Anda di halaman 1dari 16

BLOK SOFT TISSUE SURGERY

SELF LEARNING REPORT


SMALL GROUP DISCUSSION-3
PENYAKIT-PENYAKIT GINGIVA

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Fine Ramadhaniya Febri Adipuri
G1G013008

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2016

PENYAKIT-PENYAKIT GINGIVA
Menurut Suryono (2014), penyakit gingiva sering dihubungkan dengan adanya perubahan patologis
pada gingivitis dikarenakan jumlah mikroorganisme dalam sulkus gingiva. Organisme ini memiliki kemampuan
dalam mensintesis produk seperti, kolagenase, hialuronidase, protease,dan endotoksin yang dapat
menyebabkan kerusakan pada epithelial dan jaringan ikat. Penyakit gingiva berdasarkan dari segi etiologinya
dibagi menjadi penyakit gingiva yang dipengaruhi dental plak, dan penyakit gingiva yang tidak dipengaruhi
oleh dental plak. Serta, menurut klasifikasi lainnya dianataranya yaitu gingival enlargement, infeksi akut
gingiva, penyakit gingiva pada anak, dan desquamatif gingiva.
A. Penyakit gingiva yang dipengaruhi dental plak
1. Gingivitis yang berhubungan hanya dengan dental plak
Penyakit yang merupakan hasil dari interaksi antara mikroorganisme pada biofilm dental plak
dan jaringan sel-sel inflamasi. Faktor lokal yang berperan adalah pembentukan kalkulus pada
permukaan mahkota dan akar gigi yang terus bertahan. Gambaran klinis terlihat tepi gingiva
memerah, adanya pembentukan pocket sebagai akibat pembengkakan gingiva dan edema,
hipertropi, serta probing yang dalam pada evaluasi klnis. Gambaran mikroskopik terlihat adanya
peningkatan kapiler di sepanjang tepi gingiva dan terjadi ulserasi pada pinggiran epitel sulkus
gingiva. Ulserasi ini menyebabkan kecenderungan untuk berdarah pada saat dilakukan probing .
Selain itu, gingivitis dapat ditandai dengan adanya gingival fluid flow atau eksudat yang berwarna
jernih dan meningkat seiring dengan parahnya gingivitis (Perry, 2007).
2. Penyakit gingiva yang termodifikasi dengan faktor sistemik
Menurut Perry (2007), penyakit gingiva yang termasuk faktor sistemik yang berhubungan
dengan sistem endokrin yaitu:
a. Gingivitis yang berhubungan dengan pubertas
Pembesaran gingiva yang dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan yang terjadi
pada area akumulasi plak. Keadaan ini dikarenakan adanya kenaikan hormon steroid
yang didukung oleh adanya karies, kebiasaan bernafas lewat mulut, gigi crowding, dan
erupsi gigi. Area yang sering terjadi adalah pada interdental dan marginal bagian fasial
tetapi jarang pada lingual. Pembesaran gingiva berkurang secara spontan setelah
pubertas tetapi tidak hilang sempurna sampai plak dan kalkulus dibersihkan. Diagnosa
bandingnya chronic inflammatory gingival diseases.

c.

b. Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi


Tanda paling umum terjadi peradangan gingiva ringan selama ovulasi yang bersifat
reversibel. Gambaran klinisnya adalah terjadi atropi, tipis, jaringan gingiva eritema, dan
pasien mengeluh sensitif terhadap makanan pedas dan asam.
Gingivitis yang berhubungan dengan siklus kehamilan
1) Gingivitis terkait kehamilan
Gingivitis yang terjadi single atau multiple dengan gambaran tumor-like masses.
Jenis ini dapat terjadi selama kehamilan terutama akhir trimester ketiga yang
menyebabkan hormon progesteron dan estrogen meningkat sampai 10-30 kali

lipatan sehingga terjadi perubahan pada permeabilitas vaskuler. Hal tersebut


mengakibatkan gingiva edema dan bertambahnya respon inflamasi terhadap plak.
Gambaran klinis terlihat tepi gingiva berwarna merah, membengkak dan nyeri
tekan sedangkan papila interdental menjadi lunak dan mengalami inflamasi.
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya hiperemi dan jaringan yang
meradang. Derajat keparahan dipengaruhi oleh mikrobial, kebersihan mulut yang
buruk dapat memperparah keadaan tersebut.

