PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Biaya
10
10
10
30
Manfaat
Manfaat
Setuju/Tidak
15
11
2
28
Neto
5
1
-8
-2
Setuju
Setuju
tidak
Dari tabel tersebut dilihat bahwa Adil, Bei, dan Surya harus membayar Rp
30,00 untuk membangun suatu proyek, sedangkan hanya Adil dan Bei yang
menerima manfaat neto yang positif sehingga mereka menyutujui pembangunan
proyek tersebut. Sebaliknya, Surya karena menerima manfaat neto yang negatif
tidak menyutujui pembangunan proyek, tetapi karena hanya dia sendiri yang tidak
setuju maka proyek tersebut akan dilaksanakan. Proyek tersebut hanya
memberikan manfaat sebesar Rp 30,00, sehingga proyek tersebut secara total
tidaklah efisien. Orang yang setuju menerima manfaat bersih sebesar 6 sedangkan
manfaat neto bagi yang tidak setuju sebesar -8, sehingga yang memperoleh
manfaat tidak dapat memberikan kompesasi bagi yang kalah sehingga kondisi
pareto optimum tidak tercapai. Karena proyek tersebut disetujui oleh dua orang
dan tidak disetujui oleh satu orang saja, maka proyek tersebut akan dilaksanakan
dan Surya terpaksa membayar dan menikmati proyek tersebut.
II.3. Teori Wicksell
Menurut Wicksell cara pemungutan dengan suara mutlak 100 persen
(unanimous) hasilnya akan sama dengan sistem harga pada pasar persaingan
sempurna. Jadi menurut Wicksell penentuan harga untuk barang publik atau
barang sosial tidak dapat dilakukan dengan cara sistem pasar pada masyarakat
yang jumlahnya besar sehingga harus dilakukan dengan sistem pemungutan suara,
dan hanya sistem pemungutan dengan suara mutlak (setuju 100 persen) yang
dapat menyamai hasil yang dicapai melalui sistem harga untuk barang swasta.
Wicksell menyadari juga bahwa cara pemungutan dengan suara mutlak akan
menghambat pelaksanaan perekonomian karena sangat sulit memperoleh suara
bulat dalam suatu pemungutan suara, karena itu dari segi praktis ia mengusulkan
cara yang kedua yaitu relatif suara, di mana 55/6 suara yang menang.
II.4 Teori Buchanan dan Tullock
Buchanan dan Tullock juga mengemukakan pendapat mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Mereka menganalisa
berapa jumlah suara sebaiknya yang menang dalam suatu pemungutan suara.
Pilihan
Pemilih
I
II
III
Adil (A)
Polisi
Jalan
Dam
Bei (B)
Jalan
Dam
Polisi
Surya (S)
Dam
Polisi
Jalan
Misalkan proyek D dihapuskan, sehingga Adil, Bei dan Surya dihadapkan pada
dua pilihan saja, yaitu pembuatan jalan (J) dan jasa polisi (P) seeperti ditunjukkan
pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Pilihan
Pemilih
P
J
Adil
V
Bei
V
Surya
V
Hasil
2
1
Adil lebih menyukai jasa polisi (P) daripada pembuatan jalan (J), begitu juga
dengan Surya. Sebaliknya, Bei lebih menyukai pembuatan jalan daripada jasa
polisi. Hasil pemilihan dapat dilihat pada tabel 1.2 di mana jasa polisi mendapat
suara lebih banyak daripada pembuatan jalan (J).
Misalkan selanjutnya, bahwa sekarang jasa polisi yag dihapuskan sehingga
individu A, B, dan S menghadapi dua pilihan saja, yaitu J dan D. Hasil pemilihan
adalah seperti yang disajikan pada tabel 1.3. Pada tabel ini dapat dilihat bahwa A
dan B memilih J dan S memilih D sehingga pilihan J mendapat suara yang lebih
banyak daripada pilihan D.
Tabel 1.3
Pilihan
Pemilih
J
Adil
V
Bei
V
Surya
Hasil
2
Selanjutnya, apabila pilihan J dihapuskan sehingga A, B
D
V
1
dan S hanya
menghadapi pilihan P dan D, dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pilihan P hanya
mendapat satu suara dan pilihan D mendapat dua suara.
Tabel 1.4
Pilihan
Pemilih
P
D
Adil
V
Bei
V
Surya
V
Hasil
1
2
Dari tabel 1.2; 1.3; 1.4 dapat kita lihat adanya ketidakkonsistenan atas proyek
pemerintah yang dipilih. Proyek
hapusnya satu jenis proyek sehingga keadaan tersebut melanggar syarat ketiga
yang dikemukakan oleh Arrow. Dalam hal ini kita dapatkan bahwa proyek P lebih
disukai daripada proyek J; proyek J lebih disukai daripada proyek D tetapi proyek
D lebih disukai dari proyek P yang berarti melanggar syarat yang pertama.
Jadi Arrow menunjukkan bahwa pemilihan dengan system mayoritas
sederhana mungkin memberikan hasil yang tidak rasional sehingga akibatnya
tidak ada satupun proyek yang diunggulkan dan tidak dapat diputuskan proyek
mana yang akan dilaksanakan. Pemungutan suara secara mayoritas sederhana
dapat sesuai dengan keinginan pemilih hanya pada keadaan tertentu saja, seperti
ditunjukkan pada tabel 1.5
Tabel 1.5
Pemilih
Adil (A)
Bei (B)
I
J
P
II
D
D
III
P
J
Surya (S)
suara
berdasarkan
pilihan
ganda
dilakukan
dengan
Tabel 5.10.
Pilihan Berdasarkan Pilihan Ganda
Proyek
Pemilh
10
Jalan raya
Dam
Polisi
Adil
1
2
3
Bei
3
2
1
Surya
3
1
2
Total nilai
7
5
6
menyebabkan proyek-proyek pemerintah yang dilaksanakan adalah proyekproyek yang diinginkan oleh rakyat walaupun mereka tidak secara langsung
mengadakan pemilihan suara, tetap melalui wakil-wakil mereka.
II.9 Koalisi Dalam Pemungutan Suara
Banyak proyek pemerintah yang tidak dilakukan secara sendiri-sendiri,
tetapi dalam suatu paket yang terdiri dari beberapa proyek. Di sini para pemilih
tidak memilih satu-satu proyek yang akan dilaksanakan pemerintah, akan tetapi
mereka memilih suatu paket yang terdiri dari beberapa jenis proyek. Dalam hal
ini, mungkin para pemilih mengadakan suatu koalisi untuk memenangkan suatu
proyek yang disukai. Misalkan dalam suatu pemilihan terdapat 3 orang wakil
rakyat yaitu individu I,II, dan III yang memilih empat buah proyek A, B, C, dan D
yang dijadikan dua paket, tiap pemilih diberikan angka 100 yang dapat
didistribusikan diantara dua proyek dalam satu paket. Hasil pemungutan suara
ditunjukan dalam table 5.11.
Tabel 5.11.
Hasil Pemungutan Suara
Kasus 1
II
III
Paket 1
12
kasus 2
II
III
Proyek A
Proyek B
Paket 2
Proyek C
Proyek D
Kombinasi
Unggulan A dan
1
99
51
49
60
40
1
99
51
49
60
40
51
49
52
48
45
55
51
49
52
48
20
80
C
Kalah B dan D
Kombinasi
Terpilih
52
148
103
97
105
95
52
148
103
97
80
120
(B,D)
(A,C)
(A,C)
(B,D)
(A,C)
(B,D)
Dari table 5.11. pada kasus 1, apabila setiap proyek dipilih secara sendirisendiri maka kita akan memperoleh hasil sebagai berikut: antara proyek A dan
proyek B, individu I memilih proyek B, sedangkan individu II dan III memilih
proyek A. karena itu proyek A yang menang dalam system pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak. Antara proyek B dan proyek D, individu I dan II
memlilih proyek C sedangkan individu III memilih proyek D, jadi berdasarkan
suara terbanyak proyek C yang menang. Apabila kit kombinasikan antara proyekproyek yang menang (A dan C) dalam satu paket dan proyek-proyek yang kalah
(B dan D) dalam paket lain, maka individu I memilih proyek (B,D) sedangkan
individu II dan III memilih proyek (A,C). jadi disini terlihat adanya keserasian
dalam dua kali pemilihan. Pemilihan untuk setiap jenis proyek secara sendirisendiri memberikan hasil yang sama dengan apabila pemiliha didasarkan pada
kombinasi pilihan, yaitu proyek A dan C menang dalam pilihan proyek secara
individu maupun paket unggulan.
Walaupun demikian penggunaan plurality voting dengan cara kombinasi
paket unggulan mungkin saja tidak menghasilkan keputusan apa-apa karena
adanya arrows paradox. Ini dapat dilihat padaa kasus 2 dimana individu III
mempunyai skala preferensi yang tinggi pada proyek D sehingga ia memberikan
nilai 80 untuk proyek tersebut dan hanya 20 untuk proyek C. kita lihat bahwa
apabila pemilihan proyek didasarkan pada system paket, maka pada paket 1
proyek A yang menang, sedangkan pada paket 2 proyek C mendapat suara
13
14
arrow paradox, kecuali pada suatu masyarakat yang sangat homogeny dimana
preferensi mereka semuanya sama sehingga dapat dilakukan pemilihan secara
aklamasi.
Dalam dunia nyata, pelaksanaan pemungutan suara banyak dilakukan oleh
wakil-wakil rakyat sehingga hasil pemungutan suara tergantung pada kemampuan
para politisi dalam melakukan strategi untuk mensukseskan proyek yang dipilih.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jika dalam masyarakat hanya ada dua orang konsumen atau dalam
masyarakat kecil pencerminan kesukaan dapat dilakukan dengan proses negosiasi
atau tawar menawar, tetapi proses negosiasi tidak dapat dilakukan dalam
15
masyarakat yang besar. Oleh karena itu dalam masyarakat demokratis kesukaankesukaan masyarakat dan kesediaan mereka untuk membiayai barang publik harus
dilakukan dengan cara pemungutan suara. Namun, dalam negara yang mempunyai
sistem pemerintahan diktator, penguasalah yang memutuskan barang dan jasa
publik apa dan berapa jumlah yang akan disediakan dan bagaimana cara
pembiayaaan barang publik tersebut. Oleh karena itu hasil dari pemungutan suara
tergantung dari dua faktor berikut ini :
1. Distribusi suara di antara para pemilih,
2. Cara penentuan hasil pemungutan suara.
3.2. Saran
Bagi pihak dan kalangan yang mengeluarkan pendapat hendaknya
mengikuti prosedur perundang-undangan yang telah diatur dalam UndangUndang Dasar tahun 1945 Pasal 28.
DAFTAR PUSTAKA
16