Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mata Kuliah : HACCP

Dosen

: Dr. Wahniyathi Hatta, S.Pt., M.Si.

Bakteri Escherichia Coli pada Daging Asap Sei


Babi yang Dipasarkan di Kota Kupang

Oleh :
S A N T I
P 4000 215 009

ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Eschericia coli (E. coli) berada dalam saluran pencernaan hewan dan
manusia merupakan flora normal, namun ada yang bersifat patogen sehingga
dapat menyebabkan diare pada manusia dan hewan. Secara keseluruhan proses
produksi yang berasal dari hewan sapi merupakan mata rantai yang
berkesinambungan mulai dari awal proses produksi, penanganan makanan
sampai penyajian di meja makan. Hal ini tidak luput dari perhatian mulai dari
produsen. Produsen dalam memberikan pelayanannya akan menyediakan produk
yang baik dan aman, sementara pihak konsumen akan membeli produk yang
aman dan bermutu bagi dirinya.
Berkaitan dengan teknik pengolahan sei babi secara tradisional beserta
faktor-faktor produksi sei yang diuraikan, maka sangat memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang. Untuk itu diperlukan studi untuk mengetahui
kontaminasi bakteri Escherchia coli pada daging sei babi. Bakteri ini
merupakan coli fekal yang dijadikan sebagai indikator adanya cemaran bakteri
patogen. Beban cemaran inilah yang akan memberikan gambaran keamanan dari
produk sei babi untuk dikonsumsi.
Di kota Kupang pada tahun 2012 dilakuakan analisis bakteri E.coli
O157 :H7 . Sampel yang digunakan adalah daging sei babi yang diambil
dari 6 tempat pembuatan daging sei babi secara tradisional yang tersebar di kota
Kupang meliputi kelurahan Oebufu, Oebobo, dan Baun. Masing-masing tempat
pembuatan diambil 50 gram untuk tiap sampel. Pemeriksaan bakteri dengan
metode MPN merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan untuk
menghitung jumlah mikroba di dalam sampel berbentuk cair ataupun padat
dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Untuk
pemeriksaan bakteri Escherichia coli dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu uji
penduga Coliform dan uji penegasan adanya Escherichia coli
Untuk mengerjakan satu sampel menurut Fardiaz (1993), terlebih dahulu
dibuat suspensi 1:10 yaitu sampel ditimbang 10 gram dan selanjutnya
digerus dan ditambahkan 90 ml NaCl fisiologis. Setelah dilakukan
pengenceran 10-1 , langkah selanjutnya dalam membuat pengenceran 10-2 dengan
mengambil 1ml dari pengenceran 10-1 lalu dimasukkan pada 9 ml NaCl
fisiologis. Dari pengenceran 10-2 dibuat pengenceran 10-3 dengan mengambil 1
ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukkan ke dalam 9 ml NaCl fisiologis.
Langkah selanjutnya dilakukan uji pembiakan Coliform dengan
menggunakan seri sembilan tabung. Setiap tabung reaksi dimasukkan 10 ml
BGLB cair dan setiap tabung dimasukkan tabung Durham dengan posisi
terbalik. Selanjutnya masukkan 1 ml sampel ke dalam 3 tabung pertama dari