2) Pyogenic granuloma
Pyogenic granuloma atau dalam kehamilan disebut pregnancy tumor disebabkan
karena respon berlebih terhadap iritan kronis seperti restorasi yang berlebih atau
adanya kalkulus. Gambaran klinis ditemukan adanya nodula lunak berwarna
merah terang dengan permukaan yang mengkilap, mengalami ulserasi, berlobus
dan asimptomatik. Diagnosis banding yang mirip dengan keadaan ini adalah
fibroma osifikasi perifer dan granuloma sel datia.
d. Gingivitis yang berhubungan

dengan diabetes mellitus

- Etiologi:
Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus dikarenakan pengontrolan yang
tidak baik dari kadar glukosa darah berkaitan dengan berkurangnya produksi dan
pemakaian insulin.
-Manifestasi Klinis:
Parahnya gingivitis diabetes mellitus tergantung pada derajat penyakit dan kebersihan
mulut pasien. Pada diabetik yang tak terkontrol terdapat proliferasi- proliferasi khas dari
jaringan tumbuh dari gingiva tepi dan gingiva cekat.Terdapat pembengkakan yang berbatas
jelas dan mempunyai konsistensi lunak, berwarna merah, irregular dan mudah berdarah.
Secara klinis gingivitis karena diabetik yang mengalami inflamasi akut dan terlokalisir
dengan inflamasi edematous dan terdapat banyak akumulasi plak dan kalkulus dan pada
poket biasanya ditemukan adanya pus (Salmiah, 2009).
3. Berhubungan dengan dyscrasias darah (Leukimia)

-Etiologi:
Dikarenakan fungsi kekebalan tubuh yang engganggu keseimbangan normal imunologis
kompeten sel darah putih yang memasok periodontium.
-Manifestasi klinis:
Terdapat pembesaran pada gingiva yang diikuti dengan adanya perdaraha, jaringan gingiva
menjadi lunak karena infiltrasi berlebihan sel darah (Salmiah, 2009).
4. Penyakit gingiva yang termodifikasi oleh obat-obatan
a. Hiperplasi gingiva

-Etiologi:
Pasien epilepsi yang rutin meminum phenytoin bisa berakibat menimbulkan adanya
hiperplasi gingiva.
-Manifestasi Klinis:
Terdapat gingiva yang berwarna merah terang dan ditemukan adanya penebalan pada
gingiva.
b. Cyclsoporin
Cylosporin merupakan obat immunosupresan yang digunakan pada pasien transplantasi
organ untuk mecegah terjadinya penolakan tubuh. Mekanisme kerja obat yang dapat
menyebabkan pembesaran gingiva tidak diketahui, diduga akibat dari efek stimulasi dari
proliferasi fibroblast dan produksi kolagen dan juga efek penghambat dari penghancuran
kolagen enzim kolagenase.
c. Nifedifin
Nifedifin merupakan calcium chanel blocker yang digunakan pada orang dewasa untuk
mengontrol kardiovaskuler. Kekurangan dari enzim ini dapat menyebabkan penumpukan
kolagen pada gusi (Salmiah,2009).
Menurut Salmiah (2009), tanda awal dari perubahan pembesaran gingiva akibat obat-obatan
yaitu terlihat setelah 3-4 bulan setelah pemberian obat. Papilla interdental menjadi bernodul sebelum
meluas menjadi difus sehinga menganggu jaringan labial. Biasanya melibatkan bagian anterior mulut
dan seringkali melibatkan penampilan pasien. Jaringan akan tumbuh berlebihan sebagai fungsi oral,
sehingga menganggu pada saat makan dan berbicara. Pembesara gingiva ini tidak menyebabkan
rasa sakit dan berbeda dengan pembesaran gusi akibat inflamasi kronis, bentuknya fibrous, keras
dan berwarna pink pucat biasanya cenderung sedikit untuk mengalami perdarahan.
5. Penyakit gingiva yang termodifikasi dengan malnutrisi
a. Gingivitis karena kekurangan vitamin C
-Etiologi:

Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal,


tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan
kesehatan jaringan tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi.
-Manifestasi Klnis:
Terdapat gingiva yang berwarna merah terang, terjadi pembengkakan, dan pendarahan
gingiva terkait dengan defisiensi vitamin C.
B. Penyakit gingival yang tidak dipengaruhi dental plak
1. Penyakit gingva yang dikarena kan bakteri spesifik
a. Neisseria gonorrhea
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Ghonorrea. Tanda dan gejala yang terjadi yaitu
ditemukan adanya uretritis anterior akut yang sering terjadi pada pria. Gejala yang sering
terjadi ditimbulkan yaitu adanya sekret dari uretra dan dysuria. Selain itu, pasien merasakan
keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra dan di sekitar orifisum
uretra eksternum. Beberapa kasus, dapat terjadi pembesaran getah bening inguinal unilateral
dan bilateral. Infeksi gonorrhae dapat juga terjadi pada faring dan menyebabkan
limfadenopati leher serta dapat terjadi gingivitis dan stomatitis. Gambaran klinis pada gingiva
terjadi nekrosis, purulensi, dan hemoragi. Diagnosa banding penyakit gonorreae yaitu infeksi
trichomonas vaginalis, infeksi candida albicans, dan infeksi Gardnerella vaginalis.

b. Treponema pallidum
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. Gambaran
klinis rongga mulut adanya chancre yang tidak saki. Chancre dapat terjadi pada jaringan
lunak rongga mulut seperti area lidah, gingiva, palatum dan tonsil tetapi area yang paling
sering terinfeksi yaitu pada bibir. Chancre pada awalnya berupa papula soliter kecil yang
menonjol, berdiameter 2-3 cm, permukaannya ditutupi cairan serosa yang kekuningan dan
sangat menular. Sifilis yang tidak diobati akan menjadi sifilis sekunder yang ditandai dengan
patch lendir keputihan serta ruam kulit. Seifilis sekunder dapat menjadi sifilis tersier yang
ditandai dengan adanya gumma yang menyebabkan perforasi palatum Diagnosa banding
sifilis primer yaitu lesi infeksius seperti herpes simplex, granuloma inguinal, vaccinia dan
ulkus aphtous serta lesi non infeksius seperti erosi akibat trauma atau ulkus, penyakit Behcet,
karsinoma sel skumosa, karsinoma sel basal dan fixed drug eruption.

c. Spesies streptococcal
Gingivitis streptococcal atau gingivostomatitis merupakan kondisi yang jarang dan dapat
terjadi dalam kondisi akut disertai demam, malaise, dan nyeri. Infeksi gingiva biasanya

disertai dengan tonsilitis dan dihubungkan dengan infeksi kelompok -hemolytic


streptococcal (Carranza, dkk., 2012).
2. Penyakit gingiva yang disebabkan virus
Menurut Pindorg (2009), penyakit gingiva yang disebabkan virus yaitu:
a. Primary herpetic gingivostomatitis
Herpes simpleks virus tipe 1 berperan dalam terjadinya infeksi primer yang melibatkan
gingivitis berat disertai ulserasi pada jaringan keratin dan non-keratin serta edema disertai
oleh stomatitis. Selain itu, biasanya demam tinggi, malaise, dan adanya vesikel pada bibir
yang dapat berakibat tampilan bibir terlihat pecah-pecah.

b. Reccurent oral herpes


Reaktivasi virus yang mengakibatkan infeksi berulang dari individu dengan infeksi primer.
Lesi ini biasanya vesikel yang dapat menjadi ulser dan mempengaruhi jaringan keratin yang
umumnya terjadi secara lokal. Rekurensi akibat reaktivasi virus diinduksi oleh stres emosi,
demam tinggi, paparan sinar ultraviolet, trauma jaringan mukosa rongga mulut atau jaringan
saraf, kondisi imunosupresi, dan gangguan hormon. Gambaran klinis adanya edema
ditempat lesi diikuti formasi cluster vesikel kecil, bentuk vesikula dan krusta berwarna merah
kecoklatatan dan masing-masing vesikel berdiameter 1-3 mm dengan ukuran cluster 1-2 cm.

c. Varicella zoster
Virus varicella zoster menyebabkan penyakit varicela atau cacar air merupakan infeksi yang
bersifat self-limiting. Virus ini laten dan dapat kembali aktif sehingga terjadi herpes zoster.
Gejala klinis varicela dapat ditemukan pada kulit kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal,
berupa makula kemerahan, yang kemudian dapat berubah menjadi lesi-lesi vesikel. Lesi
pada intraoral terjadi pada palatum mole, uvula atau pilar tonsil anterior, mukosa pipi dan
lipatan mukobukal

3. Penyakit gingiva yang disebabkan jamur


Menurut Carranza, dkk., (2012) , penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur yaitu:
a. Infeksi spesies candida: generalized gingival candidosis

1) Pseudomembran candidiasis
Candidiasis pseudomembran adalah jenis candidiasis yang menyebabkan rasa sakit dan
bersifat sedikit sensitif. Gambaran klinis kandidiasis jenis ini berwarna kuning putih mirip
lemak yang mudah tergores dan dapat dipisahkan dari permukaan mukosa mulut.
Candidiasis pseudomembran pada umumnya terjadi di palatum baik palatum durum
maupun palatum mole dan mukosa bukal atau labial tetapi terkadang juga dapat terjadi
dimana saja dalam rongga mulut.

2) Erythemathous candidiasis
Candidiasis jenis ini dimungkinkan dapat terjadi sebagai salah satu komponen dari
kandidiasis jenis pseudomembran. Gambaran klinis candidiasis jenis ini muncul sebagai
lesi berupa bercak berwarna merah pada mukosa bukal atau palatal dan dapat juga
disertai dengan depapilasi dari lidah. Apabila gingiva ikut terkena pengaruh kandidiasis
jenis erythematosus candidiasis maka akan menjadi sulit dibedakan dengan
desquamative gingivitis (Carranza, dkk., 2012). Menurut Richard (2005), desquamative
gingivitis merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan klinis non spesifik pada
gingiva seperti kemerahan, terbakar, erosi, dan rasa nyeri. Penyebab terjadinya karena
dermatose contohnya lichen planus, selain itu obat kumur, dental material, dan lain-lain.
Diagnosa banding adalah desquamative gingivitis.

3) Hiperplastik candidosis
Hiperplastik candidosis merupakan lesi yang biasanya bertahan lama pada mukosa
dengan gambaran berupa patch putih yang tebal dan tidak dapat di hapus.
b. gingival erythema
Linear gingival erythema merupakan gingivitis yang terkait HIV dan biasanya mempengaruhi
individu immunocompromised. Gambaran klinis gingivitis ini memiliki pola yang khas berupa
peradangan berbentuk linear memanjang sepanjang marginal gingiva selebar 2-3 mm.
Kemerahan dapat menyebar sampai melewati mucogingival junction. Hal ini umum di rongga
mulut dan melibatkan beberapa gigi.
c. Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah penyakit granulomatosa yang disebabkan oleh histoplasma capsulatum.
Keadaan ini kebanyakan terjadi pada pasien dengan HIV ringan. Gambaran klinis pada oral
terlihat ulserasi granulomatosa yang sangat sakit.

4.Lesi gingiva karena kondisi genetic


a. Herditary Gingival Fibromatosis
Hyperplasia gingiva dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti phenytoin,
sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari
faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal sebagai hereditary gingival fibromatosis (HGF)
adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement,
kadang- kadang menutupi sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Jaringan yang
membesar umumnya keras, dan berwarna merah muda, terdiri dari pembesaran jaringan ikat
fibrosa. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif. Keadaan
ini dapat timbul sendiri atau diikuti dengan hipertrikosis (hirsuteness), gangguan mental, dan
epilepsy (Manson dan Eley, 2013).
5. Manifestasi gingiva karena kondisi sistemik
a. Lichen planus

-Etiologi:
Karena adanya kerusakan pd permukaan mukosa yaitu cavum oris, dan genital serta pada
kulit kepala dan kuku.
-Manifestasi Klinis:
1) Lichen planus retikular:
Asimptomatik, bilateral, posterior mukosa bukal, adanya eritema dan berhubungan
dengan candidiasis
2) Lichen planus erosive:
Terasa nyeri, adanya ulserasi, eritema yang dikelilingi oleh white striation, sensitif
terhadap suhu panas dan makanan yang asin.
-Diagnosa banding:
Lichenoid mucositis, Chronic ulcerative stomatitis, Pemphigus vulgaris.
b. Pemphigus vulgaris

-Manifestasi Klinis:
Terdapat vesikel-bulla, Bula rupture, maka area ulser yg luas, terdapat pada palatum
lunak, mukosa bukal, lidah, mukosa bibir bawah, gingiva
-Diagnosa banding:
Erythema multiforme, pemphigoid, chronic ulcerative stomatitis
c. Lupus erythematosus

C.

-Manifestasi Klinis:
Dibagi 3: SLE, CCLE, SCLE
SLE: Rash seperti butterfly, adanya ulserasi, plak hiperkeratotik pada mukosa bukal
da palatum.
CCLE: seperti lichen planus plak pada palatum dan mukosa bukal.
SCLE: Scar dan atropi.
-Diagnosa banding:
Erosive lichen planus, erythema multiforme, pemphigus vulgaris
6. Reaksi alergi
a. Material restorasi
b. Merkuri
c. Nikel
d. Akrilik
7. Traumatik lesion
Lesi traumatik berupa ulserasi gingiva atau resesi gingiva dapat muncul secara tidak sengaja yang
dapat disebabkan karena trauma mekanik seperti penggunaan sikat gigi, iatrogenik, trauma fisik,
atau trauma termal seperti faktor makanan atau minuman panas.
8. Reaksi benda asing
Reaksi benda asing yang menyebabkan kondisi inflamasi terlokalisir pada gingiva disebabkan
karena adanya material asing pada jaringan ikat gingiva yang merusak epitelium. Kasus yang
paling sering terjadi adalah masuknya amalgam pada gingiva pada saat ekstraksi gigi atau
pemolesan restorasi.
Gingival Enlargement
1. Pembesaran gingiva (gingival enlargment)
Gingival enlargment adalah peningkatan ukuran gingiva yang dihasilkan dari inflamasi kronis atau
perubahan akut. Berdasarkan etiologi dan patofisiologinya, gingival enlargment dibedakan
menjadi:
a. Inflammatory enlargment
1) Chronic inflammatory enlargment
-Etiologi:
Chronic inflammatory enlargment disebabkan oleh akumulasi plak gigi. Faktor-faktor
yang mendukung akumulasi plak dan retensi seperti, oral hygiene yang buruk,
kelainan anatomi, restorasi yang buruk dan peralatan ortodontik.
-Manifestasi klinis: tampak seperti balon pada papilla interdental dan marginal gingiva.
Terdapat tonjolan yang dapat meningkatkan ukuran sampai menutupi bagian dari
mahkota. Pembesaran berlangsung perlahan dan tanpa rasa sakit. Kadang-kadang
penyakit ini berupa screte sessile atau massa pedunkulatid yang menyerupai tjumor
yang terjadi di bagian interproksimal atau pada margin gingiva atau attached gingiva.
b. Acute inflammatory enlargment
1) Gingival abcess
-Etiologi:
Acute inflammatory enlargment dari bakteri yang dibawa ke dalam jaringan, ketika zat
asing seperti, misalnya bulu sikat gigi tertanam dalam gingiva.

-Manifestasi klinis:
Tahap awal tampak sebagai pembengkakan merah dengan permukaan halus dan
mengkilap. Lesi akan berfluktuasi dengan purulent eksudat dalam waktu 24 sampai 48
jam. Gigi didekatnya akan sensitif terhadap perkusi dan dapat pecah secara spontan.
2) Periodontal abcess
c. Drug-induced enlargment
1) Idiopatic gingival enlargment
Penyakit ini jarang terjadi, dan dapat disebut dengan istilah seperti
gingivistomatitis, elphantitis, idiopatik fibromatosis, hiperplasia gingival herediter, dan
fibromatosis familial kongenital (Langlais, dkk., 2000).
-Etiologi:
Penyebabnya tidak diketahui. Tetapi adanya plak yang terdapat pada gingiva dapat
menjadi faktor terjadinya gingival englarment.
-Manifestasi klinis :
Adanya pembesaran yangmnengenai attached gingiva dan papila interdental.
Berwarna merah muda, tegas, konsistensi halus, dan permukaan bergelombang.
d. Enlargment associated with systemic disease
1) Condotiones enlargment
a) Kehamilan
b) Pubertas
c) Defisiensi vitamin c
d) Gingivitis plasma sel
e) Piogenik granuloma
2) Systemic disease causing gingival enlargment
e. Neoplastic enlargment
1) Benigna
a) Giant cell carcinoma
-Etiologi:
Penyakit ini disebabkan akibat trauma/ritasi gingiva. Tidak ada hubungannya
dengan perubahan hormobal dan obat-obatan.
-Manifestasi klinis:
Terdapat masa merah menonjol (hiperplasi fibroblas) dengan diameter 1 cm dan
dapat multinucleated giant cell pada pemeriksaan HPA.
b) Leukoplakia
Leukoplakia merupakan suatu lesi putih pada mukosa mulut yang tidak dapat
diangkat. Leukoplakia diperuntukkan untuk lesi putih yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai penyakit lainnya.
-Etiologi:
Akibat tembakau (merokok), trauma, alkohol, infeksi candida albicans.
-Manifestasi klinis:
Adanya bercak plak putih dengan permukaan lesi tampak licin, tebal, dan berfisur
pada daerah vestibulum, bukal, palatal, alveolar ridge, bibir, lidah, dan dasar
mulut.
2) Maligna
a) Melanoma
Melanoma merupakan neoplasma ganas dari melanosit dengan etiologi belum
dapat diketahui. Namun, terdapat faktor predisposisi, seperti, paparan sinar
matahati, dan immunosupresan (Regezi, 2008). Manifestasi klinis: berupa bercak
dengan sedikit timbul, lesi gelap, bisa menjadi nodul, tidak dapat digerakkan, tepi

irreguler, dan batas tidak jelas. Warna gelap dan bervariasi (coklat, abu, biru, atau
hitam). Terdapat pada lingir alveolar atas, palatum, gingiva anterior, mukosa bibir.
Diagnosa banding : nevus, melanotic macule, amalgam tatto (Regezi, 2008).
D.

Infeksi gingiva akut


1.ANUG(Necrotizing Ulseratif Gingivitis)
Gingivitis Ulseratif Akut yang Nekrosis (ANUG) yaitu suatu tipe gingivitis akut yang
berhubungan dengan bakteri tertentu dan stress, juga disebut sebagai infeksi Vincent atau Trench
Mouth. ANUG adalah penyakit keradangan destruktif gingival dengan tanda yang spesifik. Nama lain
ANUG yaitu Acute Membranous Gingivitis, Fusospirillary Gingivitis,Fusospirillosis, Fusospirochetal
Gingivitis, Necrotizing Gingivitis Phagedenic Gingivitis, Ulcerative Gingivitis, Vincents
Gingivitis,Vincents Infection dan Vincents Stomatitis.

-Etiologi:
ANUG disebabkan oleh infeksi anaerob borelliavincentii dan bakteri fusiformis yang berlebih tetapi
tidak menular. Faktor predisposisinya yaitu merokok, infeksi virus pada saluran pernapasan, dan
cacat kekebalan seperti AIDS. ANUG yang dibawa oleh faktor merokok atau stress menyebabkan
nyeri disertai pembengkakan ulser dan kematian jaringan serta kebersihan dari rongga mulut pasien
juga berpengaruh.
-Manifestasi Klinis:
Adanya demam, limfadenopati, malaise, gusi merah,rasa sakit di mulut, hipersalivasi, dan bau mulut
yang khas. Papilla interdental terdorong keluar, berulserasi dan tertutup pseudomembran yang
keabu-abuan. Kadang-kadang keadaan tersebut meluas ke permukaan mulut yang lain, jika salah
perawatan. khas adalah nyeri yang hebat perdarahan gingiva yang hebat, halitosis dan rasa tidak
enak. Papilla interdental mungkin terulserasi dengan lapisan nekrosis. Kadang disertai demam,
lemas, anoreksia, pembesaran limfenode servikal. Menurut Mahrita, tanda oral ANUG yaitu :
a) Lesi khas, tekanan pada papilla puncak interdental seperti kawahyang meluas ke margin gingiva.
b) Warna abu-abu terdapat pseudomembran.
c) Warna merah mengkilap dan perdarahan spontan
d) Meliputi satu gigi atau kelompok sampai menyeluruh.
-Diagnosa banding: herpatic gingivostimatitis, periodontitis kronis, aphtous stomatitis, gonococcal
gingivostomatitis, difteri dan lesi karena sifilis, tuberculosis gingival lesion, candidiasis, agranulosis, dan
dermatosa (Carranza, dkk., 2012).
2.Primary Herpetic Gingivostomatitik

-Etiologi:
Disebabkan karena virus Herpes Simpleks 1 (HSV-1)
-Manifestasi Klinis:
Ditemukan adanya lesi pada gingiva dan mukosa oral yang difusi, erytomatus berkilat mudah
berdarah, ulser kecil merah mudah berdarah, dapat diangkat, warna kekuning-kuningan, keabuabuan putih ditengahnya, perjalanan penyakit 7-10 hari. rasa sakit menyeluruh pada rongga mulut,
susah makan dan minum, ada bayi biasanya terjadi gangguan dan penolakan makan, tanda klinis
pertama muncul adanya vesikel bulat, berwarna abu-abu dan terpisah pada gingiva mukosa bukal,
labial, lingual, palatum lunak, faring dan lidah. Setelah 24 jam aka terjadi lesi yang pecah yang
menyebabkan adanya ulserasi (Jaya, dkk, 2009).
Diagnosa banding:
3.Pericoroonitis

E.

Perikoronitis merupakan perdangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang akan erupsi,
paling sering terjadi pada molar tiga bawah.
-Etiologi:
Perikonitis terjadi karena kontaminasi bakteri di bawah operculum yang dapat mengakibatkan
adanya pembengkakan gusi, kemerah-merahan dan halitosis. Faktor penyebab lain dari perikoronitis
adalah karena gigi molar tiga tidak dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk
pertumbuhannya, sehingga sulit untuk erupsidinamakan impaksi. Impaksi bertendensi menimbulkan
infeksi, dikarenakan adanya karies pada gigi geraham depannya.
-Manifestasi Klnis:
Penderita Perikoronitis biasanya mengeluh kesakitan yang kadang tidak tertahankan dan
seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat membuka mulutnya, dengan
membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa sakit. Timbulnya sakit merupakan salah satu
ciri ditambah adanya rasa ketidaknyamanan seperti pada saat timbulnya gingivitis, abses periodontal
atau tonsillitis. Pasien mengeluh nafsu makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih terasa sakit
bila tersentuh oleh makanan, dan mengunyah. Rasa sakit yang idiopatik merupakan rasa sakit molar
yang sedang erupsi atau rasa sakit yang menyebar ke bagianleher dan kepala. Daerah infeksi
terlihat gusi yang hiperemis, adanya pembengkakan, dan terlihat lebih mengkilat dari pada daerah
gusi yang lain serta kadang timbul pernanahan yangdisebut perikoronal abses, nanahnya dapat
keluar dari marginal (Carranza, dkk., 2012).
Penyakit gingiva pada anak-anak
1. Acute gingiva infection
a. Necrotizing ulcerative gingivitis

-Etiologi:
NUG ini terjadi karena banyak faktor yaitu kombinasi faktor bakteri, sistemik, psikologis dan
faktor lokal yang disebabkan oleh Bacillus fusiformis, Spirochaeta, Borrelia vincentii
-Manifestasi Klinis:
Adanya ulserasi pada gusi interdental dan margin gusi, ulserasi ditutupi oleh pseudomembran
abu-abu.
b. Akut kandidiasis

-Etiologi:
Penyakit ini adalah infeksi mitosis pada rongga mulut yang disebabkan oleh jamur candida
albicans.
-Manifestasi Klinis:
Adanya lesi berupa plak kecil berwarna putih atau putih kekuningan, agak meninggi, multipel,
mudah dilepaskan dari mukosa, meninggalkan daerah ulserasi eritem dan mudah berdarah.
c. Acute Herpetic Gingivostomatitis
Penyakit ini paling sering menginfeksi pada anak-anak dan sering muncul pada infeksi saluran
pernapasan atas

-Etiologi:
Herpes Simplex Virus 1
-Manifestasi Klinis:
Margin gusi dan gusi cekat mengkilat, lunak, berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah,
mulut sakit dan hipersalivasi, ditemukan vesikel yang berisi cairan berwarna kuning, kemudian
terbentuk ulser dan sangat sakit (Andlaw, dkk., 1992).
2. Chronic gingiva infection

Gingivitis kronis merupakan keradang kronis yang terjadi pada jaringan lunak disekitar gigi yang
dapat disebabkan oleh akumulasi plak, materi alba, dan kalkulus. Salah satu tanda klinis gingivitis
kronis adalah oerdarahan gusi. Pasien biasanya mengalami hal tersebut pada saat menyikat gigi.
a. Gingivitis marginalis kronis

Merupakan suatu peradangan gusi pada margin yang banyak dijumpai pada anak, ditandai
dengan perubahan warna, ukuran, konsistensi dan bentuk permukaan gusi.
-Etiologi:
Gingivitis marginalis kronis disebabkan oleh iritasi lokal yaitu plak, kalkulus, dan material alba.
Selainitu juga gigi berkaries dan tambalan atau restorasi yang tidak baik atau berlebih yang
nantinya akan menyebabkan penumpukan plak.
-Manifestasi Klinis:
Perubahan warna dan pembengkakan gusi merupakan gambaran umum terjadinya gingivitis
kronis (Salmiah, 2009).
F.

Desquamatif Gingivitis

-Etiologi:
Desquamatif gingivitis disebabkan karena adanya peradangan pada gingiva, bisa diikiti dengan
penyakit kulit lichen planus,mucous membrane phemphigoid.
-Gambaran klinis:
1) Mild: Adanya eritema yang difuse pada marginal dan interdental attached gingiva, tidak sakit dan
perubahan warna menyeluruh.
2) Moderate: Terdapat warna merah terang, gingiva terasa panas, sensitif terhadap perubahan
suhu, terkena udara akan sakit.
3) Severe: Terdapat bentuk khas dengan bercak-bercak tidak beraturan, gingiva merah, gingiva
pecah-pecah dengan bercak biru keabu-abuan, gingiva sangat sakit tidak bisa mentolerir
makanan (Richard, 2005).
1.Bullous pemphigoid
Bullous pemphigoid merupakan penyakit yang terjadi akibat reaksi imun teehadap zona laminin protein
membran basal BP230 dan BP180). BP 230 dan BP180 terdapat pada hemidosmosome dan membran
basal. Manifestasi klinis:
a) Berupa blister, jika rupture akan menjadi ulkus pada gingiva yang terlihat seperti bercak
berwarna merah terang, dan meluas ke mukosa gingiva bergerak, marginal gingiva dan
mukosa gingiva tak bergerak. Nyeri ringan sampai sedang, dan meninggalkan sikatrik.

b) Lesi terutama terlihat di kulit. Kadang terlihat di palatum molle, mukosa bukal, dan dasar
mulut.
c) Diagnosis banding: pemphigus vulgaris, MMP.
2. Mucous membrane pemphigoid (MMP)
MMP merupakan penyakit vesikobulosa kronis yang dominan menyerang rongga mulut dan membran
mukosa okuli. Penyakit ini banyak menyerang orang dewasa dan lansia, jarang terjadi pada anakanak, dan wanita lebih sering terserang dibandingkan dengan pria. Etiologinya adanya reaksi autoimun
terhadap protein membran basal pada hemidesmosome (ikatan antara sel dengan membran basal).
Manifestasi klinis:
a) Ekstra oral:
Berupa blister, jika rupture akan menjadi ulkus kronis dan persisten pada mukosa mata.
b) Intra oral:
Berupa blister, jika rupture akan menjadi ulkus pada gingiva yang terlihat seperti bercak
berwarna merah terang, dan meluas ke mukosa gingiva bergerak, marginal gingiva dan
mukosa gingiva tak bergerak. Nyeri ringan sampai sedang, dan meninggalkan sikatrik.
Diagnosa banding:
Pemphigus vulgaris, erythematous lichen planus, linear IgG disease, discoid lupus erythematous , dan
alergi kontak.

3. Pemphigus vulgaris
Pemhpigus vulgaris adalah penyakit autoimun berupa bula yang bersifat kronis yang dapat mengenai
membran mukosa maupun kulit. Etiologinya yaitu dari reaksi imun yaitu reaksi IgG terhadap komponen
kompleks desmosom epitel-tonofilamen yaitu protein keratosit inter seluler (desmoglein 3). Manifestasi
klinis:
a) Pembentukan vesikel/bulla di intraepitelial.
b) Nyeri hebat
c) Dehidrasi
d) Ketidakseimbangan elektrolit akibat pecahnya vesikel
Diagnosis banding:
Mucous membrane pemohigoid, erythema multiforme, apthous ulcer, paraneoplastic pemphigus
(Langlais, dkk., 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J., Rock, W. P., 1992, Perawatan Gigi Anak (Manual of pedodontic), Widya Medika: Jakarta
Carranza et. al, 2012, Clinical Periodontology Ed 11, Elsevier: Missouri
Jaya, P., Harijanti, K., 2009, Gingivostomatitis Herpetika Primer, Oral Medicine Dental Journal, vol 1 (2):
6-9
Langlais, R, P., Miller, C, C., 2000, Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim, Hipokrates:
Jakarta
Perry, Dorothory A., Beemsterboer P., 2007, Periodontology For the Dental Hygienist Ed. 3, Elsevier:
Massouri
Pindorg, J. J., 2009, Atlas Penyakit Mukosa Mulut, Binarupa Aksara Publisher: Tanggerang
Regezi, J, A., Sciubba, J, J., Jordan, R, C, K., 2008, Oral Pathology: Clinical Pathologic Correlations,
5th Ed. St Louis: Saunders Elsevier
Richard, A., 2005, Desquamative gingitivis: investigation, diagnosa, and treatment management in
practice, Birmingham Dental Hospital: UK
Salmiah, S., 2009, Gingivitis pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Dipengaruhi Obat-Obatan dan
Gingivitis Karena Kondisi Tertentu), Universitas Sumatera Utara: Medan
Suryono., 2014, Bedah Dasar Periodonsia. 1 ed, Deepublish: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai