga digunakan (untuk
hipoglikemia)
11 | P a g e

4.

Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin


1.

rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelah mencerna.(Simpan


muntahan untuk pemeriksaan toksikologi).

2.

Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan untuk
menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai rerflek menelan atau
batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi dengan selang endotrakea
dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi lambung)

3.

Karbon teraktivasimungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan setelah


muntah atau bilas.

4.

Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.

5. Sediakan peralatan mendukung


1.

ukur suhu rectal : termoregulasi yang ekstrem (hipertermia dan hipotermia)


harus diketahui dan ditangani

2.

atasi kejang sesuai petunjuk, mulai kewaspadaan kejang.

3.

Bantu hemodialisis dan dialysis peritoneal untuk potensi keracunan


mematikan

4.

Pasang kateter urine untuk mempertahankan aliran urine karena obat atau
metabolic dikeluarkan melalui urine.

6. Dapatkan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan kemungkinan syok insulin, meningitis,


hematoma, subdural, stroke, dan penyebab lain.
1. kaji tanda jarum dan bukti trauma luar
2. lakukan pengkajian neurologik cepat (tingkat respon, ukuran dan reaksi pupil, reflek,
temuan vocal neurologoik.
3. Ingat bahwa beberapa pangguna obat menggunakan obat multiple secara simultan.
4. Waspada bahwa terdapat insiden tinggi infeksio HIV AIDS dan hepatitis B, diantaranya
pengguna obat kala menggunakan jarum yang tidak steril.
5. Periksa nafas pasien untuk karakteristik bau alcohol, aseton dan lain-lain.
7. Coba untuk mendapat riwayat penggunaan obat (dari orang lain yang ikut bersama pasien)
1. ciptakan hubungfan suportif dan realistis dengan pasien.
2. Jangan meninggalkan pasien sendiri karena ada potensi menyakiti diri, orang lain atau
staf di departemen kedaruratan.
3. Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar, jika pasien dengan sengaja
takar ajak konsultasi ke sokter psikiatrik bila diperlukan.
4. Buat usaha untuk mendaftarkan pasien pada program penanganan obat (detoksifikasi
dan rehabilitasi)
12 | P a g e

G. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok, sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral, konvulsi
K. Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN DI FOKUSKAN PADA:
1. Pengkajian
Primary Survey
Airway : Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak pada jalan nafas. Apakah
adanya edema bronkus?
Breathing (B): Biasanya pada pasien keracunan ditandai dengan sesak napas (RR
meningkat), pernapasan cepat (takipnea), pasien menggunakan otot bantu napas.
Circukation (C): Kaji keadaan status jantung pasien . Pasien dengan keracunan biasanya
mengalami takikardi, adanya sianosis.
Disability (D): Mengecek tatus neurologis (respon kesadaran (GCS), respon pupil
negative), nyeri kepala.
Exposure (E): enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia.
secondary surevey
Body Sistem (B1-B6)
a. B1 (Breathing)/pernapasan: Sesak napas (RR meningkat), pernapasan cepat,
menggunakan otot bantu napas, dan takipneu.
b. B2 (Blood)/sirkulasi: Mual, muntah, takikardi, dehidrasi, hipotensi, dan
perdarahan saluran cerna, sianosis, dan berkeringat banyak.
c. B3 (Brain)/kesadaran: Pusing, nyeri kepala, penurunan kesadaran, koma sampai
kematian.
d. B4 (Bladder)/perkemihan : Inkontinensia urin, nyeri saat berkemih.
e. B5 (Bowel)/ pencernaan: Diare, inkontinensia feses.
f. B6 (Bone)/tulang, otot, integument: kejang otot dank ram perut.
Riwayat Kesehatan:
Riwayat Kesehatan sekarang : Terkait dengan kondisi pasien saat keracunan, bahan
obat yang mengaibatkan pasien keracunan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
dan kapan terjadinya.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
2) Kekurangan volume ciran b.d pengeluaran cairan aktif
3) Nyeri akut b.d agen cidera (iritasi saluran cerna akibat racun)
3. Aplikasi Diagnosa Keperawatan (NANDA), NOC,NIC

