Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN

MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM
KOMPLIKASI (INFEKSI)

Nama Kelompok
Lathifah Elriza. F
(P27820314001)
Eka Wulandari
(P27820314002)
Dinda Lestari. M
(P27820314003)
Nadya Camila
(P27820314004)
Arinta Nawang. S

Definisi

Infeksi adalah berhubungan dengan


berkembang-biaknya dari mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai
dengan reaksi tubuh terhadapnya
(Zulkarnain Iskandar, 1998 ).

Infeksi pascapartum (sepsis puerperal


atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang
terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).

Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman
masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya
proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban
pecah sebelum maupun saat persalinan
berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan
masuk lainnya adalah dari penolong persalinan
sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan. Macammacam jalan kuman masuk ke dalam alat
kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri


a.
b.
c.
d.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi


antara lain adalah :
Streptococcus haemoliticus anaerobic
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Clostridium Welchii

Cara terjadinya infeksi pasca partum

Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup


sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat
terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
kesehatan lainnya.

Di lingkungan rumah sakit, alat-alat rumah


sakit ada seperti kain, alat-alat yang suci
hama, dan yang digunakan untuk merawat
wanita dalam persalinan atau pada waktu
nifas yamg terbawa aliran udara.
Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan
sebab infeksi penting, kecuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.

Faktor predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau
persalinan yang dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan antara lain :
1. Anemia
2. Ketuban pecah dini
3. Trauma
4. Kontaminasi bakteri
5. Kehilangan darah

Manifestasi klinis

Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat)


akibat vasodilatasi dan tumor (bengkak) karena
eksudasi.
Rasa nyeri (dolor).
Sakit kepala
Demam
Peningkatan denyut jantung

Patofisiologis

Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat


pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan
reaksi umum akan melibatkan syaraf dan
metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi
sel fagosit dan sel pembuat antibody (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut,
reaksi ini terus berlangsung selama menjadi
proses pengrusakan jaringan oleh trauma.

Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa


diberantas, maka sisa jaringan yang rusak
disebut debris akan difagositosis dan
dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi
dan kesembuhan. Apabila trauma
berlebihan, maka reaksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan
terkumpul dalam suatu rongga membentuk
abses atau bekumpul di jaringan tubuh yang
lain membentuk flegman (peradangan yang
luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997
)

Jenis -jenis infeksi post partum


1.

Infeksi uterus
a) Endometritis

infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).


infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada
serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim (Anonym, 2008).
b) Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan
miometrium adalah tunika muskularis uterus.
Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea
berbau, purulen.

c) Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).


Parametritis adalah radang dari jaringan longgar
di dalam lig latum. Radang ini biasanya
unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan
demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala
rangsangan peritoneum, seperti muntah.
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri
yang melepaskan endotoksin, bisa mempresipitasi
syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang
memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat
resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita
endometritis selama periode pascapartum.

3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersamasama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada
sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10%
wanita hamil, kebanyakan terjadi pada masa
prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK
memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu
hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang
flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir
mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK.

5. Septicemia dan piemia


Pada septicemia kuman-kuman yang ada di
uterus, langsung masuk ke peredaran darah
umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septicemia dapat dibuktikan dengan jalan
pembiakan kuman-kuman dari darah.

Komplikasi

Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)


Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam
vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli
pulmoner.
Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang
dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik
bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat
dan bahkan kematian.

Pencegahan dan Penanganan


1.
2.
3.

4.

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor


predisposisi
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak
ada indikasi yang perlu
Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau
dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban.
Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin.

5. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan


baik pervaginam maupun perabdominam
dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga
sterilitas.
6. Mencegah terjadinya perdarahan
7. Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker
8. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam
persalinan harus suci hama
9. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang,
lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang
baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

Konsep Askep Post Partum


Komplikasi (Infeksi)
A. Pengkajian
1. Data demografi
2. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi
seksual, luka.
3. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi
alat kelamin
4. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya,
jumlah pasangan seksual pada saat ini, frekuensi
aktifitas seksual secara umum.
5. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau
pasangan yang menggunakan obat intravena;
merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.

6. Pemeriksaan fisik bagian luar,


Inspeksi :
- Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai
usia perkembangan klien.
- Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema,
visura, lekoplakia, dan eksoria.
- Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra
terhadap pembengkakan ulkus, keluaran, dan
nodul.

7. Pemeriksaan bagian dalam,


Inspeksi :
- Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula,
massa, keluaran, dan warnanya
Palpasi :
- Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula
- Serviks : posisi, ukuran, konsistensi,
regularitas,mobilitas, dan nyeri tekan
- Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan
mobilitas.
- Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk,
konsistensi, dan nyeri tekan.

B. Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses
inflamasi Setelah dillukakan tindakan selama 1x
24 jam di harapkan klien :
Nyeri berkurang Klien mengatakan :
Menunjukkan ekspresi wajah rileks
Merasa nyaman

Kaji skala/intensitas nyeri


P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, distraksi,
kompres. Berikan instruksi bila perlu.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi
Untuk mengetahui tingkatan nyeri
Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,
yang memperberat nyeri.
Metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek
obat
Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan

2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme


Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam
diharapakan Suhu tubuh klien dalam batas normal
Klien tampak :
Tidak mengalami komplikasi
Suhu tubuh normal 36-37c

Kaji TTV Suhu,TD,RR.nadi


Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil atau diaphoresis
Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen
tempat tidur sesuai indikasi
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin,
asetaminofen) a. untuk mengtahui keadaan umum klien
Suhu 38,90- 41, 10C menunjukkan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membentu dalam
diagnosis, misalnya kurva demam lanjut berakhir lebih
dari 24jam menunjukkan pneumonia pneumokokal.
Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
Untuk mempermudah dalam pembirian tindakan

3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan


Setelah dilkukan tindakan selama 1x 24 jam klien tampkan rileks
Klien tampak :
Kesadaran terhadap perasaan, dan cara yang sehat untuk
menghadapi masalah
Kecamasan klien berkurang
Klien tidak tampak sedih
Klien tampak rileks.
Intervensi
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien.
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan
sakit, penting pada prosedur diagnostic dan kemungkinan
pembedahan
Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.

IMPLEMENTASI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
a.) Mengkaji skala/intensitas nyeri
P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
b.) Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi,
distraksi, kompres, Berikan instruksi bila perlu.
c.) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
d.) Mempertahankan posisi semifowler sesuai indikasi

2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme


a.) Mengkaji TTV: Suhu,TD,RR.nadi
b.) Memantau suhu klien (derajat dan pola),
perhatikan menggigil atau diaphoresis
c.) Memantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan
linen tempat tidur sesuai indikasi
d.) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
(aspirin,
asetaminofen)

3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan


a.) Mengevaluasi tingkat ansietas, catat respon
verbal, dan nonverbal klien. Dorong ekspresi
bebas akan emosi.
b.) Memberikan informasi tentang proses penyakit
dan antisipasi tindakan

EVALUASI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
S : Klien Mengatakan Nyeri Berkurang
O:Klien Tampak Nyaman
A:intervensi di optimalakan
P:masalah teratasi
2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolism
S:klien mengatakan panasnya menurun
O: klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3.Ansietas b.d perubahan status kesehatan
S: klien mengatakan tidak cemas
O: klien tamapk rileks
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai