KELOMPOK 5
DIANA DEYVA
1311311076
GESTI
131131
1311311078
1311311012
MUTIA MAHYUDIN
1311311094
RAHMI KUMALA
1311311034
RENISYA SYAHLI
1311311028
SINDY RAHMAWATI
1311311004
STEVANI ERNI
131131
TRIA WULANDARI
1311312006
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Penegahan primer, sekunder, tersier pada psikologi postnatal.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimal, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa setelah persalinan disebut juga periode pascasalin yaitu waktu antara
persalinan sampai kembalinya keadaan organ seperti sebelum hamil yang
berlangsung dalam enam minggu. Periode pascasalin merupakan masa transisi di
mana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis yang merupakan tantangan
untuk ibu dan keluarga. Perubahan tersebut memerlukan proses adaptasi atau
penyesuaian sehingga sering menimbulkan berbagai gangguan emosional dan
psikologis pada periode setelah melahirkan, terutama hirkan. Penyesuaian periode
pascasalin pada beberapa minggu atau pada bulan pertama bukan merupakan hal yang mudah
untuk ibu primipara atau multipara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencegahan (Prevention)
Yang dimaksudkan dengan pencegahan dalam lingkup gangguan kejiwaan,
menyangkut dua hal, yaitu:
a. Mencari dan sekaligus menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental; dan
b. Membangun kondisi-kondisi yang dapat mendorong lahirnya kesehatan mental.
ketergantungan
dimana
ibu
Beberapa
hari
setelah
melahirkan
akan
menangguhkan
pada bayinya)
Ibu mulai tertarik melakukan perawatan pada bayinya.
Pada fase ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir
dalam melakukan perawatanterhadap bayinya.f.Ibu mulai terbuka
untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya sendiri dan
dalam
hubungan
keluarga
Untuk
mengobservasi bayi.
C. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer
juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko.
Usaha-usaha pencegahan primer meliputi seluruh cara yang dirancang
untuk mendorong perkembangan kesehatan dan perilaku penangan yang efektif,
baik pada taraf biologis, psikososial, dan sosiokultural.
a. Usaha-usaha bagi kesehatan fisik
Usaha di bidang fisik dimulai dari perencanaan keluarga, pemeliharaan
prenatal dan pascanatal, dan tentu saja pemeliharaan kesehatan dan kebugaran
badan di masa dewasa dan tua. Berhubungan dengan usaha-usaha itu, juga
masalah pemeliharaan lingkunhan hidup dan makanan serta pakaian, merupakan
usaha yang penting.
b. Usaha-usaha kesehatan psikososial
Dalam hal ini usaha yang dilakukan pada dasarnya diarahkan pada
terbentuknya kehidupan jiwa yang sehat atau normal. Secara umum jiwa yang
normal itu adalah jiwa yang optimal dalam perkembangan dan pemfungsinya,
serta secara aktif dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan aktualnya.
Terdapat dua pengertian dasar dalam kesehatan psikologis ini, ialah kesehatan
mental dan hygiene mental. Mental sehat adalah kemampuan untuk secara optimal
mengembangkan diri dan menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya.
Higiene mental adalah kondisi mental yang secara struktural adalah baik, sehingga
pada dasarnya dapat berfungsi optimal. Secara rinci, cirri jiwa normal adalah
adanya sisi intelektual yang siap digunakan, emosionalitas yang matang,
sosiabilitas yang tinggi, persepsi yang reaslitas, dan kehidupan spiritual yang
mantap. Orang yang sehat mental bukanlah orang yang bebas dari stress, konflik,
frustasi dan lain-lain, namun memiliki kesiapan untuk menanggulangi masalah.
c. Usaha-usaha sosiokultural
Usaha-usaha ini menyangkut pendidikan masyarakat, keamanan social, dan
perencanaan social ekonomis masyarakat. Masyarakat yang sehat antara lain juga
memberi kesempatan optimal kepada anggota masyarakatnya untuk dapat
mengaktualisasikan potensialitasnya secara optimal. Termasuk dalam hal ini
adalah perkembangan nilai (values) dan norma (norms), yang diharapkan tidak
melahirkan goncangan-goncangan fatal. Masalah gaya hidup, makin terasa
pentingnya dalam pencegahan gangguan kejiwaan ini.
Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu pada
keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai.
Keluarga dan pasien harus mengetahui Kondisi fisik sang ibu , seperti
Pemberian dukungan dari suami atau kelurga besarnya supaya ibu tidak
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran
utamanya adalah
saat kelahiran ibu sudah si. ap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat
di hindari.
a.Olahraga dan nutrisi yang cukup , dengan olah raga dapat menjaga kondisi
dan stamina sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang
baik asupan makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum
b. Support mental dan lingkungan sekitar dukungan ini tidak hanya dari
suami tapi dari keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
c. Ungkapkan apa yang dirasakan ,ibu post partum jangan memendam
perasaan sendiri .jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik dengan
suami maupun orang terdekat .
d. Mencari informasi tentang depresi post partum ,informasi tentang depresi
post partum yang kita berikan akan sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui
factor faktor pemicu sehingga dapat mengantisifikasi atau mencari bantuan jika
mengahdapi kondisi tersebut
Misalnya pada gangguan Depresi Post Partum cara pencegahannya :
a) Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan,maupun
profesional selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat
mencegah depresi
b) Mencari tahu tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu
hamil yang bru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di
c)
pasien
hingga
sembuh
serta
melakukan
terapi-terapi
untuk
perlakuan
(treatment),
dan
pengubahan
perilaku
(behavior
modification).
Yang dimaksud dengan melatih adalah memberi petunjuk yang berulangulang mengenai apa yang harus dilakukan individual ketika menghadapi masalahmasalah yang tidak mampu ia tanggulangi. Bimbingan adalah memberi tahu dan
petunjuk serta mendampingi klien dalam memecahkan masalahnya.
psikologis
dengan
cara
memperbaiki
ketidakseimbangan
antidepresan
membantu
dengan
teknik-teknik
seperti
desensitisasi
sistematis
atau
pembentukan respons.
Terapi kognitif berusaha untuk mengubah cara berpikir maladaptif
seseorang dengan menantang pemikiran-pemikiran irasional dan belajar
keterampilan baru.
Terapi-terapi Psikodinamis
Terapi ini memusatkan diri pada usaha membuka dan menyelesaikan konflikkonflik tak sadar yang melahirkan simtom-simtom psikologis. Tujuannya adalah
menolong klien menemukan cara-cara maladaptif yang telah mereka coba untuk
meneyelsaikan sumber-sumber konflik tak sadar mereka. Pemahaman ini
membebaskan klien dari cengkraman masa lalu dan memberi mereka pemahaman
agensi dalam membuat perubahan di masa kini (Vakoch & Strupp, 2000). Tujuan
ini adalah membantu klien mengintegrasikan aspek-aspek kepribadian mereka
yang telah retak atau menolak ke dalam pemahaman diri yang utuh.
Transferensi klien terhadap terapis adalah juga kunci terhadap konflik
dan kebutuhan tak sadar. Transferensi terjadi jika berkaitan dengan seseorang
yang penting dalam perkembangan awal klien, seperti ayah dan bundanya.
Misalnya, klien menemukan dirinya bereaksi terhadap kemarahan atau
ketakutakan yang sangat mendalam jika seorang terapis hanya beberapa menit
setelah perjanjian, dan hali ini dapat menjadi dasar secara emosional ditinggalkan
orang tua saat kecil. Terapis dapat menunjuk cara-cara klien berperilaku yang
menampilkan trasferensi dan kemungkinan klien mengeksplorasi akar perilakunya
dalam relasinya dengan orang penting lain.
Teknik Mempelajari Perilaku yang Dikehendaki
Dapat dipahami kalau dalam berbagai macam terapi,sepertipun dalam terapi
perilaku ini, yang paling banyak dilakukan adalah menghilangkan perilaku
tertentu, karena hal demikianlah yang menyebabkan ia disebut terganggu. Namun
dalam pengertian yang lebih luas, apa yang disebut dengan terganggu itu termasuk
juga kurang dimilikinya pola perilaku atau keterampilan dan keberanian untuk
bertingkah laku tertentu.
Terapi-terapi Kognitif
Terapi-terapi ini memfokuskan diri pada menantang tafsiran maladaptif orang
mengenai kejadian-kejadian dan cara berpikir, dan menempatkan mereka dengan
berpikir yang lebih adaptif. Banyak strategi keperilakuan berkombinasi dengan
strategi-strategi kognitif. Terapis kognitif juga menolong klien belajar teknik
memecahkan masalah secara lebih efektif untuk menghadapi masalah-masalah
konkrit dalam kehidupannya.
Bentuk yang paling terkenal adalah dari Aaron Beck, 1976. Teknik terapi ini pada
dasarnya mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1. Membantu klien mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif irasionalnya. Orang
sering tidak mengenal pikiran-pikiran negatif yang berputar-putar dalam jiwanya
dan mempengaruhi emosi dan perilakunya.
2. Mengajarkan kepada klien menghadapi pikiran-pikiran irasional atau pikiran
3.
Keperilakuan
(Behavioral
Assignments)
untuk
membantu
klien
merupakan
suatu
versi
short-term
terapi
psikodinamik yang lebih memfokuskan diri pada hubungan yang sedang berjalan.
Terapis sistem keluarga berusaha untuk mengubah sistem perilaku yang
maladaptif dalam keluarga. Program-program prevensi berusaha menghentikan
atau menghambat perkembangan gangguan atau menolong orang untuk dapat
mengurangi gangguan atas kehidupan sehari-harinya. Terapi-terapi spesifik
kultural menggunakan keyakinan dan ritual budaya dalam menangani klien kultur
tersebut.
Terdapat beberapa jenis terapi dalam kelompok ini, antara lain: terapi
antarpribadi, terapi sistem terapi, terapi kelompok, perlakuan komunitas, dan
perlakuan lintas budaya.
Terapi antarpribadi
merupakan
terapi
jangka
pendek
yang
memfokuskan diri pada relasi dan keterlibatan mutakhir klien dan mengeksplorasi
akar masalah mereka dalam relasi di masa lalu.
prevensi
primer
bernaksud
untuk
menghentikan
A. Tujuan
Tujuan: untuk menilai efektivitas intervensi psikoedukasi yang diberikan
kepada ibu-ibu postpartum (pascasalin) dalam pencegahan terjadinya
depresi pascasalin dikaitkan dengan pengaruh faktor usia, paritas,
pekerjaan, pendidikan dan dukungan keluarga.
B. isi dari Jurnal
Penyesuaian periode pascasalin pada beberapa minggu atau pada
bulan pertama bukan merupakan hal yang mudah untuk ibu primipara atau
multipara.
Studi
yang
dilakukan
oleh
Anguilera
(1998)1
Pada fase taking hold ini sering terjadi depresi. Perasaan mudah
tersinggung bisa timbul akibat berbagai faktor, termasuk faktor psikologis
akibat kejenuhan dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orangtua,
kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari anggota keluarga dan
teman-teman ketika hamil, perasaan kecewa ketika persalinan dan
kelahiran telah selesai, juga faktor keletihan setelah melahirkan yang
diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga dengan mudah timbul
perasaan depresi
Apabila situasi krisis ini tidak dapat diadaptasikan dengan baik,
maka akan menimbulkan gangguan psikologis seperti postpartum blues,
depresi pascasalin dan depresi psikosis.
1. Pascasalin Blues
Pascasalin blues adalah gangguan suasana hati seorang ibu yang
baru melahirkan yang bersifat sementara, berlangsung satu sampai
sepuluh hari atau berlangsung selama dua minggu atau kurang dan
apabila menetap dapat berlanjut menjadi depresi pascasalin.
Fenomena blues, dipengaruhi oleh perubahan hormonal, penurunan
estrogen dan progesteron setelah plasenta terlepas. Beberapa
perempuan merasa tidak berdaya dan rendah diri akibat kelelahan,
ketidaknyamanan fisik, dan tidak percaya diri dalam menghadapi peran
baru.9 Faktor lain adalah tidak adanya dukungan dari suami atau
pasangan.
2. Depresi Pascapartum
Depresi pascasalin tanpa manifestasi psikosis meliputi bingung,
letih, agitasi, perasaan tidak berdaya, malu, perubahan suasana hati,
kehilangan libido dan ketergantungan. Pada tingkat berat dapat
teman
dan
juga
tenaga
profesional.
Faktor
yang
mempengaruhi :
a. faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estriol yang terlalu rendah.
b. faktor demografik yaitu usia dan paritas
Psikosis Purpureal
Pospartum Blues
Frekuensi
Depresi Pascabersalin
50-80%
Sedih, mudah
10-15%
1 dari 500
Letargi, sangat sedih, lebih Kasar bicara, waham,
kadang-kadang sakit
kepala.
Simptom
tanpan sebab, gangguan
Onset
pola tidur
Dapat berlangsung pada
hari.
Beberapa
Durasi
Aksi
hari
melahirkan.
Bervariasi
kurang
Hubungi GP untuk
ada tindakan
konsultasi atau
tergantung kebutuhan
ahli.
c. pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
d. latar belakang psikososial perempuan yang bersangkutan, seperti
tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan lingkungan sosialnya (suami,
keluarga dan teman).
Hal lain yang dapat memicu terjadinya depresi pascasalin adalah
nyeri setelah persalinan, termasuk kelelahan, kurang tidur, asupan
nutrisi yang menurun, kecemasan dan rasa takut12 konflik marital,
tindakan yang salah terhadap anak, gangguan hubungan ibuanak
termasuk gangguan peran sebagai orang tua (ibu) dan masalah perilaku
bayi15; dukungan keluarga terutama suami, dan anggota keluarga
dekat lainnya, komplikasi kehamilan dan persalinan, keadaan
lingkungan, gangguan jiwa sebelum hamil, dan latar belakang budaya
Efektivitas intervensi psikoedukasi
Intervensi psikoedukasi memiliki pengaruh terhadap kejadian
depresi pascasalin. Dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
mendapat
intervensi
psikoedukasi
berpeluang
mengalami
depresi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan psikologis masa nifas yaitu dimana ibu nifas usdah mampu
menyesuiakan diri dengan perubah-perubahan yang terjadi setelah melahirkan.
Gangguan psikologis pada masa nifas terbagi menjadi : post partum blues, depresi
postpartum, dan psikosis post partum. Maka dari pencegahan primer, sekunder,
tersier perlu dilakukan yang sesuai dengan adaptasi psikologis postpartum. Oleh
karena itu, kolaborasi keluarga, pasien dan tenaga medis lainnya memerlukan
penanganan serta intervensi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA