Anda di halaman 1dari 35

Kematian Akibat Keracunan Sianida

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Kelompok D6

Pendahuluan
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu
menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.1 Saat kematian
seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan gejala setelah
kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya umur, kondisi
fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu sendiri.2
Toksikologi adalah ilmu yang memepelajari sumber ,sifat serta khasiat racun ,gejalagejala dan pengobatan pada keracunan ,serta kelainan yang didapatkan pada korban yang
meninggal .Racun pula ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian
.Berdasarkan sumber ,dapat dibagikan menjadi racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti kurare ,kokain ,opium dari papaver somniferum ,aflatoksin dari aspergilus niger .Ada
juga racun yang berasal dari hewan seperti toksin ular/laba-laba/hewan laut .Racun dari
mineral didapatkan dari arsen dan timah hitam .Racun dari sumber sintetik pula datangnya
dari heroin .
Pembagian racun berdasarkan organ tubuh yang dipengaruhi misalnya racun yang
bersifat hepatotoksik dan nefrotoksik .Berdasarkan tempat di mana racun berada ,dapat dibagi
menjadi racun yang terdapat di alam bebas ,misalnya gas racun di alam .Yang kedua ,racun di
rumah tangga misalnya detergen ,desinfektan ,insektisida ,cleaners (pembersih) .Yang
ketiga ,racun dalam pertanian ,misalnya insektisida ,herbisida dan pestisida .Yang keempat
,racun yang digunakan dalam industry dan laboratorium ,misalnya asam dan basa kuat ,logam
berat. Yang kelima ,racun dalam makanan ,misalnya CN dalam singkong ,toksin botulinus
1

,bahan pengawet ,zat aditif serta yang keenam ,racun dalam bentuk obat misalnya hipnotik
,sedative dan lain-lain .

Aspek Medikolegal
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan
pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.3
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya


Pasal 183 KUHAP
2

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak

pidana

benar-benar

terjadi

dan

bahwa

terdakwalah

yang

bersalah

melakukannnya.3
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3
Pasal 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.3
III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
3

(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan
jabatan umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.3
Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6
bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.3
Aspek Hukum
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.3
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.3
Pasal 340 KUHP
4

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.3
Pasal 351 KUHP
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.3
Pasal 354 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.3
Rahasia Jabatan dan Pembuatan Ska/ V Et R

Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter


Saya bersumpah/ berjanji bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter.dst.

Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2 PP No 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada PP ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.
Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
kesehatan dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang
tenaga kesehatan.
Pasal 5 PP No 10/1966
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakantindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 322 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.
Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.
Bedah Mayat Klinis, Anatomis Dan Transplantasi
6

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan
dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2
x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit.
Pasal 14 PP No 18/1981
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.
Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat.

Pemeriksaan Autopsi Forensik


Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
7

adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan


penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.4,5

Autopsi Medikolegal
Autopsi medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal
akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun
bunuh diri. autopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya
penyidikan suatu perkara. Tujuan dari autopsi medikolegal adalah :

Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas.

Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian

Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan.

Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum.6
Autopsi medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya

penyidikan suatu perkara. Hasil pemeriksaan adalah temuan obyektif pada korban, yang
diperoleh dari pemeriksaan medis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada autopsi
medikolegal :
1. Tempat untuk melakukan autopsi adalah pada kamar jenazah, namun jika tidak
memungkinkan di kamar jenazah dapat di tempat lain yang tertutup.
2. Autopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi oleh pihak yang
berwenang.
3. Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk autopsi.

4. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu


sebelum memulai autopsi. Tetapi kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari
pemeriksaan fisik.
5. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan autopsi.
6. Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan.
Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, photo, sidik
jari, dan lain-lain harus diperoleh.
7. Ketika dilakukan autopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
8. Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten.
9. Pada laporan autopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
10. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diautopsi. 7

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan autopsi forensik/medikolegal adalah:


1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan, termasuk
surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud dalam surat
tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap
mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah tersedia.
5. Mempersiapkan format autopsi, hal ini penting untuk memudahkan dalam pembuatan
laporan autopsi.5

Tanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu :
a.

Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara klinis
tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar,
tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

b.

Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur,tersengat listrik dan tenggelam.

c.

Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini
penting dalam transplantasi organ.

d.

Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.

e.

Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu
dapat dihentikan.
A. Tanda kematian tidak pasti
1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi,palpasi,auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat tetapi bukan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan
4. Tonus otot menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
10

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.


6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.
B. Tanda pasti kematian
1. Lebam mayat (livor motis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati
tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula membntuk
bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian
tubuh yang tertekan alas keras. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca
mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkao dan menetap selama 8-12
jam. Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian memperkirakan sebab
kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna
kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal mengetahui perubahan posisi
mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap dan memperkirakan
saat kematian.lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang terletak rendah. Bila terdapat
penekanan, pembukuh darah di daerah tersebut tertutup dan karena nya tidak dapat terisi
darah dan darah tersebut akan bebas dari lebam mayat. Pada kedua jenasah pada kasus
meninggal nya pengusaha dan istri nya ditemukan adanya lebam mayat berwarna merah
terang .
2. Kaku mayat (rigor motis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena
metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot
yang menghasilkan energi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian.
Dimana pada pemeriksaan pada kedua jenasah pengusahan dan istri nya tersebut
ditemukan adanya kaku mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati
klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses
pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi,
konduksi, evaporasi dan konveksi.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi
jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan
pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang meninggal,
bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan
11

media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira
24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum
yang isinya lebih cair dan penih dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut.
Selanjutnya rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas wajah
menggembung dan berwarna ungu kehijauan kelopak mata membengkak pipi tembem
bibir tebal lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai
setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Pada
kasus kedua jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan istri nya belum ditemukan ada
nya pembusukan tersebut.
5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak
superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat
terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh
lemak tubuh berubah menjadi adiposera.
6. Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat mengehentikan
pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarnagelap berkeriput dan
tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.

Pemeriksaan jenazah
Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan teliti
dan sistematik serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian,
benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi
geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Dimana pada kasus
jenazah pengusaha dan istri nya belum ditemukan adanya bungkus atau tutup jenazah, pakaian kedua
jenazah masih dalam keadaan utuh tidak ada bekas robekan, kemudian barang-barang disekitar
kamar tidur kedua jenazah masih dalam keadaan utuh dan tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka
atau cedera pada kedua mayat tersebut.

12

Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et
Repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya,
sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah.
Apabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb. Dari pemeriksaan dapat
disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya,
dan saat kematian seperti tersebut diatas.
Penyebab kematian
A.

Traumatologi
Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat kekerasan
benda tumpul pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka memar (kontusio,
hematom)m, luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar
adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang
disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan
melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah
menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari.
Kemudian luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan denga n
kulit. Luka lecet bisa merupakan luka lecet gores akibat benda runcing, luka lecet serut yang
merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan karena penjejakan benda tumpul pada kulit, luka lecet
geser yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser misalnya pad
akasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Dan luka robek yang merupakan luka terbuka
akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah. Cedera leher dapat
terjadi pada misalnya penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang karena terjadi
hiperekstensi kepala yang disusul dengan hiperfleksi.

13

Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan benda
tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi dan sebagainya. Luka
yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya
beraturan. Pada luka akibat kekerasan benda tajam dimana benda-benda yang dapat
mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik
berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok dan sebagainya
hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan tepi kertas atau rumput. Gambaran umum
luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan benda tajam
dapat berupa luka iris, atau sayat, luka tusuk dan luka bacok. Pemeriksaan pada kain (baju) yang
terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh.
Pada luka akibat tembakan senjata api dimana anak peluru yang menembus kulit akan
menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim
lecet. Selain itu zat yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dam elemen
mesiu akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat. Bisa juga luka yang
disebabkan oleh suhu/temperatur ataupun luka bakar akibat kontak kulit dengan bena bersuhu
tinggi.
Pada luka akibat trauma listrik, gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak
berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol di
sekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Pada luka akibat petir
dapat ditemukan aborosent mark (kemerahan pada kulit seperti percabangan pohon).
Pada luka akibat trauma bahan kimia misalnya akibat asam kuat dapat menimbulkan korosi
yang kering, keras seperti kertas perkamen sedangkan basa kuat membentuk reaksi penyabunan
intra sel sehingga menimbulkan luka yang basah licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.
Reaksi vital terhadap luka yang umum adalah : perdarahan, berupa ekimosis, petachiae dan
terjadinya emboli. Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta CO-Hb darah (10%) serta
cyanida (kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar.

B.

Toksikologi
14

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang terdapat di alam
bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya
deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih

(cleaners).

Racun

yang

digunakan

dalam

pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan


laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan
misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam
bentuk obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang bekerja lokal dan menimbulkan
beberapa reaksi misalnya perangsangan,peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok neurogenik.
Contoh racun korosif adalah asam dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH; golongan halogen
seperti fenol, lisol dan senyawa logam. Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai afinitas
terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat, alkohol, morfin terhadap susunan saraf pusat,
digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap hemoglobi darah. Terdapat pula racun yang
mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol yang menyebabkan erosi
lambung dan sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan depresi susunan saraf pusat.

Faktor yang mempengaruhi keracunan :


a.

Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk
lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral dan paling
lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.

b.

Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih sensitif
misalnya pada barbiturat.

c.

Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami keracunan.
Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk
fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.

d.

Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat terjadi
toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan, maka
toleransi akan menurun lagi.

15

e.

Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain. Pengaruh
langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat (kuat)
keracunan.

f.

Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi terjadi
lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama
(kronik) atau waktu singkat/sesaat.

Kriteria Diagnostik Keracunan


Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun
penyebab. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti. Yang
terpenting pada penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa racun dalam
tubuh/cairan tubuh korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat nya kelainan pada
tubuh korban baik makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan racun penyebab.
Disamping itu perlu pula dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar kontak dengan racun.
Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang racun
apa kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat dilakukan
dengan lebih terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Pemeriksaan Kedokteran Forensik Akibat Keracunan


Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yang sejak semula
sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan ada kasus yang sampai saat sebelum
autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus dipikirkan
kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat terdapatkecurigaan
akan keracunan,bila pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan
dengan zat tertentu,misalnya lebam mayat yang tidak biasa (cheery pink colour pada keracunan
CO, merah terang pada keracunan CN; kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanasetin
dan kina) luka bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung
(keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN) atau bau kutu busuk (keracunan malation)
16

serta bila pada autopsi tak ditemukan penyebab kematian. Dalam menangani kasus kematian
akibat keracunan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penting yaitu : pemeriksaan di tempat
kejadian,autopsi dan analisis toksikologik.

Pemeriksaan di Tempat Kejadian


Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan
menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah mungkin
orang itu mati akibat keracunan misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah ada sisa obat
atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang morfinis, cari bubuk heroin,
pembungkusnya atau alat penyuntik. Bila terdapat muntahan, apakah berbau fosfor (bau bawang
putih) bagaimana sifat muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik), berwarna hitam
(H2SO4 pekat), kuning (HNO3), biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat gelas atau alat minum
lain, atau ada surat perpisahan/peninggalan jika merupakan kasus bunuh diri. Mengumpulkan
keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir kali ditemukan dalam
keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah si pengusahan dan istri nya sehat-sehat saja. Berapa
lama gejala timbul setelah makan/minum terakhir, dan apa gejala-gejalanya. Bila sebelumnya
sudah sakit, apa penyakitnya dan obat-obat apa yang diberikan serta siapa yang memberi. Harus
ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa penyakitnya,obat-obat apa yang diberikan dan
berapa banyak,juga ditanyakan apakah apotik memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa
dihitung jumlahnya. Dapat pula ditanyakan pada keluarga atau anak korban bagaimana keadaan
emosi kedua korban tersebut sebelumnya dan pekerjaan korban,sebab mungkin saja racun
diambil dari tempat ia bekerja atau mengalami industrial poisoning.
Mengumpulkan barang bukti : kumpulkan obat-obatan dan pembungkus nya bila ada,
muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples periksa adanya etiket
dari apotik dan jangan lupa untuk memeriksa tempat sampah.

Pemeriksaan Luar
1. Bau
Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak tanah
17

pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia, fenol
(asam karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus keracunan
pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung dan
mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari
lubang-lubang hidung dan mulut.

2. Pakaian
Pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun
yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat karena asam
sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan karena dari
penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi/kemauan korban
yaitu apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa
(pembunuhan). Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak-bercak
akan tersebar pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau racun.
3. Lebam mayat
Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna lebam
mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. Perhatikan
adanya kelainan di tempat masuknya racun. Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas
suntikan yang baru.
4. Perubahan kulit
Misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan dan kaki pada
keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada keracunan perak (Ag)
kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning
pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel atau bula pada tumit,
bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut. Diperhatikan
juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang
menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium kronik ditemukan kelainan trofik
pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan talium,arsen, air raksa dan

18

boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra klorida.
Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.
Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot

dan alat-alat dimana pada

pemeriksaan kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada sianida
berwarna merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui mukosa usus.
Lambung mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat perforasi akibat zat
korosif.
a) Keracunan Karbon Monoksida
Karbon monoksida (CO) adalah tracun yang tertua dalam sejarah manusia. Gas CO
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir. Sumber
gas CO dapat ditemukan pada hasil pembakaran, motor yang menggunakan bensin, gas
arang batu, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak
bekerja dengan baik.
Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin
secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri dengan
mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan merupakan racun yang
kumulatif. Absorpsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan,
kadar COHb sebelum pemaparan , lamanya pemaparan dan ventilasi paru.
Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing dengan
O2 dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan
sitokrom P-450, Hb dan sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb mengakibatkan
Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2.
Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan lama nya inhalasi menentukan kecepatan
timbulnya gejala-gejala ataru kematian.
Tanda dan gejala keracunan CO
Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah. Pada gejala saturasi
sampai dengan 10% tidak terdapat gejala-gejala. Pada kondisi ekstrim dimana kadar
presentasi saturasi COHb mencapai 70-80 % gejala-gejala nya nadi lemah, pernafasan
lambat, gagal pernafasan dan mati.
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan CO
19

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya


kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama setelah
keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang, yang tampak jelas bila
kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada analisa toksikologik darah akan ditemukan
adanya COHb. Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan
komplikasi yang timbul selama penderita dirawat.
Pemeriksaan laboratorium keracunan CO
Untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji dilusi alkali. Perlu
diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali ini.
Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus karena dikatakan
bahwa darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan adanya COHb dalam
darah juga dapat melalui penentuan secara spektroskopis. Cara spektrofotometrik adalah cara
yang terbaik untuk melakukan analisis CO atas darah segar korban keracunan CO yang
masih hidup, karena hanya dengan cara ini, dapat ditentukan rasio COHb : OxiHb. Darah
mayat adalah darah yang tidak segar sehingga memberikan hasil yang tidak dapat dipercaya.
Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk mengukur kadar CO dari sampel darah mayat
dan cukup dapat dipercaya.

b) Keracunan Sianida
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran
kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh
diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen sianida merupakan
cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, alkohol, dan eter. Garam sianida yang
dipakai dalam pengerasan besi dan baja, dalam proses penyepuhan emas dan perak serta
dalam fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-tumbuhan genus prunus , singkong liar,
umbi-umbian liar,temu lawak, cherry liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.
Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan cyanogen dan
uap HCN diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit tetapi
gas HCN lambat. Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan kulit.
Setelah diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak berikatan
dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk methemoglobin.
20

Tanda dan gejala keracunan Sianida


Cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa
menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak
nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan
kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan
lemah, pernafasan cepat dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks
melambat. Kemudian mayat berwarna merah terang dan bau amandel .
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Sianida
Pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang patognomonik untuk
keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas
dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa keluar dari mulut, dan lebam
mayat berwarna merah terang.
Pemeriksaan laboratorium keracunan Sianida
Uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, yang diteteskan satu
tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-Pagenstecher dimana isi lambung 50
mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring kemudian dicelupkan ke dalam larutan
guajacol dalam alkohol,keringkan.

c) Keracunan Arsen
Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah
mustahil dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini. Disamping itu
keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan
pertanian akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen.
Sumber : industri dan pertanian terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan
buah-buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi tanaman liar dan pembunuhan
lalat.juga kadang-kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Arsen juga terdapat dalam
tanah, air minum yang terkontaminasi, bir, kerang,tembakau dan obat-obatan.

21

Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan melalui
kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,ginjal ,
kulit dan tulang.
Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga
metabolisme sel dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.
Tanda dan gejala keracunan Arsen
Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di daerah tenggorok
dengan rasa logam pada mulut.
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Arsen
Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan jenazah
ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna merah,kadang-kadang dengan
perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Bila korban
cepat meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardiorespirasi akut. Bila meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan anemi
hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal serta
nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat keracunan kronik tampak keadaan gizi buruk, pada
kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan
garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
Pemeriksaan laboratorium keracunan Arsen
Curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30 mg/kg (pada rambut kepala
normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80 ug/kg (kuku normal).
Dapat dilakukan uji reinsch

d) Keracunan Timbal
Sumber timbal terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan accu/baterrai, pipa
air, bahan dasar cat, benda-benda keramik dan gelas.

22

Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran cerna terutama
usus halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit yang utuh dan diikat
oleh sel darah merah.
Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot polos usus,
ureter, uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .

Tanda dan gejala keracunan Timbal


Pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa logam), muntah-muntah
berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang hitam, nyeri perut, syok,
hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban tampak pucat yang tak
sesuai dengan derajat anemi,rasa logam pada mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-kadang
diare.
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Timbal
Pada keracunan akut

yang meninggal ditemukan tanda-tanda dehidrasi,lambung

mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis dan feses berwarna hitam. Jika
keracunan

kronik

maka

didapatkan

tubuh

sangat

kurus,

pucat,terdapat

garis

Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak hitam.


Pemeriksaan laboratorium keracunan Timbal
Normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml. Bila lebih dari 70 ug/100 ml
berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml berarti telah terjadi
keracunan.

e) Keracunan alkohol
Sumber alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti whisky,brandy,rum,vodka,gin
(mengandung 45% alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale (48%). Alkohol sintetik seperti
air tape, tuak, dan brem.
Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut dan
lambung. Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.
23

Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga


bersifat sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat
penguapan, sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan lebih hebat lagi
mengakibatkan inflamasi.

Tanda dan gejala keracunan Alkohol


Pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan berupa penurunan keapikan
ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40 mg% telah timbul
penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan pemanjangan waktu
reaksi. Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala banyak bicara,
ramai,refleks menurun.
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Alkohol
Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas. Mungkin ditemukan gejalagejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah
lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol.
Pemeriksaan Laboratorium pada keracunan Alkohol
Untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah vena perifer
(kubiti atau femoralis).3

Asuransi Jiwa
Klaim Asuransi Jiwa merupakan tuntutan dari Pemegang Polis / Penerima pengalihan
hak kepada Penanggung atas pembayaran Jumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Saldo
Tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi.
Penerima Klaim yaitu Pemegang Polis atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum
dalam polis.
Dasar Dasar Klaim :
1. Kematian dari penerima
24

2. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi


ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi
ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.
4. Penerima mengalami kecelakaan.
5. Penerima karena sakit memerlukan rawat inap atau rawat jalan.
Klaim Meninggal :
Klaim Meninggal terjadi apabila penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan dalam
polis telah meninggal dunia sementara polis masih berlaku.4
Persyaratan Klaim Meninggal :
1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.
4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal
dunia karena kecelakaan.
5. Pengajuan klaim atas kematian.
6. Kuesioner klaim.
7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
8.

Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).

9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak
dan untuk sementara terdapat hambatan.

25

10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.
12. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman .
13. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
14. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.
15. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat
meninggal dunia karena kecelakaan.
16. Pengajuan klaim atas kematian.
17. Kuesioner klaim.
18. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
19. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
20. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan
hak dan untuk sementara terdapat hambatan.
21. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan
hak usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.
22. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.5

Visum et Repertum
26

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan.2
Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat
dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan
tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,
179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan
meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan
dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.
Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:
1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan
2. Visum et Repertum Kejahatan Susila
3. Visum et Repertum Jenazah
4. Visum et Repertum Psikiatrik.2
Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga
manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental
atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et Repertum
perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri adalah visum
untuk manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah untuk korban
yang sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter yang mampu,
namun sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter spesialis psikiatri
yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.2
Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Pembukaan:
Kata Pro Justisia artinya untuk peradilan
Tidak dikenakan materai
Kerahasiaan
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat
Pembantu Letnan Dua)
Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi:
Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
27

Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat

dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)


4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai
dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis.
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan
LN no. 350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan
kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum
tersebut.2

RS UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No6, Jakarta 11510
Telp/fax 021-1212121

Jakarta , 15 Desember 2015


PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No.17/TU.RSUKRIDA/VII/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr X, SpF, dokter pada rumah sakit sumber sehat, atas
permintaan dari kepolisian sektor Jakarta Barat
dengan suratnya nomor
12/VER/7/2015/Sek.Jakarta, tertanggal lima belas desember tahun dua ribu lima belas pukul
tiga belas waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di RS Ukrida, telah melakukan
pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 0812997 yang menurut surat tersebut adalah:---28

Nama
: Tn. Pengusaha--------------------------------------------------------------------------Umur
: 70 Tahun--------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Laki-laki---------------------------------------------------------------------------------Warga Negara : Indonesia--------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Pengusaha------------------------------------------------------------------------------Alamat
: Jl. Buntu No. 001 Jakarta Barat------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------------------------------------------------------1. Ditemukan mayat yang meninggal di dalam kamar yang terkunci dari dalam bersama
dengan
istrinya-----------------------------------------------------------------------------------------2. Posisi mayat tiduran di tempat tidurnya. Segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa-3. Tidak ada barang yang hilang-----------------------------------------------------------------------4. Pada korban ditemukan :-----------------------------------------------------------------------------a. Mayat menggunakan baju tidur lengan panjang berwarna putih berukuran L
dengan satu buah saku disisi kanan bawah baju yang kosong-------------------------b. Tidak ditemukan aksesoris pada tubuh korban-------------------------------------------c. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan dan perkelahian pada tubuh
mayat------------------------------------------------------------------------------------------d. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat di
daerah punggung, berwarna merah terang, tidak pucat bila ditekan. Terjadi
penurunan suhu tubuh mayat menjadi 20oC, dan ditemukan sianosis pada wajah
dan bibir. Tidak ada tanda- tanda pembusukan, adiposera dan mumifikasi.---------e. Rambut kepala berwarna hitam sedikit beruban dengan panjang 5 cm. Alis
berwarna hitam sedikit beruban dengan panjang 4 cm.---------------------------------f. Kelopak mata terbuka 1 cm-----------------------------------------------------------------g. Mulut terbuka 1 cm. Kedua bibir berbentuk biasa. Gigi geligi lengkap.-------------h. Dari lubang hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa Pada
lubang mulut ditemukan busa.-------------------------------------------------------------i. Dengan penekanan pada dada tercium bau amandel------------------------------------j. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur
berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan.-------------------------------------------5. Pada bedah mayat ditemukan: ---------------------------------------------------------------------a. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal
di daerah dada lima millimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otototot berwarna coklat dan cukup tebal.---------------------------------------------------------b. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher menunjukkan warna merah terang.-c. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak
terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus.-------d. Lidah berwarna merah terang, perabaan kaku, tidak terdapat bekas gigitan maupun
resapan darah. Tonsil berwarna merah terang, membesar dan penampangnya. Kelenjar
gondok berwarna merah terang, membesar.--------------------------------------------------e. Batang tenggorok dan cabangnya terdapat busa, berwarna putih.-------------------------f. Kerongkongan terdapat lendir , selaput lendirnya berwarna putih.------------------------g. Paru kanan berwarna merah terang dan lebih padat, terdapat bercak-bercak
perdarahan. Penampangnya tampak berwarna merah terang.------------------------------29

h.

i.
j.
k.
l.

m.
n.

Paru kiri berwarna merah terang dan lebih padat. Penampangnya tampak berwarna
merah terang. Berat paru kiri enam ratus gram dan yang kanan enam ratus gram.------Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin,
terdapat bintik perdarahan.----------------------------------------------------------------------Katup jantung tidak menunjukkan kelainan. Tebal otot bilik jantung kanan empat
millimeter dan yang kiri dua belas millimeter. Otot putting cukup tebal. Pembuluh
nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak
menunjukkan kelainan. Berat jantung tiga ratus gram.--------------------------------------Hati berwarna merah terang, permukaanya rata, tepinya tajam dan perabaan padat.
Penampang hati berwarna merah terang gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah
seribu dua ratus gram.----------------------------------------------------------------------------Lambung kosong.pada mukosa lambung terdapat luka berwarna merah kecoklatan,
perabaan mukosa licin, seperti sabun. Usus dua belas jari, usus halus dan usus besar
tidak menunjukkan kelainan.--------------------------------------------------------------------Anak ginjal kanan berbentuk kacang merah dan yang kiri berbentuk kacang merah.---Berat anak ginjal kanan dan kiri delapan gram.----------------------------------------------Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, berwarna merah terang. Berat ginjal kanan Sembilan puluh gram dan yang
kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas berwarna
merah terang, piala ginjal dan saluran kemih tidak menunjukkan kelainan.-------------Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna
putih, tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput
keras otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa,
tidak terdapat perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak
kecil dan batang otak tidak menunjukkan perdarahan baik pada permukaan maupun
penampangnya.------------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan lebam mayat berwarna merah terang di daerah punggung,
terjadi sianosis (kebiruan) pada wajah dan bibir, tercium bau amandel dengan cara menekan
dada mayat. Sebab mati orang ini adalah keracunan sianida yang mengakibatkan hipoksia
(sulit bernapas).--------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan
saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------------Dokter Pemeriksa
Dr. X, SpF.

30

RS UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No6, Jakarta 11510
Telp/fax 021-1212121

Jakarta , 15 Desember 2015


PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No.17/TU.RSUKRIDA/VII/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr X, SpF, dokter pada rumah sakit sumber sehat, atas
permintaan dari kepolisian sektor Jakarta Barat
dengan suratnya nomor
12/VER/7/2015/Sek.Jakarta, tertanggal lima belas desember tahun dua ribu lima belas pukul
31

tiga belas waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di RS Ukrida, telah melakukan
pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 0812997 yang menurut surat tersebut adalah:---Nama
: Ny. Suwarsih --------------------------------------------------------------------------Umur
: 60 Tahun--------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan------------------------------------------------------------------------------Warga Negara : Indonesia--------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga---------------------------------------------------------------------Alamat
: Jl. Buntu No. 001 Jakarta Barat------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN-------------------------------------------------------------------------------1. Ditemukan mayat yang meninggal di dalam kamar yang terkunci dari dalam bersama
dengan suaminya---------------------------------------------------------------------------------2. Posisi mayat tiduran di tempat tidurnya. Segalanya masih tertata rapi sebagaimana
biasa------------------------------------------------------------------------------------------------3. Tidak ada barang yang hilang-------------------------------------------------------------------4. Pada korban ditemukan :------------------------------------------------------------------------a. Mayat menggunakan baju tidur lengan panjang berwarna hitam berukuran M
dengan satu buah saku disisi kanan bawah baju yang kosong---------------------b. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan dan perkelahian pada tubuh
mayat--------------------------------------------------------------------------------------c. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat
terdapat di daerah punggung, berwarna merah terang, tidak pucat bila ditekan.
Terjadi penurunan suhu tubuh mayat menjadi 20 oC, dan ditemukan sianosis
pada wajah dan bibir. Tidak ada tanda- tanda pembusukan, adiposera dan
mumifikasi.-------------------------------------------------------------------------------d. Rambut kepala berwarna hitam dan panjang. Alis berwarna hitam dengan
panjang 4 cm.----------------------------------------------------------------------------e. Kelopak mata terbuka 1 cm------------------------------------------------------------f. Mulut terbuka 1 cm. Kedua bibir berbentuk biasa. Gigi geligi lengkap.---------g. Dari lubang hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa
Pada lubang mulut ditemukan busa.--------------------------------------------------h. Dengan penekanan pada dada tercium bau amandel--------------------------------i. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur
berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan.---------------------------------------5. Pada bedah mayat ditemukan: ------------------------------------------------------------------a. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan,
tebal di daerah dada lima millimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter.
Otot-otot berwarna coklat dan cukup tebal.----------------------------------------------b. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher menunjukkan warna merah
terang.------------------------------------------------------------------------------------------c. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna merah terang. Dalam rongga perut
tidak terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar
usus.--------------------------------------------------------------------------------------------d. Lidah berwarna merah terang, perabaan kaku, tidak terdapat bekas gigitan maupun
resapan darah. Tonsil berwarna merah terang, membesar dan penampangnya.
Kelenjar gondok berwarna merah terang, membesar.-----------------------------------e. Batang tenggorok dan cabangnya terdapat busa, berwarna putih.---------------------32

f. Kerongkongan terdapat lendir , selaput lendirnya berwarna putih.-------------------g. Paru kanan berwarna merah terang dan lebih padat, terdapat bercak-bercak
perdarahan. Penampangnya tampak berwarna merah terang.--------------------------Paru kiri berwarna merah terang dan lebih padat. Penampangnya tampak berwarna
merah terang. Berat paru kiri enam ratus gram dan yang kanan enam ratus gram.-h. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin,
terdapat bintik perdarahan.------------------------------------------------------------------Katup jantung tidak menunjukkan kelainan. Tebal otot bilik jantung kanan empat
millimeter dan yang kiri dua belas millimeter. Otot putting cukup tebal. Pembuluh
nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak
menunjukkan kelainan. Berat jantung tiga ratus gram.---------------------------------i. Hati berwarna merah terang, permukaanya rata, tepinya tajam dan perabaan padat.
Penampang hati berwarna merah terang gambaran hati tampak jelas. Berat hati
adalah seribu dua ratus gram.---------------------------------------------------------------j. Lambung kosong.pada mukosa lambung terdapat luka berwarna merah
kecoklatan, perabaan mukosa licin, seperti sabun. Usus dua belas jari, usus halus
dan usus besar tidak menunjukkan kelainan.---------------------------------------------k. Anak ginjal kanan berbentuk kacang merah dan yang kiri berbentuk kacang
merah. Berat anak ginjal kanan dan kiri delapan gram.---------------------------------l. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak
rata dan licin, berwarna merah terang. Berat ginjal kanan Sembilan puluh gram
dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas
berwarna merah terang, piala ginjal dan saluran kemih tidak menunjukkan
kelainan.---------------------------------------------------------------------------------------m. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya
berwarna putih, tidak menunjukkan kelainan.--------------------------------------------n. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah
selaput keras otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang
biasa, tidak terdapat perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan
kelainan. Otak kecil dan batang otak tidak menunjukkan perdarahan baik pada
permukaan maupun penampangnya.------------------------------------------------------Kesimpulan
Pada mayat perempuan ini ditemukan lebam mayat berwarna merah terang di daerah
punggung, terjadi sianosis (kebiruan) pada wajah dan bibir, tercium bau amandel dengan cara
menekan dada mayat. Sebab mati orang ini adalah keracunan sianida yang mengakibatkan
hipoksia (sulit bernapas).---------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan
saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------------Dokter Pemeriksa
Dr. X, SpF.

33

Daftar Pustaka
1. Bagian Kedokteran Forensik. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1994.
2. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
3. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, Winardi T, Munim, Sidhi,dkk.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
4. Diunduh dari : asuransi jiwa. www.anneahira.com/klaim-asuransi-jiwa.html, pada tanggal 15
Desember 2015

34

5. Diunduh dari : klaim asuransi jiwa www.krl.co.id/prosedur-klaim-asuransi.html, pada tanggal


15 Desember 2015

35

Anda mungkin juga menyukai

  • DHF Nelson
    DHF Nelson
    Dokumen2 halaman
    DHF Nelson
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • GDDRGRG
    GDDRGRG
    Dokumen2 halaman
    GDDRGRG
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Referat Aki CKD
    Referat Aki CKD
    Dokumen31 halaman
    Referat Aki CKD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • GDDRGRG
    GDDRGRG
    Dokumen2 halaman
    GDDRGRG
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Referat Aki CKD
    Referat Aki CKD
    Dokumen31 halaman
    Referat Aki CKD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • DHF Nelson
    DHF Nelson
    Dokumen2 halaman
    DHF Nelson
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Sdffwefwefwe
    Sdffwefwefwe
    Dokumen1 halaman
    Sdffwefwefwe
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Feafsefs
    Feafsefs
    Dokumen28 halaman
    Feafsefs
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Sfgjghjgyj
    Sfgjghjgyj
    Dokumen19 halaman
    Sfgjghjgyj
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dasaedfdsfsdfsfss
    Dasaedfdsfsdfsfss
    Dokumen1 halaman
    Dasaedfdsfsdfsfss
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dgfjygyjgyf
    Dgfjygyjgyf
    Dokumen16 halaman
    Dgfjygyjgyf
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • NGHFHFH
    NGHFHFH
    Dokumen1 halaman
    NGHFHFH
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Feafsefs
    Feafsefs
    Dokumen28 halaman
    Feafsefs
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Afdsdfa
    Afdsdfa
    Dokumen10 halaman
    Afdsdfa
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • SFSD
    SFSD
    Dokumen5 halaman
    SFSD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Saddsadas 7
    Saddsadas 7
    Dokumen22 halaman
    Saddsadas 7
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • DFSFSF
    DFSFSF
    Dokumen27 halaman
    DFSFSF
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • DFSFSF
    DFSFSF
    Dokumen27 halaman
    DFSFSF
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • SFSD
    SFSD
    Dokumen5 halaman
    SFSD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • DBFDFD
    DBFDFD
    Dokumen6 halaman
    DBFDFD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Wfwewe
    Wfwewe
    Dokumen23 halaman
    Wfwewe
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • SFSD
    SFSD
    Dokumen5 halaman
    SFSD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • GGDDFG
    GGDDFG
    Dokumen29 halaman
    GGDDFG
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dasdsa
    Dasdsa
    Dokumen29 halaman
    Dasdsa
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dasda
    Dasda
    Dokumen2 halaman
    Dasda
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Cover Sepsis PDF
    Cover Sepsis PDF
    Dokumen3 halaman
    Cover Sepsis PDF
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Sdffdfrwfds
    Sdffdfrwfds
    Dokumen19 halaman
    Sdffdfrwfds
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Fsdfs
    Fsdfs
    Dokumen5 halaman
    Fsdfs
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • BHKBKJB
    BHKBKJB
    Dokumen32 halaman
    BHKBKJB
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dasfsdf
    Dasfsdf
    Dokumen32 halaman
    Dasfsdf
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat