K11114507 - Andi Rezkiawati Anma
K11114507 - Andi Rezkiawati Anma
OLEH :
ANDI REZKIAWATI ANMA
(K111 14 507)
KELAS A
SIKLUS PERENCANAAN
(1) analisis
situasi
(2)
identifikasi
masalah
(9) evaluasi
(3) prioritas
masalah
(8)
monitoring
(7)
pelaksanaan
(4) tujuan
(6) POA
No.
Siklus Perencanaan
(5) alternatif
pemecahan
masalah
Metode
1.
Analisis Situasi
Mengumpulkan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
2.
Identifikasi Masalah
3. Data Tersier
1. Gap: Das Sein & Das Sollen
2. Fish Bone
3.
Prioritas Masalah
3. RCA
1. Bryant
2. Delbeque,
3. Delphi,
4. Hanlon,
4.
Penetapan Tujuan
5. Ekonometrik
SMART
S=Spesific
Tujuan Kegiatan)
M=Measurable
A=Appropriate
R=Realistic
5.
Alternatif Pemecahan
T=Time Bound
1. Teknik Analogi
6.
Masalah
POA (Planning of Action)
2. Fish Bone
Tabel POA
7.
8.
Pelaksanaan
Monitoring
Evaluasi
9.
Evaluasi Sumatif
2. Berdasarkan Sasaran dan Waktu
Pelaksanaan: Input, Proses, Output
a. Data tentang penyakit dan gangguan kesehatan (Diseases and Illnesess) yang
berkembang di masyarakat.
Untuk menyusun perencanaan kesehatan, analisis situasi diarahkan untuk menghimpun
data tentang masalah kesehatan masyarakat yang potensial berkembang di masyarakat.
Data diperoleh dari hasil pengawasan rutin atau laporan institusi yang lain. Untuk
menjelaskan masalah kesehatan masyarakat yang sedang diamati, data penyakit hasil
surveilans harus diolah dengan pendekatan epidemiologi. Informasi hasil analisis data
surveilans disajikan mengguanakan statistic. Dengan pendekatan epidemiologi dan
statistik diketahui distribusi penyakit (gangguan kesehatan) berdasarkan wilayah atau
tempat kejadian (Where), waktu kejadiannya (When), individu atau kelompok penduduk
di wilayah tersebut yang menderita penyakit tersebut (Who), termasuk factor resiko
penyakit yang terkait dengan penyakit atau masalah kesehatan masyarakat yang
berkembang (How).
b. Data kependudukan.
Data kependudukan yang perlu dihimpun terkait dengan penyakit atau gangguan
kesehatan yang sedang diamati di masyarakat, termasuk jumlah dan distribusi penduduk,
jenis kelamin, kelompok umur, dan tingkat kepdatan penduduk dsb. Vital statistik tentang
kelahiran dan kematian yang terkait dengan penyakit yang diamati, perpindahan
penduduk ke daerah yang yang di duga sebagai sumber penularan (carier) penyakit.
c. Data potensi organisasi kesehatan.
Data ini akan memberikan informasi tentang sumberdaya (potensi) institusi pelayanan
kesehatan yang bisa di manfaatkan untuk menyusun perencanaan esehatan. Misalnya,
jumlah RS (kapasitas tempat tidur, jumlah dan kualifikasi tenaga medis/para medis yang
dimiliki), termasuk berbagai klinik dan dokter praktik swasta yang tersedia di wilayah
yang diamati. Data ini bermanfaat bagi tim perencana untuk mengembangkan kerjasama
dengan institusi pelayanan kesehatan lain. Manfaatkan semaksimal mungkin potensi
organisasi dan lingkungan social yang berada di wilayah yang diamati. Waspadai
kelemahannya yang mungkin berkembang sebagai kendala atau menghambat pelaksanaan
kegiatan program di lapangan.
d. Keadaan lingkungan dan geografi.
Data ini dikaitkan dengan perkembangan penyakit atau masalah kesehatan yang
diamati masyarakat. Data lingkungan desa dan tempat tempat umum di wilayah tersebut
yang perlu dicatat adalah sekolah, pasar, tempat ibadah, sumber air dan mutu air minum
b. Administrator kesehatan tidak puas karena adanya gap tersebut dan ia merasa
bertanggung awab atas masalah tersebut.
Adapun lokasi masalah yaitu sebagai berikut:
a. Provider: biasanya masalah manajemen
b. Masyarakat: masalah gangguan kesehatan, perilaku dan sebagainya.
c. Sumber daya yang terbatas.
Perumusan masalah yaitu bagaimana menyatakan kesenjangan yang ada sesuai dengan
definisi masalah tersebut. Perumusan masalah yang baik mencakup dua unsur sebagai
berikut:
a. Kesenjagan (gap) tersebut sedapat mungkin dinyatakan secara kuantitatif. Pernyataan
yang bersifat kualitatif hendaknya dikonversikan menjadi pernyataan kuantitatif.
b. Unsur kedua dalam perumusan masalah adalah pendekatan sistem. Dijelaskan hubungan
masalah tersebut dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhiya.
3. Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan dapat dan dilaksanakan dengan beberapa cara
kulitatif maupun kuantitatif subyektif atau obyektif berdasarkan data atau fakta serta
perhitungan untung rugi, kemudahan dan kemampuan untuk dapat diselesaikan, tersediannya
sumber daya yang dapat dipergunakan, berdasar situasi kondisi lingkungan sosial politik dan
budaya yang ada bahkan seseorang menetapkan prioritas berdasarkan instink atau perasaan
belaka. Selanjutnya akan dikemukakan penetapan prioritas secara kuantitatif.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu peroses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu, untuk menentukan urutan masalah
dari yang paling penting sampai dengan yang kurang penting. Metode yang dapat digunakan
dalam penentuan peringkat masalah kesehatan antara lain adalah metode Delbecq, metode
Hanlon, dan metode Delphy, metode USG, metode Pembobotan dan metode dengan rumus.
Langkah langkah dalam penentuan prioritas masalah kesehatan berdasarkan metode
Delphi, Delbecq, dan Hanlon pada dasarnya melalui :
a. Menetapkan kriteria
Kriteria adalah faktor faktor yang dapat membedakan masalah yang satu dengan
yang lain atau faktor faktor yang dapat membedakan besar kecilnya, penting atau
kurang pentinnya masalah.
b. Memberikan bobot masalah
Setelah kriteria ditetapkan, kelompok dapat membadingkan antara kriteria yang satu
dengan kriteria yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang nilai bobotnya
lebih tinggi.
c. Menentukan skoring setiap masalah
Goal (tujuan umum). Tujuan umum ini bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak,
dan tidak terpengaruh oleh perubahan situasi.
b.
c.
Tujuan program. Target populasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi dampak khusus
yang dapat diukur jika tujuan program tercapai.
d.
Tujuan pelayanan. Tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau spesialisasi jenis dan tingkat
pelayanan yang perlu dilaksanakan.
e.
Tujuan sumber. Tujuan disini memerlukan identifikasi masukan spesifik (input atau
sumber daya tertentu) untuk mencapai tujuan pelayanan.
f.
Tujuan implementasi. Tujuan disini menjelaskan produk spesifik yang ingin dicapai dan
juga dapat diukur.
Contoh pedoman untuk perumusan tujuan operasional kegiatan program yaitu untuk
meningkatkan cakupan pemeriksaan ANC (antenatal care) ibu-ibu hamil di seluruh wilayah
kerja Puskesmas pada akhir tahun 2012, perlu dirumuskan tujuan pelayanan: Meningkatnya
cakupan KI (kunjungan ibu hamil yang pertama) dari 80% menjadi 100% dan K4
(kunjungan ke-4) dari 60% menjadi 80%. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
ditempatkan minimal satu bidan desa di setiap desa. Setiap bidan di desa perlu disediakan
dua set perlengkapan (bidan kit) lengkap setiap tahunnya.
Pada umumnya tujuan dibagi menjadi dua, yakni:
a. Tujuan umum yaitu suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat dijabarkan ke dalam
tujuan-tujua khusus, dan umumnya masih abstrak.
b. Tujuan khusus yaitu tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum.
Contoh 1
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
Menurunkan IMR dari 100 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1980
menajdi 40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000.
Contoh 2
Tujuan Umum
Efektivitas.
Sejauh mana alternatif tersebut dapat menghasilkan output yang diharapkan
Relative cost.
Berapa besar biasanya bagi masing masing alternatif
Technical feasibility.
Secara teknis, apakah alternatif tersebut dapat dijalankan
Sumber daya..
Tersediakah sumber daya untuk melaksanakan alternatif tersebut.
Keuntungan keuntungan.
Kerugian kerugian.
Jelaskan pula kerugian kerugian yang mungkin timbul apabila alternatif tersebut
dilaksanakan.
masalahnya
h. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian
Pengawasan pengendalian dan penilaian dilaksanakan berkaitan dengan rencana
kegiatan dan indikator yang ditetapkan
i. Penutup
Bab terakhir dalam menyusun POA adalah bab penutup yang merupakan ringkasan
dari isi pokok perencanaan kegiatan yang dimaksud serta berisi harapan-harapan yang
diinginkan sesuai dengan maksud dari pada dibuatnya POA tersebut.
7. Pelaksanaan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai deilakukan, maka selanjutnya yang
perlu ditempuh adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi
yang terbentuk menjadi kenyataan. Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan dan atau
diaktuasikan.
Pekerjaan pelaksanaan dan aktuasi tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah,
karena dalam melaksakan suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja satu
sama lain saling berhubungan, tetapi juga bersifat komplek dan majemuk. Kesemua aktivitas
ini harus dipadukan sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan memuaskan.
Memadukan berbagai aktivitas yang seperti ini dan apalagi menugaskan semua orang
yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktivitas yang dimaksud, memerlukan
suatu keterampulan khusus, kita harus mampu mengkomunikasikan ide ataupun gagasan
yang ada kepada bawahan.
Kebijakan Pelaksanaan:
Pokok pokok kebijaksanaan yang ada atau yang akan dilakukan / garis besarnya
pelaksanaan.
Pengaturan peran serta masyarakat (dalam hal apa, bagaimana, siapa yang terlibat,
8. Monitoring
Untuk menerapkan pengawasan diperlukan standar (input, proses,
output, dan outcome) yang dituangkan dalam bentuk target atau
prosedur kerja. Standar input digunakan untuk menilai keberhasilan
persiapan dan pelaksanaan program. Jika terjadi kesenjangan harus
segera didentifikasi dan ditetapkan solusinya. Pimpinan harus melakukan
deteksi dini kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap standar,
mencegah,
mengendalikan
atau
mengurangi.
Fungsi
pengawasan
Objek Pengawasan
Yang dimaksud dengan objek pengawasan disini ialah hal-hal yang harus diawasi dari
b
a
b
telah ditetapkan
Pengawasan yang baik akan dapat memacu karyawan berprestasi dan berkreasi sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Seorang manajer, dalam melaksanakan dan mengembangkan fungsi pengawasan
menyengkut analisa yang kritis mengenai berbagai aspek pengembangan dan pelaksanaan
suatu program dan kegiatan kegiatan yang membentuk program itu, relevansinya,
rumusannya, efisiensinya dan efektivitasnya, biayanya dan penerimaannya oleh semua pihak
yang terlibat.
Dengan demikian meksud dan tujuan evaluasi dalam pembangunan kesehatan adalah
untuk memperbaiki program program kesehtan dan pelayanan kesehatan, dan untu
mengarahkan alokasi sumber daya, tenaga dan dana kepada program program dan
pelayanan kesehatan yang ada saat ini dan dimasa yang akan dating.
Evaluasi harus digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan
tindakan yang telah lewat atau sekedar mencari cari kekurangan saja. Adalah penting untuk
menganggap evaluasi sebagai suatu alat untuk pengambilan keputusan.
Hambatan yang sering dijumpai dalam melakukan evaluasi adalah adanya tantangan yang
apa dasarnya tidak dapat menerima evaluasi dan hasil hasilnya sebagai alat manajemen
yang sah. Mempertahankan diri sering menimbulkan penolakan, antara lain dengan
mengatakan bahwa evaluasi tidak cukup ilmiah atau mendiskreditkan hasil evaluasi dengan
mempertanyakan keabsahan kriteria evaluasi yang digunakan.
Referensi