pengenceran 10-1 , 1 ml sampel ke dalam 3 tabung kedua dari pengenceran 10-2


dan 1 ml ke dalam tiga tabung ketiga dari pengenceran 10-3 .Setelah itu,
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37C dan diamati tertangkap atau
tidaknya gas dalam tabung Durham. Jika terdapat gas atau keruh, maka diduga
terdapat Coliform pada tabung.
Dari hasil uji penduga Coliform yang diperkirakan positif, ditanam ke
media EMBA dengan menggunakan jarum ose dan selanjutnya diinkubasi pada
suhu 37 oC selama 24 jam. Hasil positif yang menandakan koloni Escherichia
coli ditandai dengan diameter koloni 2-3 mm, koloni hijau metalik Perubahan
warna hijau metalik pada media hal ini disebabkan besarnya kuantitas asam
(yang dihasilkan dari fermentasi) sehingga mengendapan zat pewarna di atas
permukaan agar. Kadar asam yang tinggi dapat mengendapkan methylen blue, dan
bagian pusat koloninya tampak ungu gelap. Untuk menegaskan adanya
pertumbuhan Escherichia coli pada tabung MPN seri sembilan tabung, maka hasil
positif pada media EMBA dicocokkan dengan hasil positif pada tabung Durham.
Jumlah tabung positif Escherichia coli, selanjutnya dicocokkan dengan tabel
nilai MPN untuk mendapatkan nilai MPN.
Untuk mengidentifikasi dan memastikan adanya bakteri Escherichia
coli yang merupakan coli fekal, maka dilakukan uji Indol, Methyl Red, VogesProskaeur, dan Citrate. Dari hasil positif pada media EMBA, masing-masing
diinokulasikan menggunakan jarum Ose ke dalam tiga tabung yang masingmasing berisi medium yang berbeda yaitu Tryptone Broth untuk uji Indol, MRVP Broth, dan Koser Citrat Medium untuk uji penggunaan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon.
Semua tabung diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam dan setelah itu
diamati perubahan-perubahan yang terjadi. Pada Uji Indol, hasil positif ditandai
dengan adanya cincin merah pada bagian atas media setelah ditetesi reagen
kovac 3-5 tetes merah hal ini disebabkan karena Indol bereaksi dengan
aldehida . Untuk uji MR-VP, terlebih dahulu media tersebut dibagi dua. Hasil
positif pada uji Methyl Red ditandai dengan perubahan warna dari kuning
menjadi merah pada medium hal ini disebabkan bakteri ini mengahasilkan asam
campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam
medium MR dan pada uji Voges-Proskaeur. Warna merah cherry menunjukkan
hasil yang positif, sedangkan warna kuning-coklat menunjukkan hasil
negatif. Jika glukosa pecah, maka akan bereaksi dengan alpha-naftol dan
kalium hidroksida untuk membentuk warna merah Jika terdapat acetoin,
acetoin akan teroksidasi dengan adanya udara dan KOH menjadi diacetyl.
Diacetyl kemudian bereaksi dengan komponen guanidin dari pepton, adanya

alpha-naftol menghasilkan warna merah. Peran alpha-naftol adalah untuk katalis


dan penguat warna dan
pada
uji
sitrat
hasil
yang
menandakan
pertumbuhan bakteri Escherichia coli ditandai Bromothymol blue digunakan
sebagai indikator saat asam sitrat menghasilkan karbondioksida yang
menggabungkan natrium dengan air untuk membentuk natrium karbonat yang
merupakan produk alkaline yang menghasilkan perubahan warna dari hijau
menjadi biru dan hal ini menunjukkan tes tersebut positif.
Cemaran bakteri di kota kupang telah melebihi batas maksimum cemaran
bakteri Escherichia coli pada daging asap sesuai dengan aturan. Pada umumnya
proses pembuatan daging sei babi yang dipasarkan di kota kupang sama
antara satu dengan yang lainnya. Semua tempat pembuatan masih
memproduksi dengan cara tradisional. Ada beberapa point yang bisa
dijabarkan menyangkut proses pembuatan tersebut. SNI (7388:2009). Hal ini
kemungkinan berawal dari hewan itu sendiri sebab manajemen atau tata
laksana peternakan akan menentukan kualitas produk ternak yang dihasilkan.
Lingkungan di sekitar peternakan seperti air, tanah, tanaman serta keberadaan
dan keadaan hewan lain di sekitar peternakan akan mempengaruhi kualitas
dan keamanan produk ternak yang dihasilkan atau cemaran biologi dari
lingkungan peternakan akan terbawa dalam produk ternak yang
dihasilkan. Proses pemotongan juga berpengaruh pada cemaran bakteri pada
daging. kontaminasi Escherichia coli pada daging seperti keberadaan bakteri
di dalam saluran pencernaan hewan dapat mengkontaminasi daging pada saat
proses pemotongan.
Bakteri Escherichia coli tumbuh pada suhu 10 0C sampai 400C dan dapat
mati pada pemanasan di atas suhu 400C selama 60 menit. Sebenarnya pengasapan
sudah menjadi daya penghambat pertumbuhan bakteri, tetapi kemungkinan
karena waktu pengasapan singkat dan jarak dari kayu ke permukaan daging
jauh yakni 1 meter sampai 1,5 meter, menyebabkan panas dan asap tersebut belum
sepenuhnya menyerap pada bagian dalam daging, sehingga bakteri yang
terkandung masih banyak.

Anda mungkin juga menyukai