meningkatkan
kapasitas
kita
untuk
menciptakan.
Organisasi
perlu
yang
mau
untuk
belajar,
organisasi
yang
mampu
mengatasi
ketidakmampuan belajar pada tujuannya memahami secara lebih jelas lagi ancaman
dan juga dalam mengenali peluang baru.
Dalam bab awal di buku ini, Peter M. Senge memaparkan bahwa ada 11 dasar
sistem berpikir dimana sebuah organiasi dapat menjadi sebuah organiasi pembelajar
yaitu :
1. Masalah Sekarang Berasal Dari Solusi Kemarin (Todays Problems Come
From Yesterdays Solutions)
Biasanya saat terdapat sebuah masalah, kita hanya berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang ada di depan mata kita, tidak sampai
memikirkan penyebab awalnya atau dampaknya dimasa depan atau bisa
disebut kita tidak berpikir panjang atas konsekuensi solusi yang kita buat.
Maka di masa depan akan timbul masalah yang baru akibat dari penilaian
dan penyelesain kita terhadap masalah tersebut yang hanya dari satu sisi
saja. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam berpikir
sistem setiap akan mengambil keputusan, kita sebaiknya bukan hanya fokus
pada penyelesaian masalah di saat sekarang saja tapi juga dampak dari
pengambilan keputusan tersebut di masa mendatang juga perlu diperhatikan
untuk mengantisipasi munculnya masalah baru.
2. Semakin Kuat Anda Mendorong, Semakin Kencang Sistem Mendesak Ke
Belakang (The Harder One Pushes, The Harder The Sistem Pushes Back)
Pada saat terjadi masalah, kita cenderung berusaha semaksimal mungkin
untuk menyelesaikannya, hal ini biasanya membuat kita menghabiskan
energi dan tidak dapat berpikir jernih lagi dalam mengambil keputusan pada
akhirnya. Maka dari itu diperlukan sistem yang baik seperti mencari
dorongan-dorongan yang tepat untuk membantu menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Perilaku Tumbuh Dengan Lebih Baik Sebelum Menjadi Jelek (Behavior
Grows Better Before It Grows Worse)
Ketika kita memberikan solusi terhadap sebuah masalah, biasanya yang
kita
pentingkan
adalah
bagaimana
masalah
saat
ini
bisa
segera
terselesaikan tanpa melihat efek jangka panjang dari solusi kita. Kita terlena
dengan selesainya masalah tersebut walau hanya dalam jangka pendek.
Padahal hal-hal seperti ini tidak menyelesaikan masalah mendasarnya dan
bahkan dapat menyebabkan situasi menjadi lebih buruk dalam jangka
panjang. Maka dari itu kita memerlukan tindakan-tindakan proaktif.
4. Jalan Keluar yang Mudah Biasanya Mengarah Pada Jalan Kembali (The
Easy Way Out Usually Leads Back In)
Masing-masing individu memiliki pengetahuannya masing-masing, ketika
pengambilan
keputusan
terhadap
solusi
sebuah
masalah
hanya
Oleh karena itu kita jangan memilih sebuah solusi hanya karena kita pernah
melakukannya sehingga terlihat lebih mudah, melainkan sebaiknya kita
menggunakan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
5. Obatnya Bisa Lebih Parah Dari Penyakit (The Cure May Be Worse Than The
Disease)
Ketika dalam pengambilan keputusan atau pemberian solusi terhadap
suatu masalah kita tidak memperhatikan dan mempertimbangkan baik buruk
serta efek jangka pendek dan jangka panjangnya, hal tersebut malah dapat
menimbulkan masalah yang lebih parah daripada masalah yang sudah ada
sebelumnya. Pemberian solusi yang salah akan makin memperparah sebuah
masalah. Oleh karena itu sebuah solusi perlu dipertimbangkan dengan
matang dan dilihat dari semua sisi.
6. Makin Cepat Berarti Makin Lambat (Faster Is Slower)
Ketergesa-gesaan dalam mengambil atau membuat sebuah solusi malah
akan memperlambat sistem tersebut berubah. Misalnya saja program STBM
yang memiliki 5 pilar utama, pelaksanaanya di daerah-daerah tidak bisa
sekaligus, karena masyarakat yang baru menerima hal tersebut akan kaget
dan malah menjadi bingung pilar mana yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Apalagi memaksakan terjadinya perubahan terhadap sikap secara cepat
adalah hal yang mustahil. Bisa jadi masyarakat yang bingung akan lebih
memilih untuk tidak melakukan program tersebut.
7. Penyebab dan Akibat Tidak Memiliki Hubungan yang Erat Dalam Dimensi
Waktu dan Ruang (Cause And Effect Are Not Closely Related In Time And
Space)
Biasanya kita memadankan sebab dan akibat sebagai sesuatu yang
muncul dalam waktu yang sama, sedangkan menurut Peter M. Senge kedua
hal tersebut tidak terjadi bersamaan, karena hakekatnya segala sesuatu
saling mempengaruhi. Jadi, tidak semua masalah hanya menimbulkan efek
pada daerah masalah tersebut saja tetapi juga bisa berdampak pada daerahdaerah lainnya. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan atau membuat
solusi, kita harus berpikir sistem yaitu melihat segala aspek yang ada dengan
menggali lebih dalam akar masalah tersebut.
8. Perubahan Kecil Akan Dapat Memberikan Hasil yang Besar, Tetapi Ruang
Lingkup Tingkatan Seringkali Membuat Kenyataan Menjadi Semakin Kabur
(Small Changes Can Product Big Results But The Areas Of Highest
Leverage Are Often The Least Obvious)
Penyelesaian masalah tidak dapat kita lakukan secara sekaligus atau
besar-besaran. Kita harus memperhatikan subsistem-subsistem yang ada
untuk bisa memperbaiki sistem secara keseluruhan. Sebuah tindakan kecil
bila dilakukan secara sistematik dan terkontrol ditempat yang tepat akan
memberikan keberhasilan pula.
9. Anda Dapat Memiliki Kue dan Memakannya, Tetapi Tidak Pada Saat yang
Bersamaan (You Can Have Your Cake and Eat It Too, But Not Once)
Memiliki dua keinginan dan ingin mencapainya dalam waktu bersamaan
adalah hal yang sulit. Diperlukan kemampuan berpikir sistem yang baik untuk
dapat mencapainya. Yaitu memerlukan proses dan tahp-tahap dalam usaha
kita untuk mendapatkannya.Perlu ditanamkan bahwa segala sesuatu secara
bertahap bisa didapatkan bila melewati proses.
10. Membelah Gajah Tidak Menghasilkan Dua Gajah Kecil (Dividing An Elephant
In Half Does Not Produce Two Small Elephants)
Dalam menyelesaikan masalah terkadang kita melakukan pembagian
masalah, padahal hal tersebut malah akan menimbulkan persoalan baru.
Melempar tanggung jawab satu sama lain adalah hal yang paling sering
terjadi dan membuat kita tidak dapat menemukan pengungkit yang tepat.
11. Tidak Menyalahkan (There Is No Blame)
Terkadang bila dalam organsisasi muncul masalah kita akan cenderung
menyalahkan pihak-pihak lain diluar diri kita sendiri. Padahal kita dan
penyebab masalah adalah bagian dari sistem itu sendiri. Dalam berpikir
sistem, sebuah organisasi harus melihat ke dalam dirinya sendiri karena
kemungkinan besar akar masalahnya ada pada diri sendiri. Kuncinya adalah
bagaimana menajga relasi atau hubungan kita dengan pihak lain agar tidak
timbul masalah
Selain itu dalam buku ini juga menjelaskan bahwa Peter M.Senge meyakini 5
komponen teknologi baru di bawah ini secara berkala merubah sebuah organisasi
menjadi organisasi belajar. Meskipun dikembangkan secara terpisah, masing-masing
untuk
Ini adalah asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar dan
gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana
kita mengambil tindakan. Kita sering tidak menyadari dampak dari asumsi seperti
pada perilaku kita dan, dengan demikian, bagian mendasar dari tugas kita
adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk mencerminkan tindakan.
Disiplin model mental dimulai dengan memutar cermin diri; belajar untuk
menggali gambar internal kita dari dunia, untuk membawa mereka ke permukaan
dan menahan mereka secara ketat untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk
kemampuan untuk melakukan learningful, di mana orang mengungkapkan
pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir terbuka terhadap
pengaruh orang lain.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja
dengan model mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar
keterampilan baru dan mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka untuk
menjadi perubahan institusional yang mendorong perubahan tersebut. Mental
model yang sudah berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat berasal
dari
sistem
pemikiran.Proses
bercermin,
sinambung
memperjelas,
dan
meningkatkan gambaran diri kita tentang dunia luar, dan melihat bagaimana
mereka membentuk keputusan dan tindakan kita
4. Membangun Visi Bersama
Membangun rasa komitmen dalam
mengembangkan gambaran bersama
suatu
kelompok,
dengan
akan
diciptakan, prinsip dan praktek yang menuntun cara kita mencapai tujuan masa
depan tersebut. Jika ada satu ide tentang kepemimpinan telah mengilhami
organisasi selama ribuan tahun, tentunya itu adalah tentang gambaran masa
depan yang dapat kita buat. Visi itu memiliki kekuatan untuk meningkatkan iman
dan untuk mendorong eksperimentasi dan inovasi. Senge berpendapat bahwa
itu juga dapat menumbuhkan kukuatan jangka panjang, yang merupakan dasar
dari disiplin kelima dalam bukunya. Praktek visi bersama melibatkan
keterampilan menggali bersama gambar masa depan bahwa komitmen adalah
motiv dasar manusia bukan hanya karena kepatuhan seseorang.
Disiplin
adalah
jalur
perkembangan
untuk
memperoleh
keterampilan tertentu atau kompetensi. Seperti setiap disiplin, dari bermain piano
hingga teknik elektro, beberapa orang memiliki hadiah, bawaan namun siapa
pun dapat mengembangkan kemampuan melalui praktek. Kelima disiplin/dimensi
organisasi belajar ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi
pada perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.
belajar. Dengan belajar tekun untuk dapat mengetahui secara baik apa yang dikenal
dengan nilai-nilai kemanusiaan. selain itu kita juga dapat merasakan kembali dunia dan
adanya hubungan diri sendiri dengan dunia, memperluas kemampuan untuk mencipta,
dan menjadi bagian dari proses pembangkitan kehidupan. Dalam diri setiap manusia
terdapat rasa keinginan kuat untuk belajar atau rasa keingintahuan terhadap sesuatu
hal. selain itu juga mengajak kita pembaca untuk berimajinasi melihat organisasi bukan
hanya sekedar benda mati atau pengakuan terhadap struktur yang ada di dalamnya,
melainkan melihatnya seperti organisme yang hidup, terdapat sistem yang dinamis di
dalamnya. Karena ketika menggambarkan organisasi hanya sebagai sebuah benda
mati, maka tidak akan ada upaya untuk meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut
Di dalam buku ini juga dikatakan,melalui belajar dapat membangun kembali diri sendiri.
Melalui belajar akan mampu melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.
Selain itu dikatakan juga bahwa pembelajaran terjadi apabila individu secara
teratur diberi ruang untuk menemukan dan mengkreasikan realitas yang dihadapi atau
dipelajarinya. Dengan demikian individu dalam setiap tahapan menjadi manusia yang
baru, bisa melakukan, memahami atau menghayati sesuatu yang sebelumya belum
dialaminya, bisa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap realita yang dihadapinya,
dan menjadi bagian dari terbentuknya generasi yang punya paradigama baru.
Dalam buku ini juga dituliskan bahwa konsep pembelajaran dalam penelitian ini
adalah konsep yang menyatakan bahwa pembelajaran itu terjadi apabila seseorang :
1. dapat mendeteksi adanya kesenjangan dari apa yang diharapkan dengan
kenyataan yang ada.
2. dapat memahami kenapa kesenjangan itu terjadi, dan
3. dapat mengatasi agar kesenjangan itu tidak terjadi lagi pada waktu yang akan
datang
Dan buku ini dituliskan oleh Peter M. Senge berdasarkan pengalaman dan hasil
risetnya sendiri. Maka dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai bagaimana
organisasi-organisasi dunia berproses
KEKURANGAN
kekurangan buku ini ada bahasa yang digunakan cukup rumit atau bahasa yang
tingkat tinggi sehingga harus di perlukan pemahaman yang mendalam untuk
memahami dan mengerti maksud dari buku ini seperti contohnya penganalogian teori
dengan menggunakan contoh kasus menjadi salah satu alasan yang menuntut benarbenar menghayati atau penghayatan yang lebih dalam membaca buku ini.