Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

KATARAK

Oleh :
BAIQ NOVALIA AGUSTRI RATNA SARI
09.06.0006

Dosen Pembimbing :
Dr. IKN GERADANTA,Sp.M
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN/SMF MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2016

[Type text]

Page 1

LATAR BELAKANG
Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera
lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata
sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya,
banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan
kebutaan.Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu
apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau
menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan
buta.
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau
kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat
kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan (Engram, 2000).
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagi hal,seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat,
tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia
ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang
menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara
berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah
penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16%
diantaranya diderita usia produktif.Angka kejadian katarak 0,78% dan angka
pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan
penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan
meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun
meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang
terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan

[Type text]

Page 2

semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak dapat dicegah, akan
tetapi juga dapat diobati.
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien
mugkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio
retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke
arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular dan lensa
kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih
mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal.

[Type text]

Page 3

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN

II.

Nama

: Ny. S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 60 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Karang Baru Selatan,Selaparang

Masuk R.S

: 29 Maret 2016

Rumah Sakit

: RSUD Kota Mataram

ANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang :
a. Keluhan utama: Penglihatan kabur
b. Onset: 1 tahun
c. Lokasi: mata kanan dan kiri
d. Keluhan penyerta: mata terasa perih dan berair
e. Kuantitas: terus menerus
f. Kualitas: mengganggu pekerjaan
g. Kronologis:Pasien datang ke poli mata

RSUD Kota Mataram dengan

keluhan penglihatan kabur sejak satu tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan
rasa perih pada mata dan kadang berair. Namun penglihatan kabur sekarang
sudah agak berkurang. Sebelumnya pasien sering datang ke poli mata untuk
mengontrol matanya, dan pasien dikatakan oleh dokter spesialis mata menderita
katarak pada kedua matanya. Dokter menyarankan operasi,tapi pasien tidak
bersedia. Akhirnya dokter memberikan obat.
Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma pada mata

Riwayat penggunaan kaca mata (-)

[Type text]

Page 4

Riwayat penyakit sistemik: kencing manis (-), darah tinggi (-)

Riwayat operasi: tidak pernah operasi katarak sebelumnya

Pasien didiagnosa oleh dokter spesialis mata menderita katarak pada


mata kanan dan kiri dan dianjurkan untuk operasi mata katarak

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien menderita glaukoma,katarak.

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien seorang ibu rumah tangga.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien

Kesadaran

: Composmentis /E4V5M6

Keadaan Umum

: Sedang

Status gizi

: Cukup

Vital Sign:

No

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 84x/menit, reguller

Pernapasan

: 16x/menit,

Suhu

: 36,5C

Pemeriksaan
Visus

Mata kanan

Mata kiri

-UCVA

20/25 ph tetap

20/50 ph 20/40

Normal
Baik ke segala arah

Normal
Baik ke segala arah

-BCVA
Lapang Pandang
Gerak bola mata
Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Normal

Normal

[Type text]

Page 5

Papil

Enteropion

Normal

Normal

Silia

Pseudoptosis

Sikatriks
Palpebra inferior

Silia

Normal

Normal

Trikiasis

Hiperemi

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Edema kornea(-)

Edema kornea(-)

Keruh (+)
Dalam
Warna coklat

Keruh (+)
Dalam
Warna coklat

Kripte jelas

Kripte jelas

Edema
Konjungtiva palpebra

Superior

Inferior
Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva

Injeksi silier
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil

Bentuk

Bulat

Bulat

Refleks (langsung)

(+)

(+)

Refleks

(+)

(+)

langsung)
Lensa
TIO (palpasi)

Iris shadow (+),keruh


Normal

Iris shadow (+),keruh


Normal

Tonometri Schiotz
Funduskopi

[Type text]

(tidak

Page 6

IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja: Katarak senilis imatur ODS

V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


Funduskopi
VI.

TERAPI
Lenticular 4x1

VII.

RENCANA TINDAKAN
Operasi katarak

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
[Type text]

Page 7

Anatomi lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana,
2007).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).

Embriologi Lensa
Pada bulan pertama kehamilan permukaan ektoderm berinvaginasi ke
vesikel optik primitif yang terdiri atas neuroektoderm. Struktur ektoderm murni
[Type text]

Page 8

ini akan berdiferensiasi menjadi tiga struktur, yakni serat geometrik sentral lensa,
permukaan anterior sel epithel, dan kapsul hyalin aselular. Arah pertumbuhan
struktur epithel yang normal adalah sentrifugal. Sel yang telah berkembang
sempurna akan bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat
lensa primer membentuk nukleus embrionik. Di bagian ekuator, sel epithel akan
berdiferensiasi menjadi serat lensa dan membentuk nukleus fetus. Serat sekunder
yang baru ini akan menggantikan serat primer ke arah pertengahan lensa.
Pembentukan nukleus fetus yang mendekati nukleus embrionik akan sempurna
saat lahir. Laju pertumbuhan lensa fetus adalah 180 mg/tahun. Lensa fetus
berbentuk bulat sempurna (Lang, 2000).
Pertumbuhan Lensa
Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup, tidak
ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh kapsul lensa.
Pembentukan serat lensa pada ekuator, yang akan terus berlanjut seumur hidup,
membentuk nukleus infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan serta
membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah pertumbuhan lensa yang
telah berkembang berlawanan dengan arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang
termuda akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat
lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90 tahun
(Khurana, 2007).
Histologi Lensa
Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:
1. Kapsul lensa
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 m), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini
merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14
m) dan paling tipis pada kutub posterior (3 m). Kapsul lensa bersifat
semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak.
[Type text]

Page 9

2. Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan
berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan
membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan
terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel
epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari
sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan
menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut
kristalin.

Histologi Lensa (Sumber: Junqueira, 2003)


Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial
yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya
pada badan siliar. Serat zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini
penting untuk proses akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh
dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau
memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang

[Type text]

Page 10

yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan
berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan
yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek
dapat dipertahankan (Junqueira dan Carneiro, 2004).
Fungsi Lensa
Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi
memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki
kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.
B. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara
normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.
Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif.
Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya
transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
[Type text]

Page 11

C. Klasifikasi
Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan morfologis dan berdasarkan
permulaan terjadinya katarak.
1. Klasifikasi berdasarkan morfologis
Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat
berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak
kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan
sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.
b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial
korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak subkapsular
anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak subkapsular posterior
dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat
dan degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat terjadi bersamaan
dengan katarak subkapsular posterior dan dapat disebabkan oleh jejas lokal,
iritasi, uveitis dan radiasi.
c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan
merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal disebabkan
oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat dibandingkan nukleus
sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi akibat ketidakseimbangan
elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke kerusakan serat korteks lensa.
d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan
sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan nukleus
pada usia lanjut.
e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks lensa
yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.
f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan superfisial
korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar anterior dan
[Type text]

Page 12

katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat pada katarak


kongenital atau karena trauma sekunder.
g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak
muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu tipe
saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa yang
lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan mengindikasikan katarak
telah lanjut dan perkembangannya harus lebih diperhatikan. Pasien dengan
katarak gabungan akan memiliki gejala penurunan visus (Khurana, 2007).
2. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak
Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit

rubella,

galaktosemia,

homosisteinuri,

diabetes

mellitus,

hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis.


Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan
penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. Katarak kongenital disebabkan kelainan pada pembentukan lensa
sebelum proses kelahiran. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak
kapsulolentikular di yaitu katarak kapsular dan polaris atau katarak lentikular
yaitu katarak kortikal atau katarak nuklear. (Ilyas, 2009)
b. Katarak juvenil, adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari
sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :
a) Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik,
katarak hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria,
penyakit Wilson, dan katarak yang berhubungan dengan penyakit lain.
b) Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
[Type text]

Page 13

c) Katarak traumatik
d) Katarak komplikata:

Kelainan

kongenital

dan

herediter

(siklopia,

koloboma,

mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia


iridis).
Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),
seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
Katarak anoksik
Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazin, busulfan, dan besi).
Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai
kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial,
osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita
pungtata), dan kromosom.
Katarak radiasi (Ilyas, 2009)
c. Katarak senil, adalah katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis adalah
katarak kortikal, katarak nuklear, dan katarak subkapsular posterior. Walaupn
katarak sering diawali oleh tipe yang murni tersebut, mereka akan matang
menjadi katarak campuran. Selanjutnya akan dibahas lebih mendetail
mengenai katarak senilis.
Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
[Type text]

Page 14

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.


Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi
mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur
lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior
dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular
yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau
rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara

[Type text]

Page 15

sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan


lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
D. Epidemiologi
Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh
dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh
dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun
2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau
1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak (American
Academy Ophthalmology, 2007).
E. Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacam-macam.
Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital
akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid
metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus,
galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan
resiko katarak.
F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

[Type text]

Page 16

anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002).

G. Manifestasi klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
[Type text]

Page 17

fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan


penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak
akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai
mobil pada siang hari (Smeltzer, 2002).
Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu:
insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.
Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Penyulit

Insipiens
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Matur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma

Imatur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis,Glaukoma

H. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak adalah:
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Iluminasi oblik

[Type text]

Page 18

3. Test bayangan iris


4. Pemeriksaan dengan menggunakan ophthalmoskop langsung
5. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp
I. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperti glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2000). Dalam bedah katarak,
lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular. Ekstraksi intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah
mengangkat lensa in toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior
140-1600. pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior,
bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks
lensa dibuang dari mata dengan irigasi dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga
menyisakan kapsul posterior.
Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau
keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil
(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini
kurang bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus
yang kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler. Pada beberapa
tahun silam, operasi katarak ekstrakapsular telah menggantikan prosedur
intrakapsular sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan utamanya
adalah bahwa apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa
intra okuler ke dalam kamera posterior. Insiden komplikasi pasca operasi seperti
abasio retina dan edema makula lebih kecil bila kapsul posteriornya utuh.
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi
biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga,
tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan
[Type text]

Page 19

atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut
selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata.
Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama
beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah
operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen.(Vaughan, 2000)
J. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges,2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer,2002).

[Type text]

Page 20

PENUTUP
Telah dilaporkan kasus pada seorang perempuan berusia 60 tahun,yang merupakan
pasien rawat jalan di poliklinik mata RSUD Kota Mataram. Dari hasil
anamnesis,pemeriksaan fisik yang diperoleh,ditegakkan diagnosis katarak senilis
imatur ODS.Penderita diberikan terapi lentikular.Dan akan di rencanakan tindakan
operasi jika terus memburuk.

[Type text]

Page 21

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Perdami, Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (PGPK) Untuk Mencapai Vision 2020, 2003,1-2
http://www.Br J Ophthalmol.com//Cause of low vision and blindness on rural Indonesia,
2003, 1-8.
1
Vaughan DG, Asbury T. Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya
Medika, Jakarta. 2000, hal: 175
2
Epidemiologi

Katarak.

Ilhams

_ikm

document.

Available

from

http://scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI- KATARAK
3
Pratomo H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Tanjung Balai Tahun 2004, Bagian
Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41
4
Silalahi E, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarakdi Kabupaten Karo Tahun 2004, Bagian
Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41
5
Hutasoit H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2008, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2008, hal 45-46.
6
American Academy of Ophthalmology. Cataract in International Ophthalmology. Section
13; 2004 2005. P 161-170
7
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2005

[Type text]

Page 22

[Type text]

Page 23

Anda mungkin juga menyukai