DAN
PROSPEK PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN 2010
YOGYAKARTA
2009
I. PENDAHULUAN
1
penjeratnya adalah pasal karet pencemaran nama baik dan
fitnah.
1
terekam akan sangat banyak. Padahal, di samping itu, masih
banyak kasus korupsi yang mungkin tidak terliput oleh media
dan/atau tidak diberitakan. Kasus korupsi yang dipantau Pukat
Korupsi FH UGM dianggap mewakili dari pemberitaan kasus
korupsi yang dilakukan oleh media.
A. Aktor Korupsi
1
disebabkan oleh tingginya anggaran negara yang
digelontorkan ke daerah. Pada 2009, misalnya, dari 1003
triliun anggaran pendapatan dan belanja negara, sekitar 600
trilliun dibagikan ke daerah.
1
Selanjutnya, yang mesti juga dilihat dari tiga aktor korupsi
teratas itu adalah perselingkuhan yang mungkin terjadi antara
pihak legislatif daerah, kepala daerah, dengan
swasta/rekanan (direktur perseroan terbatas). Perselingkuhan
itu telah melangkah pada kondisi yang sungguh
mengkhawatirkan. Korupsi di daerah semakin licin terjadi,
ketika usaha saling melindungi antara persetujuan legislatif
daerah dan kekuasaan kepala daerah dengan rupiah yang
dimiliki oleh pihak pengusaha.
1
legislatif daerah-kepala daerah-pengusaha dengan dukungan
aparat penegak hukum di daerah disediakan oleh lembaga
yang bernama Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrembang) di daerah. Dengan ini, keberadaan lembaga ini
sepertinya perlu digodog ulang.
B. Modus Korupsi
1
dalam negeri serta korupsi anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) di banyak daerah.
C. Sektor Korupsi
1
Persentase yang cukup jauh antara posisi pertama
(pengadaan barang dan jasa dengan 32 persen) dengan posisi
kedua (pemerintah daerah dengan 17 persen)—terpaut 15
persen—menunjukkan bahwa pengadaan barang dan jasa
adalah sektor favorit yang sering dikecimpungi oleh pelaku
korupsi.
1
tingkat kerugian negara itu, ada tujuh kasus yang
menyebabkan kerugian negara di atas 100 miliar.
1
Negeri dengan 35 kasus dan Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan
Agung dengan 13 kasus).
1
dengan benar, tidak hanya untuk memenuhi segi formalitas
belaka.
F. Vonis Pengadilan
A. Sesat Paradigma
1
Kriminalisasi terhadap penggiat antikorupsi, baik dari
kalangan civil society organization maupun lembaga negara
sepatutnya diakhiri pada tahun 2010. Pada periode ini, terjadi
setidaknya tiga kali kriminaliasi yang dilakukan oleh
pemerintah (kasus ICW, KPK, dan Bendera). Dengan
menggunakan pasal karet pencemaran nama baik serta
fitnah, pemegang kuasa dengan sangat mudah menjerat
pihak-pihak yang ingin membongkar kasus korupsi,
khususnya kalangan lembaga swadaya masyarakat.
B. Pola Menunggu
1
rekaman itu sama dengan nama yang disebutkan dalam
laporan rekaman, atau semacamnya.
D. Perilaku Kontraproduktif
1
E. Tragedi 9 Desember 2009
1
Pemberantasan mafia hukum atau mafia peradilan serta
tindak pidana korupsi yang semakin akut dijawab oleh
pemerintah dengan membuat program “Ganyang Mafia.”
Namun sayang, implikasi program itu bukanlah sesuatu yang
baru dan cenderung tidak efektif.
V. KESIMPULAN
1
negeri untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
mengembalikan kekayaan negara yang dicurinya.
1
memang ada korupsi dalam bailout Bank Century, maka tingkat
kerugian negara beranjak dari digit 9 angka menuju 12 angka
alias triliun. Dan, ini bukan hal yang mustahil.
1
Adanya skandal mafia peradilan yang terbuka pada rekaman
Anggodo Widjojo di sidang MK, seharusnya menjadi titik masuk
untuk membongkar skandal mafia peradilan yang sejak dulu ada
namun tak terjangkau. Terobosan yang lebih brilian, seperti
memeriksa institusi kejaksaan dari tingkat negeri hingga agung,
memeriksa pengadilan dari tingkat negeri hingga Mahkamah
Agung, dan memeriksa kepolisian dari tingkat sektor hingga
Markas Besar, patut digunakan.
Salam Antikorupsi
30 Desember 2009
Pusat Kajian Antikorupsi FH UGM