Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI NASIONAL

DALAM PENCAPAIAN TARGET


PENGURANGAN KEMISKINAN
TAHUN 2019

Rahma Iryanti
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jakarta, 11 Februaru 2016

TARGET PEMBANGUNAN
TARGET PENGANGGURAN (%)
Kondisi Terkini NAWACITA

TPT

2015

2019

RPJMN
2019

8,00

TPT

7,14

7,00

6,18 %

4,0-5,0 %

4,0-5,0 %

Target RPJMN

6,56
6,00

6,18
6,14 6,25 5,94

5,00

Tk. Kemiskinan

5,0-5,3

5,2-5,5

4,00

11,13%

5,0 %

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

7-8 %

TARGET KEMISKINAN (%)


14
12

Target Pembangunan akan tercapai bila


ditopang oleh pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas, investasi padat tenaga
kerja, dan inflasi terkendali

13,33

12,49

11,66 11,47

11,13
10,96

10

9,0-10,0

8
Persentase penduduk miskin (September)

Target RPJMN

8,5-9,5

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Dalam lima tahun terakhir penurunan penduduk miskin


hanya setengah dari periode sebelumnya...
Penduduk miskin
turun sebesar 4,08
juta jiwa

36

Penduduk miskin
turun sebesar 2,43
juta jiwa

32

35
31

34
33

35,1

30

32
31

31,02

30

31,02

29

28,59

28

29
28

27

2005

2010

2010

2015

Sumber : BPS

Periode 2005-2010, penduduk miskin berhasil diturunkan dengan rata-rata penurunan per tahun
sebesar 816 ribu jiwa per tahun. Dalam periode ini, investasi pada sektor industri diperkirakan dapat
menurunkan kemiskinan di wilayah perkotaan minimum 0,04%. Demikian juga, investasi pada sektor
pertanian diperkirakan dapat menurunkan kemiskinan di wilayah perdesaan minimum 0,09%
Periode 2010-2015, penduduk miskin berhasil diturunkan dengan rata-rata penurunan per tahun
sebesar 486 ribu jiwa per tahun.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional


Tahun 1970-2015
70

laju penurunan
kemiskinan signifikan
Tingkat kemiskinan
menurun, namun lajunya
melambat

33,3

26,9

40,1

30

23,43
28,6

20

21,6

10

18,41

17,47

17,4

13,7

24,2

19,14

17,42

16,66

18,2

15,1

16,58 14,15

15,97

17,75

15,42

12,49
13,33

11,3

11.13

11,47

11,66

10,96

2014

40

2012

50

Tahun
Sumber : BPS

Pada tahun 1996 dilakukan perubahan


metodologi penghitungan kemiskinan
dengan metode baru yang meliputi
perluasan cakupan komoditi dan
keterbandingan antar daerah

Pada periode 2004-2015,


Setiap 1% pertumbuhan
ekonomi dapat menurunkan
0,27% dari tingkat
kemiskinan sebelumnya

2015

2013

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1996

1996

1993

1990

1987

1984

1981

1980

1978

1976

1970

Persentase Penduduk Miskin (%)

60
60

KONDISI KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN


DESA KOTA 2014
Papua
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Bali
Banten
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Lampung
Bengkulu
Sumatera Selatan
Jambi
Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Aceh

Provinsi Papua
perdesaan memiliki
tingkat kemiskinan
paling tinggi namun
memiliki tingkat
pengangguran yang
rendah

KEMISKINAN

Provinsi Banten memiliki tingkat


pengangguran yang tinggi baik di kota dan
desa namun memiliki tingkat kemiskinan
yang rendah

-45

-40

-35

-30

-25

2014

-20

-15

2014

-10

-5

PENGANGGURAN

0,00

2,00

4,00

6,00

2014

8,00

10,00

2014

12,00

14,00

STRATEGI DAN KEBIJAKAN


PENANGGULANGAN
KEMISKINAN

LAJU PERTUMBUHAN
PENGELUARAN RIIL PERKAPITA, 2008-2012
10

10

Perkotaan

Perdesaan

8
5,61

6
3,54

4
2

2008-2012 growth

2008-2012 growth
Growth in mean

Growth in mean

11

21

31

41

51

61

71

81

91

11

21

31

41

51

61

71

81

91

Sumber : BPS-TNP2K

Pertumbuhan perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan, namun


growth lebih merata di perdesaan
Perkotaan penurunan pertumbuhan antara %tile 20-30 perlindungan
sosial
Perkotaan menanjak mulai %tile ke-30, 20% terkaya di atas rata-rata
Perdesaan menanjak mulai %tile ke-40, 25% terkaya di atas rata-rata
Pembangunan perdesaan!

PERDESAAN>< PERKOTAAN
Kesenjangan pembangunan desa dan kota
dikarenakan urbanisasi desa kota yang menyebabkan penduduk penurunan jumlah
penduduk desa yang dapat menghambat penurunan pertumbuhan ekonomi desa

konektivitas antara
desa-kota dan
penyediaan layanan ekonomi dan sosial
dengan desa-desa di sekitarnya;
persebaran pusat
pertumbuhan
keterkaitan
antarsektor dari
hulu ke hilir

diversifikasi kegiatan ekonomi di


perdesaan serta memperkuat hubungan
ekonomi antara kota dan desa

optimalnya
kerjasama
antardaerah

mendorong terjadinya peningkatan


keterkaitan antara desa-kota dan antar
daerah administrasi
8

TRANSFORMASI
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
2015 - 2019
2010 - 2014
Klaster 1
Perlindungan
Sosial

Klaster 2
STRATEGI
PENANGGULANG
AN KEMISKINAN

Pemberdayaan
Masyarakat

Klaster 3

Transformasi
Program
Perlindungan
Sosial
Peningkatan
Pelayanan Dasar

Sarana dan
Prasarana
Dasarhere
Stage
3 text goes
Peningkatan
Pelayanan Publik

Pengembangan
Penghidupan
Berkelanjutan untuk
masyarakat miskin dan
rentan

Pengembangan Mata
Pencaharian
Infrastruktur
Pendukung Ekonomi

KUMKM
Klaster 4
Program ProRakyat

Jaminan Sosial
Bantuan Sosial

Stage 5 text goes here

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


DAN PENURUNAN KESENJANGAN
Penyelenggaraan
Perluasan dan
Perlindungan Sosial yang Peningkatan Pelayanan
Komprehensif
Dasar

Penghidupan Berkelanjutan
melalui Peningkatan
kegiatan ekonomi penduduk

Penataan asistensi sosial,


melalui perluasan cakupan dan
perbaikan desain program, a.l:
Kartu Indonesia Sehat (KIS),
Kartu Indonesia Pintar (KIP);
Kartu Keluarga Sejahtera

Ketersediaan infrastruktur
dan sarana pelayanan dasar

Sektor unggulan dan potensi lokal


perlu dikembangkan

Cakupan Sistem Jaminan Sosial


Nasional bagi penduduk rentan
dan pekerja informal diperluas

Penyuluhan penduduk miskin


akan hak dasar dan pelayanan
dasar

Akses permodalan dan layanan


keuangan melalui penguatan sistem
layanan keuangan mikro diperluas

Kelembagaan sosial (Standar


pelayanan, sistem rujukan, data,
dsb) diperkuat

Penguatan sistem pemantauan Kapasitas dan keterampilan


dan evaluasi terkait
masyarakat kurang mampu melalui
penyediaan layanan dasar
kualitas pendampingan
kewirausahaan
Optimalisasi pemanfaatan lahan tidak
produktif bagi masyarakat kurang
mampu

(1) PERLIN DUNGAN SOSIAL PENDUDUK MISKIN


----- BANTUAN BANSOS
NAMA

Raskin
Beras/
Pangan

Kartu Indonesia
Pintar

PKH
Bantuan Tunai
Bersyarat

KKS
Bantuan
Tunai

Kartu
Indonesia
Sehat

JENIS TRANSFER

Beras
bersubsidi

Tunai

Tunai dan bersyarat

Tunai

Biaya pelayanan
kesehatan gratis

SASARAN

JUMLAH
PENERIMA

Murid dari
Miskin dan
Keluarga
Miskin dan
Miskin dan
RT Miskin dan hampir
hampir miskin
Sangat Miskin
hampir miskin hampir miskin
miskin
11.563.606 siswa
SD/MI/sederajat
2,4 juta keluarga
86,4 tahun 2014,
15,5 juta RT
(sd 2013)
88,4 tahun 2015
(2015 dan 5.715.584 siswa
15,5 juta RT
3,5 juta keluarga (sd
dan 96,4 Juta
SLTP sederajad
2016)
(2015)
2015-2016)
orang (2016);
4.401.047 siswa SMA
sederajad

JUMLAH
BANTUAN

15 kg
beras/bulan

LEMBAGA
PELAKSANA
UTAMA

Kemenko Kesra,
BULOG,
Kemendagri

Maksimum
Rp2.800.000/tahun Rp 200.000/bln
Rata-rata
untuk 4 bulan
Rp1.800.000/tahun
Kemendikbud,
Kemenag

Kemensos dan
Kementrian terkait

Kemensos

Tidak terbatas

Kemenkes

CAKUPAN PENERIMAAN PROGRAM SOSIAL 2015

Cakupan Pendataan basis data terpadu

40%

Cakupan Program KIS (Kesehatan)

35,0 %

Cakupan Program Raskin, KKS (3bln 2015)

25,0 %

Tingkat kemiskinan, Sept 2015 (28,5 Juta Jiwa)


Cakupan program PKH (bantuan tunai bersyarat)

11,13%

Jumlah rumah tangga di Indonesia

100%
Penduduk

>10 %

12

Pencapaian Target Kemiskinan melalui


Dampak Kebijakan antar Program
-1,4%
-0,2%
-2,5%
-0,2%
-2,1%
-4,8%

Raskin

Kupon Makanan

Bantuan Langsung Tunai Bersasaran


Kekurangan Gizi

Kemiskinan

Sumber: Shingo Kimura, Direktorat Perdagangan dan Pertanian OECD

Dengan skema raskin saat ini (raskin subsidi) dampak pada penurunan terhadap
tingkat kemiskinan diperkirakan sebesar 0,2% per tahunnya.
Catatan: Bantuan langsung tunai bersasaran menurut penelitian lebih efektif menurunkan
kemiskinan karena memberikan kebebasan kepada penerima manfaat dalam mengatur
konsumsinya, sedangkan kupon makanan lebih efektif menurunkan prevalensi kekurangan gizi
karena hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

(2). EFEKTIVITAS PERLUASAN LAYANAN DASAR BAGI


MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN

Tujuan
Penguatan sistem dan kelembagaan dalam pemenuhan pelayanan dasar yang
efektif dan efisien bagi masyarakat miskin dan rentan di tingkat lokal (kabupaten,
kecamatan, desa) yang difokuskan pada perbaikan tata kelola, peningkatan akses
dan kualitas, serta pemberdayaan masyarakat.

Penguatan koordinasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas


pemerintah daerah
Pengembangan insentif kinerja bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan dasar;
Pengembangan sistem data real time dan terpadu di tingkat layanan dasar
Pengembangan mekanisme akuntabilitas sosial

JANGKAUAN PELAYANAN DASAR


ISU UTAMA

14,6%
Usia SMP
tidak
sekolah

50%
Usia 0-17 th.
Tanpa Akta Lahir

40% imunisasi
tidak lengkap
31% persalinan
tidak di faskes

44% air minum


tidak layak
80% sanitasi
tidak layak
Sumber: Susenas, 2014

Amanat UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah: 6 SPM Urusan Wajib


Pelayanan Dasar. Terkait Peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat
miskin dan mendorong partisipasi aktif masyarakat.

1
Peningkatan
tata kelola

Peningkatan
akses dan kualitas

3
Partisipasi aktif
masyarakat miskin dan
rentan

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM:


Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan

Pendekatan dalam melaksanakan program:


1. Pemahaman mengenai kompleksitas
permasalahan kemiskinan dan cara-cara
yang efektif untuk mengatasinya.
2. Pengenalan sumber daya atau kekuatan
yang dapat dikerahkan dan disinergikan
dalam mengatasi kemiskinan secara lebih
kompehensif dan berkelanjutan.

Prinsip Pengelolaan Program:


1. Target sasaran kepada rumah tangga
miskin.
2. Pendekatan lima aset RTM (manusia,
ekonomi, fisik, sosial, dan alam).
3. Pendampingan (CO/CD) yang intensif
4. Financial Institutions yang berbasis
masyarakat/komunitas.
5. Kelengkapan usaha/kerja dan
alternatifnya terutama saat terjadinya
shock.
6. Perubahan perilaku RTM
(saving/investasi).
7. Usaha berbasis potensi lokal
8. Livelihood support system (seluruh
kegiatan saling melengkapi)
9. Penguatan kelompok (memperkuat
kapasitas individu/rumah tangga)
10. Pelibatan masyarakat dalam berorganisasi
dan pengambilan keputusan.

PERENCANAAN TERINTEGRASI:
PERKUATAN BASIS PEREKONOMIAN PERDESAAN

Kemen PDTT,
Pemda

Kemen KUKM,
Kemen PDTT

Kemenaker,
Kementan,
Kemen PDTT,
Kemensos,
Kemen KP

Ketepatan
dalam
penentuan
target

Pendamping
an
Masyarakat
Desa

Penyediaan
sarana/
prasarana
pendudkung
kegiatan
ekonomi

BPS-TNP2K, Kemen PDTT,


Kemensos

Pendamping
an Aparatur
Desa

Perkuatan Basis
Perekonomian
Perdesaan
-----------------------K

egiatan Ekonomi
Produktif

Kewirausahaan

Keterampila
n teknis
untuk dapat
bekerja

Lembaga
keuangan
berbasis
komunitas

Kemendagri,
Pemda

Lembaga
Keuangan Mikro
(Non-Bank),
Kemen KUKM

Kemenaker,
Kemendikbud,
Kemen KP,
Kementan
Slide - 17

Triliun Rupiah

PERKEMBANGAN BELANJA SOSIAL PEMERINTAH PUSAT


100
80
60
40
20
0

57,7

73,8

68,6

71,1

75,6

82,5

88,8

APBNP
2008

2009

2010

2011

NO
Dari total anggaran Bansos,
hanya sebesar Rp 72,73
Triliyun yang dipergunakan
untuk program
penanggulangan kemiskinan.
Sisanya sebesar Rp 16,1
Triliyun tersebar di K/L dan
belum jelas peruntukkannya.

1
2
4
5
6
7

2012

2013

2014

Pada periode 20082014,


realisasi bantuan sosial
mengalami peningkatan
rata-rata 7,4 persen/ tahun.

Dari Rp 88,8 triliun,


program yang khusus untuk
penanggulangan kemiskinan
sekitar Rp 72,73 Triliyun

NAMA PROGRAM
Beras untuk Masyarakat Miskin
(Raskin)
Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Program Keluarga Harapan (PKH)
Bantuan Kesehatan PBI
Program pemberdayaan (PNPM
Mandiri)
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
TOTAL

ALOKASI 2014
(TRILIUN Rp)

18.8
11.4
5.1
19.93
14.7
2.8
72.73

PETA JUMLAH RUMAH TANGGA TANPA JAMBAN SECARA


NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN, DAN KECAMATAN
Peta jumlah rumah tangga tanpa
jamban, dengan sebaran menurut
kabupaten secara nasional.

Sebaran
kabupaten dalam
suatu provinsi,
indikator jumlah
rumah tangga
tanpa jamban,
contoh
Kabupaten
Brebes, Provinsi
Jawa Tengah.

Sebaran
kecamatan dalam
suatu kabupaten,
indikator jumlah
rumah tangga
tanpa jamban,
contoh Kecamatan
Larangan,
Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa
Tengah.
Slide - 19

PENUTUP:
MENDORONG EFEKTIVITAS SUMBER DAYA
Alokasi APBN
cukup besar

Program bantuan sosial semakin meningkat


Pengalihan Subsidi Program kepada Individu
Pemenuhan amanat UU. 6/2014 tentang Dana,
menggunakan rancangan program yang
memberikan dampak luas kepada kehidupan
masyarakat
Efektifitas Dana DAK (Tranfer ke Daerah)

Swasta/masyarakat
yang memiliki Resources
untuk membantu
mengurangi kemiskinan

Swasta/masyarakat yang dapat


membantu Pemerintah untuk
mengimplementasikan program-program

Ketepatan Sasaran

Sasaran Individu Data penduduk 40


persen terbawah tersedia (Basis data terpadu
2015)
Sasaran lokasi Data Lokasi RTS yang
tergolong minim layanan dasar tersedia (
Provinsi Kab Kecamatan- Desa )

Anda mungkin juga menyukai