KATARAK
Oleh :
BAIQ NOVALIA AGUSTRI RATNA SARI
09.06.0006
Dosen Pembimbing :
Dr. IKN GERADANTA,Sp.M
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN/SMF MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2016
[Type text]
Page 1
LATAR BELAKANG
Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera
lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata
sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya,
banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan
kebutaan.Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu
apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau
menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan
buta.
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau
kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat
kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan (Engram, 2000).
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagi hal,seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat,
tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia
ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang
menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara
berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah
penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16%
diantaranya diderita usia produktif.Angka kejadian katarak 0,78% dan angka
pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan
penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan
meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun
meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang
terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan
[Type text]
Page 2
semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak dapat dicegah, akan
tetapi juga dapat diobati.
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien
mugkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio
retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke
arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular dan lensa
kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih
mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal.
[Type text]
Page 3
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
Alamat
Masuk R.S
: 29 Maret 2016
Rumah Sakit
ANAMNESIS
Riwayat penyakit sekarang :
a. Keluhan utama: Penglihatan kabur
b. Onset: 1 tahun
c. Lokasi: mata kanan dan kiri
d. Keluhan penyerta: mata terasa perih dan berair
e. Kuantitas: terus menerus
f. Kualitas: mengganggu pekerjaan
g. Kronologis:Pasien datang ke poli mata
keluhan penglihatan kabur sejak satu tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan
rasa perih pada mata dan kadang berair. Namun penglihatan kabur sekarang
sudah agak berkurang. Sebelumnya pasien sering datang ke poli mata untuk
mengontrol matanya, dan pasien dikatakan oleh dokter spesialis mata menderita
katarak pada kedua matanya. Dokter menyarankan operasi,tapi pasien tidak
bersedia. Akhirnya dokter memberikan obat.
Riwayat penyakit dahulu :
[Type text]
Page 4
PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien
Kesadaran
: Composmentis /E4V5M6
Keadaan Umum
: Sedang
Status gizi
: Cukup
Vital Sign:
No
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 84x/menit, reguller
Pernapasan
: 16x/menit,
Suhu
: 36,5C
Pemeriksaan
Visus
Mata kanan
Mata kiri
-UCVA
20/25 ph tetap
20/50 ph 20/40
Normal
Baik ke segala arah
Normal
Baik ke segala arah
-BCVA
Lapang Pandang
Gerak bola mata
Palpebra superior
Edema
Hiperemi
Normal
Normal
[Type text]
Page 5
Papil
Enteropion
Normal
Normal
Silia
Pseudoptosis
Sikatriks
Palpebra inferior
Silia
Normal
Normal
Trikiasis
Hiperemi
Edema kornea(-)
Edema kornea(-)
Keruh (+)
Dalam
Warna coklat
Keruh (+)
Dalam
Warna coklat
Kripte jelas
Kripte jelas
Edema
Konjungtiva palpebra
Superior
Inferior
Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva
Injeksi silier
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Bentuk
Bulat
Bulat
Refleks (langsung)
(+)
(+)
Refleks
(+)
(+)
langsung)
Lensa
TIO (palpasi)
Tonometri Schiotz
Funduskopi
[Type text]
(tidak
Page 6
IV.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja: Katarak senilis imatur ODS
TERAPI
Lenticular 4x1
VII.
RENCANA TINDAKAN
Operasi katarak
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
[Type text]
Page 7
Anatomi lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana,
2007).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).
Embriologi Lensa
Pada bulan pertama kehamilan permukaan ektoderm berinvaginasi ke
vesikel optik primitif yang terdiri atas neuroektoderm. Struktur ektoderm murni
[Type text]
Page 8
ini akan berdiferensiasi menjadi tiga struktur, yakni serat geometrik sentral lensa,
permukaan anterior sel epithel, dan kapsul hyalin aselular. Arah pertumbuhan
struktur epithel yang normal adalah sentrifugal. Sel yang telah berkembang
sempurna akan bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat
lensa primer membentuk nukleus embrionik. Di bagian ekuator, sel epithel akan
berdiferensiasi menjadi serat lensa dan membentuk nukleus fetus. Serat sekunder
yang baru ini akan menggantikan serat primer ke arah pertengahan lensa.
Pembentukan nukleus fetus yang mendekati nukleus embrionik akan sempurna
saat lahir. Laju pertumbuhan lensa fetus adalah 180 mg/tahun. Lensa fetus
berbentuk bulat sempurna (Lang, 2000).
Pertumbuhan Lensa
Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup, tidak
ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh kapsul lensa.
Pembentukan serat lensa pada ekuator, yang akan terus berlanjut seumur hidup,
membentuk nukleus infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan serta
membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah pertumbuhan lensa yang
telah berkembang berlawanan dengan arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang
termuda akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat
lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90 tahun
(Khurana, 2007).
Histologi Lensa
Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:
1. Kapsul lensa
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 m), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini
merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas
kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14
m) dan paling tipis pada kutub posterior (3 m). Kapsul lensa bersifat
semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak.
[Type text]
Page 9
2. Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan
berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan
membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan
terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel
epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari
sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan
menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut
kristalin.
[Type text]
Page 10
yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan
berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan
yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek
dapat dipertahankan (Junqueira dan Carneiro, 2004).
Fungsi Lensa
Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi
memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki
kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.
B. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara
normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.
Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif.
Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya
transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
[Type text]
Page 11
C. Klasifikasi
Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan morfologis dan berdasarkan
permulaan terjadinya katarak.
1. Klasifikasi berdasarkan morfologis
Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat
berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak
kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan
sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.
b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial
korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak subkapsular
anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak subkapsular posterior
dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat
dan degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat terjadi bersamaan
dengan katarak subkapsular posterior dan dapat disebabkan oleh jejas lokal,
iritasi, uveitis dan radiasi.
c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan
merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal disebabkan
oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat dibandingkan nukleus
sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi akibat ketidakseimbangan
elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke kerusakan serat korteks lensa.
d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan
sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan nukleus
pada usia lanjut.
e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks lensa
yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.
f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan superfisial
korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar anterior dan
[Type text]
Page 12
rubella,
galaktosemia,
homosisteinuri,
diabetes
mellitus,
Page 13
c) Katarak traumatik
d) Katarak komplikata:
Kelainan
kongenital
dan
herediter
(siklopia,
koloboma,
Page 14
[Type text]
Page 15
[Type text]
Page 16
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002).
G. Manifestasi klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
[Type text]
Page 17
Insipiens
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Matur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma
Imatur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis,Glaukoma
[Type text]
Page 18
Page 19
atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut
selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata.
Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama
beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah
operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen.(Vaughan, 2000)
J. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges,2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer,2002).
[Type text]
Page 20
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus pada seorang perempuan berusia 60 tahun,yang merupakan
pasien rawat jalan di poliklinik mata RSUD Kota Mataram. Dari hasil
anamnesis,pemeriksaan fisik yang diperoleh,ditegakkan diagnosis katarak senilis
imatur ODS.Penderita diberikan terapi lentikular.Dan akan di rencanakan tindakan
operasi jika terus memburuk.
[Type text]
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Perdami, Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (PGPK) Untuk Mencapai Vision 2020, 2003,1-2
http://www.Br J Ophthalmol.com//Cause of low vision and blindness on rural Indonesia,
2003, 1-8.
1
Vaughan DG, Asbury T. Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya
Medika, Jakarta. 2000, hal: 175
2
Epidemiologi
Katarak.
Ilhams
_ikm
document.
Available
from
http://scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI- KATARAK
3
Pratomo H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Tanjung Balai Tahun 2004, Bagian
Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41
4
Silalahi E, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarakdi Kabupaten Karo Tahun 2004, Bagian
Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41
5
Hutasoit H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2008, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2008, hal 45-46.
6
American Academy of Ophthalmology. Cataract in International Ophthalmology. Section
13; 2004 2005. P 161-170
7
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2005
[Type text]
Page 22
[Type text]
Page 23