13 | P a g e

No
NANDA
11111
Bersihan jalan nafas

NOC
1. Status pernapasan :

tidak efektif

Kepatenan jalan napas

NIC
1. Manajemen jalan napas
Aktivitas:

berhubungan dengan

Setelah

adanya sumbatan

dilakukan

memaksimalkan ventilasi yang

Batasan Karakteristik:

tindakan

potensial

keperawatan

Bu

Posisikan

pasien

untuk

Auskultasi bunyi nafas, catat

nyi napas

selama x 24

adanya ventilasi yang turun atau

tambahan

jam,daya

yang hilang dan catat adanya

tahan pasien

bunyi tambahan

Per
ubahan dalam

akan

frekuensi napas

meningkat

dengan

Per
irama pernapasan

nosis

Ke
sulitan bersuara

Pe
nurunan bunyi

dalam batas normal.


-

Bebas dari suara

Sp
utum terlalu
banyak

Ba
tuk tidak efektif

Ort
hopnea (sesak
saat berbaring)

Ke
14 | P a g e

Atur

intake

cairan

untuk

Posisikan

pasien

untuk

mengurangi dispnu
-

Monitor pernafasan dan status


oksigen

2. Mengatur posisi
Aktivitas:

Tempatkan di posisi theraupetic

yang dianjurkan
Posisi dalam kesejajaran tubuh

yang tepat
Memberikan

tepat untuk leher


Tempat di kasur / tempat tidur

Dy
spnea

dengan

cairan

Irama nafas dalam


batas normal.

sekret

mengoptimalkan keseimbangan

Frekuensi nafas

nafas tambahan.

napas

Tidak ada rasa


tercekik.

Sia

Keluarkan

suction/pengisapan

indikator:

ubahan dalam

yang tepat

dukungan

yang

gelisahan

Ma
ta terbelalak
( melihat )

2. Pola napas tidak

Status Pernapasan

Manajemen jalan napas

efektif b.d depresi

Definisi:pergerakan

susunan syaraf pusat

udaramasuk dan keluar

Batasan karakteristik :

dariparu-parudan

menggunakan teknik jaw thrust

Napas dalam

pertukarankarbon

yang sesuai

Perubahan gerakan

dioksidadan oksigenpada

dada

tingkatalveolar.

Mengambil posisi

Tingkat pernapasan

tiga titik

Irama pernapasan

Bradipneu

Kedalaman inspirasi

Penurunan tekanan

Suara nafas

auskultasi

ekspirasi

Penurunan tekanan

Penurunan ventilasi

Volume tidal

semenit

Kapasitas vital

Penurunan kapasitas

Saturasi oksigen

vital

Sianosis

Dispneu

Dispnea saat istirahat

Peningkatan diameter

Dispnea dengan

anterior-posterior

tenaga ringan

Napas cuping hidung

Kegelisahan

Ortopneu

Sifat tidur

Fase ekspirasi yang

Gangguan kognitif

Sesak nafas

mendengus

lama

Pernapasan pursedlip

membuka jalan napas , dengan

posisikan

untuk

mengidentifikasi requiringactual /
potensi napas penyisipan pasien

masukkan jalan napas melalui mulut


atau nasofaring yang sesuai

melakukan fisioterapi dada yang


sesuai

bersihkan

sekret

dengan

menganjurkan batuk atau suction

mendorong lambat balik pernapasan


dan batuk

menggunakan

teknik

menyenangkan untuk mendorong


pernapasan dalam untuk anak-anak

menginstruksikan cara batuk efektif

membantu

dengan

spirometer

insentif yang sesuai

auskultasi bunyi nafas, mencatat


daerah menurun atau hilangnya
ventilasi dan bunyi tambahan

melakukan endotrachea pengisapan


yang sesuai

15 | P a g e

pasien

memaksimalkan potensi ventilasi

Kepatenan jalan
nafas

inspirasi

Tindakan:

Takipneu

Penggunaan otot-otot
bantu untuk bernapas

Status respirasi :

ventilasi
Defenisi: Pergerakan

Rata-rata pernapasan

Irama pernapasan

Kedalaman respirasi

Bunyi perkusi

Volume tidal

Tidak ada bunyi

Mulit berkerut saat

pasien

bagaimana

sesuai

mengelola

perawatan

mengelola

udara

lembab

atau

oksigen yang sesuai

menghilangkan benda asing dengan


forsep McGill sesuai

mengatur

asupan

Ratraksi dada

cairan

Dispneu saat istirahat

Pengembangan dada

Distorsi bunyi suara

nebulizer

ultrasonik yang sesuai

mengoptimalkan

menggunakan

mengelola perawatan aerosol yang

bernafas

tidak simetris

yang

inhaler yang ditentukan sesuai

nafas

bronkodilator

sesuai

udara masuk dan keluar


dari paru

mengelola

cairan

untuk

keseimbangan

posisi untuk mengurangi dyspnea

memonitor pernapasan dan status


oksigenasi yang sesuai

saat auskultasi
3. Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan

Kontrol kecemasan

Pengurangan Kecemasan

Indikator :

Aktivitas :

Klien mampu

mengidentifikasi
dan

2
3

mengontrol cemas
16 | P a g e

Nyatakan dengan jelas harapan


Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur

mengungkapkan
teknik untuk

yang

terhadap pelaku pasien

Klien mampu
mengidentifikasi,

pendekatan

menenangkan

mengungkapkan
gejala cemas

Gunakan

Temani pasien untuk memberikan


keamanan dan mengurangi takut

Berikan

informasi

faktual

mengenai

diagnosis,

tindakan

Postur tubuh,
ekspresi wajah,

prognosis
6

bahasa tubuh, dan


tingkat aktivitas

Libatkan

keluarga

untuk

mendampingi klien
7

menunjukkan

Instruksikan pada pasien untuk


menggunakan tehnik relaksasi

berkurangnnya

Dengarkan dengan penuh perhatian

kecemasan

Identifikasi tingkat kecemasan

10 Bantu pasien mengenal situasi yang


Pengetahuan : Proses
Penyakit

menimbulkan kecemasan
11 Dorong

Familiarnya tentang
nama penyakit

2
3

Deskripsi factor
yang berhubungan
dengan penyakit

Deskripsi factor
resiko

5
6

Deskripsi tanda dan


gejala

Deskripsi
komplikasi

12 Berikan obat untuk mengurangi


cemas
Pendidikan : Proses Penyakit
Aktivitas :
1

Deskripsi
kewaspadaan untuk
mencegah

anatomy dan fisiologi


3

Medeskripsikan tanda dan gejala


penyakit

Mendeskripsikan proses penyakit

Identifikasi factor penyebab

Menyediakan

informasi

sesuai

dengan kondisi pasien


7

Mendiskusikan
hidup

yang

perubahan
dibutuhkan

gaya
untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut


dan

Pengetahuan:

17 | P a g e

Menjelaskan patofisiologi penyakit


dan bagaiman hubungan denagn

komplikasi

Perawatan

Menghargai tingkat pengetahuan


pasien tentang proses penyakit

Deskripsi effek dari


penyakit

perasaan,

ketakutan, persepsi

Deskripsi proses
penyakit

untuk

mengungkapkan

Indikator :
1

pasien

atau

konyrol

dari

proses

penyakit
8

Mendiskusikan

pilihan

Penyakit
Indikator:

terapi/pengobatan
9

Mendeskripsikan

komplikasi

Diet

kronik yang mungkin terjadi

Proses penyakit

Mengontrol infeksi

Pendidikan:

Prosedur pengobatan

Prosedur/Pengobatan

Cara
pengobatan

Aktifitas:
1

Menentukan

harapan-harapan

pasien dari pembedahan


2

Memperbaiki harapan yang tidak


terwujudkan

dari

pembedahan,

dengan tepat
3

Menyediakan waktu kepada pasien


untuk bertanya dan mendiskusikan
masalah

Mengikutsertakan
penting

keluarga/orang

lainnya,

tepatInformasikan

pada

dengan
pasien

bagaimana

mereka

dapat

membantu

pada

proses

penyembuhan
5

Menguatkan

informasi

yang

diberikan anggota tim pelayanan


kesehatan yang lain, dengan tepat
6

Menyediakan waktu kepada pasien


untuk melatih lagi peristiwa yang
akan terjadi, dengan tepat

18 | P a g e

II. OVER DOSIS


A. DEFENISI OVERDOSIS
Over dosis merupakan suatu keadaan yang timbul diakibatkan penggunaan
dosis obat yang berlebihan. Misalnya saja ketika kita sedang meminum obat
parecetamol yang seara berlebihan akan memunculkan gejala yang ringan hingga
kronis. Sehingga dari kelebihan dosis tadi kan menimbulkan keracunan yang
sangat membahayakan bagi nyawa kita.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya overdosis ( OD ) pada
seseorang, terutama obat. Overdosis didefenisikan sebagai kondisi keracunan
akibat konsumsi obat berlebihan atau melebihi dosis yang bisa diterima oleh
tubuh. Terjadinya overdosis sering dikaitkan dengan penggunaan heroin yang
dicampurkan bersama alkohol, misalnya obat tidur golongan barbiturat, seperti
luminal, atau obat penenang, seperti valium, xanax, mogadon/BK, dan lain-lain
Pada serangan overdosis, penderita biasanya mengalami penurunan
kesadaran.
karena tubuh tidak bisa memberikan toleransi untuk mengatasi zat-zat berlebihan
yang terkandung didalam tubuh. akibatnya penderita bukan hanya tidak sadarkan diri,
namun juga bisa berujung pada kematian.

19 | P a g e

B. OVERDOSIS PENYALAHGUNAAN OBAT SECARA UMUM


Penyalahgunaan obat disini adalah pengguanaan obat yang melebihi aturan
pakai. Pada kasus overdosis ini, akibat yang biasa ditimbulkan adalah terjadinya
gangguan fisik dan psikologi. Akan tetapi, semua ini bergantung pada jenis obat
terlarang, efek yang timbul dapat menekan sistem saraf pusat dan aktivitas otak.
Orang yang tubuhnya dipengaruhi oleh obat menunjukkan perilaku ekstrim dari
tingkatan lambat sampai hiperaktif. Untuk memberikan pertolongan kepada
penderita, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan :
1. Jika korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Atau, jika
perlu, pacu jantung kemudian cari pertolongan medis.
2. Jika korban masih bernafas, namun tidak sadarkan diri, lapangkan pernafasan
penderita dengan melonggarkan pakaian dan sebagainya. setelah itu, baringkan
penderita pada posisi yang nyaman kemudian cari pertolongan medis.
3. Jika korban masih bernafas, sadar, dan tidak lemas, cari pertolongan medis sambil
terus amati korban kalau-kalau terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba.
4. jika korban masih bernafas, sadar, dan lemas, baringkan korban pada posisi yang
nyaman. Setelah itu, segera cari pertolongan medis, sambil terus amati korban
kalau-kalau terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba.
Perhatian !
1. Jangan memberikan minuman atauapun apapun tanpa instruksi medis. Sebab,
cairan justru akan membantu penyerapan obat didalam tubuh sehingga resiko yang
timbul semakin besar.
2. setelah memberikan pertolongan pertama, cari sisa atau wadah obat yang sudah
dikonsumsi dan berikan kepada petugas medis untuk dianalisis lebih lanjut.
C. OVERDOSIS ALKOHOL
Selain karena penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol juga dapat
menyebabkan

terjadinya

overdosis.

Sebab,

semua

minuman

berakohol

mengandung bahan aktif ayang bersifat racun yang disebut etanol. Etanol dapat
memperlemah dan menekan aktivitas sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum
tulang belakang, yang berfungsi mengonrol kemampuan psikomotorik seperti
koordinasi dan reaksi gerak tubuh. Reaksi lain yang muncul adalah terganggunya
aktivitas anggota tubuh seperti berbicara serta berkurangnya pendengaran dan
pergerakan mata. Alkohol juga dapat mengurangi tingkat kesadaran perilaku dan
kontrol diri.
20 | P a g e

Mengonsumsi alkohol akan menimbulkan perasaan senang yang semu.


Alkohol dapat berekasi seperti perangsang tubuh atau stimulan. Akan tetapi,
sebenarnya, alkohol adalah penyebab depresi ( depressant ). Gejala overdosis
alkohol bisa berupa kurangnya koordinasi tubuh, bicara meracau, pernafasan tidak
normal, cenderung tidak sadar, mata memerah, dan ada kemungkinan koma.

D. MANIFESTASI KLINIS OVERDOSIS


Gejala yang ditimbulkan ketika mengalami overdosis biasanya berupa :
1. Muntah
2. Mual
3. Berkeringat
4. Lesu
5. Kehilangan nafsu makan
6. Diare.
E. PENATALAKSANAAN
Berikut ini adalah beberpa kemungkinan cara yang dapat anda lakukan untuk
memberikan pertolongan pertama pada penderita ovedosis alkohol :
1. Jika korban tertidur dengan denyut nada dan pernafasan yang normal, bangunkan
dengan cara menguncang-nguncang tubuhnya atau memanggilnya. Untuk kasus
seperti ini, korban tidak membutuhkan penanganan darurat.
1. Baringkan korban ditempat yang aman agar tidak melukai dirinya sendiri sambil
terus dipantau keadaannya
2. Apabila korban tidak sadarkan diri atau tidak dapat dibangunkan dan
pernafasananya terlihat tidak normal atau dalam kedaaan koam, jaga agar jalur
pernafasannya tetap lancar.
3. Segera bawa korban ke rumah sakit
Untuk memberikan pertolongan kepada penderita, berikut adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan :
a. Jika korban tidak bernafas, berikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Atau, jika
perlu, pacu jantung kemudian cari pertolongan medis.
b. Jika korban masih bernafas, namun tidak sadarkan diri, lapangkan pernafasan
penderita dengan melonggarkan pakaian dan sebagainya. setelah itu, baringkan
penderita pada posisi yang nyaman kemudian cari pertolongan medis.
c. Jika korban masih bernafas, sadar, dan tidak lemas, cari pertolongan medis sambil
terus amati korban kalau-kalau terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba.

21 | P a g e

d. jika korban masih bernafas, sadar, dan lemas, baringkan korban pada posisi yang
nyaman. Setelah itu, segera cari pertolongan medis, sambil terus amati korban
kalau-kalau terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba.
Perhatian !
a. Jangan memberikan minuman atauapun apapun tanpa instruksi medis. Sebab,
cairan justru akan membantu penyerapan obat didalam tubuh sehingga resiko yang
timbul semakin besar.
setelah memberikan pertolongan pertama, cari sisa atau wadah obat yang sudah dikonsumsi
dan berikan kepada petugas medis untuk dianalisis lebih lanjut

F. WOC
Konsumsi obat berlebihan
& penyalahgunaan obat

masuk ke dalam
saluran pencernaan
obat dicerna di dalam
lambung menjadi bagian
lebih kecil dan halus dalam
dosis tinggi
hiperperistaltik

sebagian beredar d
lambung sampai ke
usus

penyerapan diusus
menurun
frekeunsi BAB menurun

diare

Peningkatan Asam
lambung

hilang cairan
elektrolit berlebihan
asidosis metabolik
22 | P a g e

reaksi terhadap
mukosa lambung dan
usus

gg keseimbangan
cairan elektrolit

dehidrasi

dx : kekurangan
volume cairan

mual dan muntah

sesak

dx : gangguan pertukaran
gas

hilang nafsu makan

dx : kekurangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

G. ASKEP OVERDOSIS
1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status
kesadaran.
Riwayat kesadaran : riwayat overdosis, bahan obat yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah overdosis, ada masalah lain sebagai pencetus overdosis dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan primary survey, barulah selanjutnya dilakukan secondary survey.
Primary Survey
a. Airway
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran
nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses ventilasi. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing,
serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah
kebelakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali
terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan
nafas adalah dengan melakukan manuever head tilt dan chin lift
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
Sianosis
Retraksi interkosta
Pernapasan cuping hidung
Bunyi nafas abnormal
23 | P a g e

Tidak adanya hembusan udara

b. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekuat. Inspirasi dan ekspirasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama
masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan
ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi
mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafargma. Pengkajian pernafasan
dilakukan dengan mengidentifikasi :
Pergerakan dada
Adanya bunyi nafas
Adanya hembusan/aliran udara
c. Circulation
Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan
karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem
kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
Tingkat kesadaran
Nadi
Warna kulit
d. Disability
Periksa Pupil (besar, simetri, refleks cahaya)
Periksa kesadaran , GCS
A = Awake (sadar penuh)
V = responds to Verbal command (ada reaksi terhadap perintah)
P = responds to Pain (ada reaksi terhadap nyeri)
U = Unresponsive (tak ada reaksi)
Secondary survey

Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head
to

toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah

kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang
merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi :
a. Keluhan utama
24 | P a g e

b. Riwayat masalah kesehatan sekarang


c. Riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
d. Riwayat medis
Pemeriksaan fisik
a. Kulit kepala
b. Wajah
1) Mata
2) Hidung
3) Telinga
4) Rahang atas
5) Rahang bawah
6) Mulut dan faring
c. Vertebra servikalis dan leher
d. Toraks
e. Abdomen
f. Ektremitas
g. Neurologis
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan
b. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NANDA
Kekurangan

NOC

NIC

volume

cairan

keseimbangan

Penurunan Perdarahan

elektrolit dan asam

Gastrointestinal

basa
Aktivitas:
Indikator :

25 | P a g e

Denyut jantung : DBH*

Evaluasi

respon

psikologi

pasien terhadap perdarahan dan

Irama jantung : DBH

Pernapasan : DBH

persepsi akan kejadian tersebut

Monitor tanda dan gejala dari


perdarahan yang menetap (e.g,

Irama napas : DBH

Sodium serum

Pottasium serum

Klorida serum

Kalsium serum

Magnesium serum

periksa semua sekresi untuk


perdarahan

occult)

* Monitor koagulasi, termasuk


watu protrombin (PT) waktu
sebagian tromboplastin (PTT),
fibrinogen, penurunan fibrin/
produksi

gerak

dan

jumlah

platelet dengan tepat

Menghindari perbedaan yang


besar pada tingkatan pH gastric

pH serum : DBN*

yang diberikan sesuai kebutuhan


untuk pengobatan (e.g, antacid

Albumin serum : DBN

Kreatinin serum : DBN

Bikarbonat serum :DBN

Menghindari

pemberian

antikoagulan

Menilai status nutrisi pasien

Mengelola cairan IV dengan

BUN* : DBN

pH Urine DBN

Status kesadaran

atau agen histamine 2 blocking)

tepat
Penurunan
Perdarahan : Luka

Orientasi kognitif

Aktivitas:

Kekuatan otot

26 | P a g e

Neuromuskular non iritabilitas

Mempergunakan tekanan tangan


ke atas perdarahan atau daerah

Perasaan geli yang ekstrem (-)

Lainnya (tetapkan)

potensial perdarahan

Mempergunakan bungkusan es
pada daerah yang rusak

DBN : Dalam Batas Normal

DBH

Dalam

Batas

yang

Mempergunakan

tekanan

balutan pada tempat perdarahan

Diharapkan

BUN : Blood Urea Nitrogen


HIDRASI

perdarahan,

posisi

ekstremitas ditinggikan

Mengajarkan

pasien

untuk

Definisi : Jumlah air

melakukan tekanan pada tempat

dalam intraseluler dan

tersebut ketika bersin, batuk,

ekstraseluler

dan lainnya

dalam

tubuh

Tempat

Mengajarkan pada pasien dan


keluarga

Hidrasi kulit

tentang

tanda

perdarahan dan tindakan yang

Kelembaban

tepat

membran

(e.g,

perawat),

mukosa

agar

memberitahu
tidak

terjadi

perdarahan lebih lanjut

Oedem peripheral (-)


Manajemen Elektrolit

Asites (-)
Aktivitas:

Haus yang abormal (-)

Perubahan suara napas (-)

Napas pendek (-)

Monitor

serum

elektrolit

abnormal

Monitor manifestasi imbalance


cairan

Mata yang cekung (-)

27 | P a g e

Demam (-)

Pertahankan kepatenan akses IV

Keringat

Berikan cairan sesuai kebutuhan

Pengeluaran urin : DBN

Catat intake dan output secara


akurat

Tekanan darah : DBN

Hematokrit : DBN

Berikan cairan intravena yang


berisi elektrolit dengan aliran
yang konstan

Lainnya (tetapkan)

DBN : Dalam Batas Normal

Berikan cairan intravena yang


berisi elektrolit dengan aliran
yang konstan

Monitor respon cairan untuk


pemberian terapi elektrolit

Monitor

efek

samping

pemberian suplemen elektrolit


(iritasi gastrointestinal)

Monitor secara ketat serum K


pada

pasien

dengan

obat

digitalis dan diuretik


Manajemen Cairan
Aktivitas:

Timbang BB tiap hari

Hitung

haluraN

Pertahankan

intake yang akurat

28 | P a g e

Pasang kateter urin

Monitor status hidrasi (seperti

:kelebapan mukosa membrane,


nadi)

Monitor

status

hemodinamik

termasuk CVP,MAP, PAP

Monitor hasil lab. terkait retensi


cairan (peningkatan BUN, Ht )

Monitor TTV

Monitor

adanya

indikasi

retensi/overload cairan (seperti


:edem, asites, distensi vena leher)

Kekurangan

nutrisi

Nursing

kurang dari kebutuhan


tubuh

Outcomes 1. manajemen cairan/elektrolit

Classification
a. Status keadaaan gizi

Karakteristik

definisi

pengaturan

pencegahan komplikasi dari hal

Definisi :jumlah nutrisi yang

yang mempenaruhi cairan atau

Kram bagian Perut

dicerna dan diserap untuk

level elektroli

Nyeri bagian perut

menempuh metabolisme yang

Aktifitas :

Kuran nafsu makan

diinginkan unuk membantu

Berat

perkembangan

atau

badan
lebih

20%
kurang

Pantau

dan

b. status gizi

elektrolit

definisi: tingkatan untuk yang

Kerapuhan

mana gizi yang dicerna dan

perubahan

pembuluh rambut

diserap

ataau

Diare

metabolisme

Kerontokan rambut

Kekurangan

definisi : nutrisi/ gizi yang

makanan

masuk

Kekurangan

kebutuhan metabolisme

sesuai

kebutuhan

informasi

Pantau

perhatikan

dari

pulmonal

jantung

yang

memenuhi

atau dehidrasi
-

Pantau dan perhatikan dari


tanda tanda atau gejala gejala
dari hal yang menyebabkan
keadaan

29 | P a g e

dan

menunjukan kelebihan cairan

c. status gizi : gizi yang masuk


untuk

perhatikan

ketidak normalan level cairan

dari ideal
-

dan

kelebihan cairan

Kekurangan
komponen

atau kekurangan cairan


dalam

makanan
-

Memperoleh

bagian

hasil

laboratorium

Kehilangan

berat

untuk

memantau prubahan cairan

badan dengan intake

atau

makana yang cukup

hermatrisit,

Kesalahpahaman

sodium, potassium) lakukan

Kesalahan informasi

dengan benar

Pucatnya membrane

mukosa
-

Mengamati

badan

protein,

harian

dan

Berikan

cairan,

lakukan

Tingkatkan

masukan

makanan secara oral (berikan

otot

cairan secara oral pada pasien

Mencatat perubahan

yang mudah dicerna, jus, air

sensasi rasa

segar dll)

Mencatat

intake

makanan

kurang

makanan sehari-hari)

BUN,

Lemahnya kesehatan

segera

setelah

menyerap

menentukan
saluran

pengganti ke lambung
-

Merasakan kenyang
dengan

Menetapkan/
penggunaan

dari RDA (izin uji


-

kadar

dengan tepat

menyerap makanan

Berat

pantau kecenderungan

ketidakmampuan
-

electron

Mengairi saluran pencernaan


dengan larutan garam normal

Memberikan secara bebas air


dengan pemberian makanan

makan

sesuai dengan kebutuhan dan

Luka pada rongga

indikasi

buccal
-

Steathorrea

Kelemahan

Minimalkan

pemasukan

makanana dan minuman yang


otot

mengandung

efek

diuretic

yang diperlukan saat

atau laxative (seperti the,

menelan

kopi, suplemen herbal)

atau

mengunyah
Faktor-faktor

2. Manajemen Cairan
yang

terkait

Definisi:
keseimbangan

30 | P a g e

Menigkatkan
cairan

dan

Factor biologi

mencegah

Factor ekonomi

menyebabkan ketidaknormalan

Ketdakmampuan

atau jumlah cairan yang tidak

untuk mengabsorbsi

diinginkan

zat makanan

Aktifitas:

Ketdakmampuan

untuk

mencerna
-

menyerap

makanan
-

berat

badan

yang terjadi

Ketidakmampuan
untuk

Menimbang

yang

harian dan pantau gejala

makanan
-

komplikasi

Menghitung

atau

menimbang diaper
-

Factor psikologi

Memelihara

keakuratn

laporan jumlah intake dan


output cairan
-

Memasang kateter urin, jika


diperlukan

Memantau

status

cairan

(e.g. kelembaban membrane


mukosa, kecukupan denyut
nadi, dan tekanan darah
ortostatis), jika diperlukan
-

Memantau

hasil

laboratorium secara relevan


untuk

menyimpan cairan

(e.g. meningkatkan grafik


dengan

spesifik,

meningkatkan

BUN,

pengurangan

hematocrit,

peningkatan

tingkat

osmolalitas urin)
-

Memantau
hemodinamis,
CVP,MAP,

status
meliputi
PAP,

dan

PCWP,, jika mungkin


31 | P a g e

Mengukur

tanda-tanda

vital, jika perlu


-

Memantau indikasi cairan


yang

berlebihan

(e.g.

peningkatan CVP tekanan


pembuluh

darah

kapileredema, vena di leher,


dan asites), jika diperlukan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
32 | P a g e

Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit
(misalnya, dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bisa
menyebabkan penyakit, kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan merupakan masuknya zat yang mengandung racun kedalam
tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau
mukosa yang menimbulkan timbul gejala klinis.. Penatalksanaan pada jenis
keracunan tersebut berbeda bergantung pada zat yang meracuninya. Namun tidak
terlepas dari prinsip ABC.
Over dosis merupakan suatu keadaan yang timbul diakibatkan penggunaan
dosis obat yang berlebihan. Pada serangan overdosis, penderita biasanya
mengalami penurunan kesadaran karena tubuh tidak bisa memberikan toleransi
untuk mengatasi zat-zat berlebihan yang terkandung didalam tubuh

3.2 Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis

sangat penting

untuk segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban
atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita sebagai petugas
kesehatan hendaknya perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada pasien
dengan keracunan dan overdosis secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal
tersebut dapat kita hindari.

DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:EGC
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat Klinis.
Yogyakarta :Araska.
33 | P a g e

Katzung, BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salwmba Medika.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta : Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Jakarta : EGC.
Tilong, Adid. 2014. Buku Lengkap Pertolongan Pertama pada Beragam Penyakit. Jogjakarta :
Flashbook.
https://idtesis.com/pengertian-over-dosis-dan-gejala-keracunan/
Herdman, Heather T (editor). 2012. Nursing Diagnoses : definitions and
classification 2012-2014. Wiley Blackwell.
Joanne C.M and Gloria M.B. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Mosby.
Marion J, Meridean M, Sue M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby
ribeiro, joyce lase da silva dkk. 2013. organophosphate poisoning: nursing diagnoses and
interventions. federal university of rio de jenerio state.

34 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai