Anda di halaman 1dari 12

Tugas individu mid semester

ANDI REZKIAWATI ANMA


K11114507
KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM
RESUME THE FIFTH DICIPLINE BY PETER M. SENGE
THE FIFTH DICIPLINE
Latar belakang seorang Peter M. Senge membuat buku ini adalah karena
menurutnya sebuah organisasi bukanlah hanya benda atau entitas mati. Melainkan
menurutnya organisasi adalah layaknya sebagai organisme yang hidup, tumbuh dan
berkembang. Seorang anak kecil akan bertumbuh menjadi dewasa, maka ia perlu
belajar untuk mampu bersaing dikemudian hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Demikian juga organisasi, ia bisa bertumbuh dan belajar dalam perjalanannya. Selain
itu di dalam organisme terdapat banyak organ dengan tugasnya masing-masing,
dimana ketika ada organ yang mengalami gangguan, maka seluruh bagian lain dari
organisme tersebut turut merasakan dampaknya.
Menurut Peter Senge (1990) organisasi pembelajar adalah organisasi dimana
orang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang
benar-benar mereka inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh,
dimana aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat
bersama-sama secara menyeluruh. Alasan dasar untuk organisasi tersebut adalah
bahwa dalam situasi perubahan yang cepat hanya mereka yang fleksibel, adaptif dan
produktif yang dapat bertahan. Agar hal ini terjadi, ia berpendapat bahwa organisasi
perlu menemukan bagaimana memanfaatkan komitmen orang dan kapasitas untuk
belajar pada semua tingkat (Senge, 1990).
Sementara semua orang memiliki kapasitas untuk belajar, struktur di mana
mereka harus berfungsi sering tidak kondusif untuk berefleksikan dan melibatkan
mereka. Selanjutnya, orang mungkin tidak memiliki alat dan ide-ide pembimbing untuk
memahami situasi yang mereka hadapi. Organisasi yang terus-menerus memperluas

kapasitas mereka untuk menciptakan masa depan mereka memerlukan perubahan


pemikiran secara mendasar di kalangan anggotanya. Orang-orang berbicara tentang
menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Ini menjadi
sangat jelas bahwa, bagi banyak orang, pengalaman mereka sebagai bagian dari tim
benar-benar hebat menonjol sebagai periode terbaik dari hidup yang dijalani. Beberapa
menghabiskan sisa hidup mereka mencari cara untuk memperoleh kembali semangat
itu.
Jadi, untuk sebuah organisasi pembelajar tidak cukup untuk bertahan hidup saja.
Belajar bertahan atau biasa juga disebut belajar menyesuaikan diri adalah penting dan
memang perlu. Tapi bagi organisasi pembelajar, bukan hanya belajar menyesuaikan diri
atau bertahan hidup, namun perlu digabungkan dengan belajar generatif, yaitu belajar
yang

meningkatkan

kapasitas

kita

untuk

menciptakan.

Organisasi

perlu

mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk terus menciptakan produk-produk dan


mendapatkan kepercayaan baik dari internalnya maupun dari pasar. Organisasi yang
akan terus bertahan (survive) di abad 21 ini adalah organisasi pembelajar, yakni
organisasi

yang

mau

untuk

belajar,

organisasi

yang

mampu

mengatasi

ketidakmampuan belajar pada tujuannya memahami secara lebih jelas lagi ancaman
dan juga dalam mengenali peluang baru.
Dalam bab awal di buku ini, Peter M. Senge memaparkan bahwa ada 11 dasar
sistem berpikir dimana sebuah organiasi dapat menjadi sebuah organiasi pembelajar
yaitu :
1. Masalah Sekarang Berasal Dari Solusi Kemarin (Todays Problems Come
From Yesterdays Solutions)
Biasanya saat terdapat sebuah masalah, kita hanya berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang ada di depan mata kita, tidak sampai
memikirkan penyebab awalnya atau dampaknya dimasa depan atau bisa
disebut kita tidak berpikir panjang atas konsekuensi solusi yang kita buat.
Maka di masa depan akan timbul masalah yang baru akibat dari penilaian
dan penyelesain kita terhadap masalah tersebut yang hanya dari satu sisi
saja. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam berpikir
sistem setiap akan mengambil keputusan, kita sebaiknya bukan hanya fokus

pada penyelesaian masalah di saat sekarang saja tapi juga dampak dari
pengambilan keputusan tersebut di masa mendatang juga perlu diperhatikan
untuk mengantisipasi munculnya masalah baru.
2. Semakin Kuat Anda Mendorong, Semakin Kencang Sistem Mendesak Ke
Belakang (The Harder One Pushes, The Harder The Sistem Pushes Back)
Pada saat terjadi masalah, kita cenderung berusaha semaksimal mungkin
untuk menyelesaikannya, hal ini biasanya membuat kita menghabiskan
energi dan tidak dapat berpikir jernih lagi dalam mengambil keputusan pada
akhirnya. Maka dari itu diperlukan sistem yang baik seperti mencari
dorongan-dorongan yang tepat untuk membantu menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Perilaku Tumbuh Dengan Lebih Baik Sebelum Menjadi Jelek (Behavior
Grows Better Before It Grows Worse)
Ketika kita memberikan solusi terhadap sebuah masalah, biasanya yang
kita

pentingkan

adalah

bagaimana

masalah

saat

ini

bisa

segera

terselesaikan tanpa melihat efek jangka panjang dari solusi kita. Kita terlena
dengan selesainya masalah tersebut walau hanya dalam jangka pendek.
Padahal hal-hal seperti ini tidak menyelesaikan masalah mendasarnya dan
bahkan dapat menyebabkan situasi menjadi lebih buruk dalam jangka
panjang. Maka dari itu kita memerlukan tindakan-tindakan proaktif.
4. Jalan Keluar yang Mudah Biasanya Mengarah Pada Jalan Kembali (The
Easy Way Out Usually Leads Back In)
Masing-masing individu memiliki pengetahuannya masing-masing, ketika
pengambilan

keputusan

terhadap

solusi

sebuah

masalah

hanya

mengandalkan apa yang ia ketahui atau biasa dilakukannya maka akan


timbul rasa nyaman dengan metodenya tersebut. Menurutnya metode itu
adalah cara yang paling baik, padahal metode atau solusi tersebut mungkin
sudah tidak sesuai lagi kompleksitasnya dengan masalah yang ada sekarang
ini. Tidak semua yang kita anggap baik adalah benar-benar baik, apalagi
dalam hal hajad hidup orang banyak. Mengandalkan solusi yang biasa
digunakan saat masalah berlangsung akan menimbulkan pemikiran non
sistemik. Organisasi yang berpikir sistem akan berusaha mencari cara-cara
lain yang lebih efektif diluarnya yang memiliki daya dorong yang lebih besar.

Oleh karena itu kita jangan memilih sebuah solusi hanya karena kita pernah
melakukannya sehingga terlihat lebih mudah, melainkan sebaiknya kita
menggunakan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
5. Obatnya Bisa Lebih Parah Dari Penyakit (The Cure May Be Worse Than The
Disease)
Ketika dalam pengambilan keputusan atau pemberian solusi terhadap
suatu masalah kita tidak memperhatikan dan mempertimbangkan baik buruk
serta efek jangka pendek dan jangka panjangnya, hal tersebut malah dapat
menimbulkan masalah yang lebih parah daripada masalah yang sudah ada
sebelumnya. Pemberian solusi yang salah akan makin memperparah sebuah
masalah. Oleh karena itu sebuah solusi perlu dipertimbangkan dengan
matang dan dilihat dari semua sisi.
6. Makin Cepat Berarti Makin Lambat (Faster Is Slower)
Ketergesa-gesaan dalam mengambil atau membuat sebuah solusi malah
akan memperlambat sistem tersebut berubah. Misalnya saja program STBM
yang memiliki 5 pilar utama, pelaksanaanya di daerah-daerah tidak bisa
sekaligus, karena masyarakat yang baru menerima hal tersebut akan kaget
dan malah menjadi bingung pilar mana yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Apalagi memaksakan terjadinya perubahan terhadap sikap secara cepat
adalah hal yang mustahil. Bisa jadi masyarakat yang bingung akan lebih
memilih untuk tidak melakukan program tersebut.
7. Penyebab dan Akibat Tidak Memiliki Hubungan yang Erat Dalam Dimensi
Waktu dan Ruang (Cause And Effect Are Not Closely Related In Time And
Space)
Biasanya kita memadankan sebab dan akibat sebagai sesuatu yang
muncul dalam waktu yang sama, sedangkan menurut Peter M. Senge kedua
hal tersebut tidak terjadi bersamaan, karena hakekatnya segala sesuatu
saling mempengaruhi. Jadi, tidak semua masalah hanya menimbulkan efek
pada daerah masalah tersebut saja tetapi juga bisa berdampak pada daerahdaerah lainnya. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan atau membuat
solusi, kita harus berpikir sistem yaitu melihat segala aspek yang ada dengan
menggali lebih dalam akar masalah tersebut.

8. Perubahan Kecil Akan Dapat Memberikan Hasil yang Besar, Tetapi Ruang
Lingkup Tingkatan Seringkali Membuat Kenyataan Menjadi Semakin Kabur
(Small Changes Can Product Big Results But The Areas Of Highest
Leverage Are Often The Least Obvious)
Penyelesaian masalah tidak dapat kita lakukan secara sekaligus atau
besar-besaran. Kita harus memperhatikan subsistem-subsistem yang ada
untuk bisa memperbaiki sistem secara keseluruhan. Sebuah tindakan kecil
bila dilakukan secara sistematik dan terkontrol ditempat yang tepat akan
memberikan keberhasilan pula.
9. Anda Dapat Memiliki Kue dan Memakannya, Tetapi Tidak Pada Saat yang
Bersamaan (You Can Have Your Cake and Eat It Too, But Not Once)
Memiliki dua keinginan dan ingin mencapainya dalam waktu bersamaan
adalah hal yang sulit. Diperlukan kemampuan berpikir sistem yang baik untuk
dapat mencapainya. Yaitu memerlukan proses dan tahp-tahap dalam usaha
kita untuk mendapatkannya.Perlu ditanamkan bahwa segala sesuatu secara
bertahap bisa didapatkan bila melewati proses.
10. Membelah Gajah Tidak Menghasilkan Dua Gajah Kecil (Dividing An Elephant
In Half Does Not Produce Two Small Elephants)
Dalam menyelesaikan masalah terkadang kita melakukan pembagian
masalah, padahal hal tersebut malah akan menimbulkan persoalan baru.
Melempar tanggung jawab satu sama lain adalah hal yang paling sering
terjadi dan membuat kita tidak dapat menemukan pengungkit yang tepat.
11. Tidak Menyalahkan (There Is No Blame)
Terkadang bila dalam organsisasi muncul masalah kita akan cenderung
menyalahkan pihak-pihak lain diluar diri kita sendiri. Padahal kita dan
penyebab masalah adalah bagian dari sistem itu sendiri. Dalam berpikir
sistem, sebuah organisasi harus melihat ke dalam dirinya sendiri karena
kemungkinan besar akar masalahnya ada pada diri sendiri. Kuncinya adalah
bagaimana menajga relasi atau hubungan kita dengan pihak lain agar tidak
timbul masalah
Selain itu dalam buku ini juga menjelaskan bahwa Peter M.Senge meyakini 5
komponen teknologi baru di bawah ini secara berkala merubah sebuah organisasi
menjadi organisasi belajar. Meskipun dikembangkan secara terpisah, masing-masing

akan membuktikan keberhasilan orang lain. Masing-masing memberikan sebuah


dimensi dalam membangun sebuah organisasi yang benar-benar dapat belajar, dan
secara terus-menerus dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan citacita tertinggi mereka. Berikut ini 5 komponen/disiplin yang memang penting dan dapat
meningkatkan kapasitas anggota organisasi untuk menyadari aspirasi tertinggi mereka
dalam organisasi.
1. Sistem Berpikir
Cara pandang, cara berbahasa untuk menggambarkan dan memahami
kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem.Suatu
pandangan cemerlang Peter Senge adalah cara dimana ia menempatkan teori
sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth
Discipline) dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan
orang lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara
teori dan praktek. Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi
keseluruhan, dan untuk memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang
menyediakan, baik insentif dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu.
Peter Senge berpendapat bahwa salah satu masalah utama yang banyak yang
ditulis, dan dilakukan atas nama manajemen, adalah bahwa kerangka kerja yang
agak sederhana diterapkan untuk sebuah sistem yang kompleks. Orang
cenderung untuk berfokus pada bagian parsial daripada melihat keseluruhan,
dan gagal untuk melihat organisasi sebagai proses dinamis. Dengan demikian
argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak
mengarah pada tindakan yang lebih tepat.
Peter Senge mendukung penggunaan sistem peta diagram yang
menunjukkan elemen kunci dari sistem dan bagaimana mereka terhubung.
Orang perlu melihat masalah sistem, dan dibutuhkan kerja untuk memperoleh
blok bangunan dasar dari teori sistem, dan menerapkannya pada organisasi. Di
sisi lain, kegagalan untuk memahami dinamika sistem dapat membawa
organisasi ke dalam siklus menyalahkan dan membela diri: musuh selalu ada di
luar sana, dan masalah selalu disebabkan oleh orang lain.
2. Penguasaan PribadI

Penguasaan mungkin menyarankan perolehan dominasi atas orang atau


benda. Tapi juga bisa berarti penguasaan tingkat kemahiran khusus. Seorang
empu tidak mendominasi tembikar atau menenun. Orang dengan penguasaan
pribadi tingkat tinggi yang secara konsisten mampu mewujudkan hasil yang
paling penting untuk mereka-pada dasarnya, mereka hidup sebagai seorang
seniman yang akan mendekati sebuah karya seni. Mereka melakukan itu dengan
berkomitmen pada pembelajaran seumur hidup mereka. Penguasaan pribadi
adalah disiplin yang secara terus-menerus memperjelas dan memperdalam visi
pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat
realitas secara obyektif. Dengan demikian, ini merupakan landasan penting dari
pondasi organisasi-organisasi belajar dalam pembelajaran spiritual. Komitmen
organisasi untuk dan kapasitas untuk belajar tidak akan lebih besar dari
anggotanya. Akar dari disiplin ini terlatak pada kedua tradisi spiritual Timur dan
Barat, dan dalam tradisi sekuler juga.
Tapi secara mengejutkan beberapa organisasi mendorong pertumbuhan
rakyat mereka dengan cara ini. Hal ini menghasilkan sumber daya besar yang
belum dimanfaatkan : Orang-orang memasuki bisnis sebagai orang yang
cemerlang, terdidik, dan orang bernergi tinggi dan berkeinginan untuk membuat
sebuah perubahan, , kata Hanover OBrien. Pada saat mereka berusiah 30,
beberapa berada di jalur cepat dan sisanya melepaskan waktu mereka untuk
melakukan apa yang penting bagi mereka pada akhir pekan. Mereka kehilangan
komitmen, rasa misi, dan kegembiraan dengan karir yang mereka mulai.
Dan yang mengejutkan beberapa orang dewasa bekerja

untuk

mengembangkan penguasaan pribadi mereka sendiri. Ketika Anda meminta


kebanyakan orang dewasa apa yang mereka inginkan dari dari hidup mereka,
mereka sering berbicara pertama tentang apa yang mereka ingin singkirkan:
Saya ingin ibu mertua untuk pindah, kata mereka, atau Saya ingin masalah
punggung saya untuk cepat sembuh. Disiplin penguasaan pribadi, sebaliknya,
dimulai dengan menjelaskan hal-hal yang terlalu penting bagi kita, menjalani
kehidupan kita dalam pelayanan aspirasi tertinggi kita.
3. Model Mental

Ini adalah asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar dan
gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana
kita mengambil tindakan. Kita sering tidak menyadari dampak dari asumsi seperti
pada perilaku kita dan, dengan demikian, bagian mendasar dari tugas kita
adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk mencerminkan tindakan.
Disiplin model mental dimulai dengan memutar cermin diri; belajar untuk
menggali gambar internal kita dari dunia, untuk membawa mereka ke permukaan
dan menahan mereka secara ketat untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk
kemampuan untuk melakukan learningful, di mana orang mengungkapkan
pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir terbuka terhadap
pengaruh orang lain.
Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja
dengan model mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar
keterampilan baru dan mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka untuk
menjadi perubahan institusional yang mendorong perubahan tersebut. Mental
model yang sudah berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat berasal
dari

sistem

pemikiran.Proses

bercermin,

sinambung

memperjelas,

dan

meningkatkan gambaran diri kita tentang dunia luar, dan melihat bagaimana
mereka membentuk keputusan dan tindakan kita
4. Membangun Visi Bersama
Membangun rasa komitmen dalam
mengembangkan gambaran bersama

suatu

kelompok,

dengan

tentang masa depan yang

akan

diciptakan, prinsip dan praktek yang menuntun cara kita mencapai tujuan masa
depan tersebut. Jika ada satu ide tentang kepemimpinan telah mengilhami
organisasi selama ribuan tahun, tentunya itu adalah tentang gambaran masa
depan yang dapat kita buat. Visi itu memiliki kekuatan untuk meningkatkan iman
dan untuk mendorong eksperimentasi dan inovasi. Senge berpendapat bahwa
itu juga dapat menumbuhkan kukuatan jangka panjang, yang merupakan dasar
dari disiplin kelima dalam bukunya. Praktek visi bersama melibatkan
keterampilan menggali bersama gambar masa depan bahwa komitmen adalah
motiv dasar manusia bukan hanya karena kepatuhan seseorang.

Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada peningkatan kejelasan,


antusiasme dan komitmen yang menular pada orang lain dalam organisasi.
Sebagaimana orang berbicara, visi tumbuh lebih jelas. Karena mendapat lebih
jelas, antusiasme untuk manfaatnya tumbuh. Ada batas-batas pertumbuhan
dalam hal ini, tetapi mengembangkan jenis-jenis model mental yang diuraikan di
atas dapat secara signifikan memperbaiki masalah. Dimana organisasi dapat
melampaui cara pikir linier dan memahami sistem pemikiran yang luas maka ada
kemungkinan membawa visi ke sebuah hasil.
5. Team learning (pembelajaran tim)
Pembelajaran dapat dianggap sebagai proses menyelaraskan dan
mengembangkan kapasitas tim untuk menciptakan hasil yang anggotanya
sungguh-sungguh menginginkannya. Ini didasarkan pada penguasaan pribadi
dan visi bersama tetapi ini tidak cukup. Orang harus mampu untuk bertindak
bersama-sama. Ketika tim belajar bersama, Peter Senge menunjukkan, tidak
hanya akan ada hasil yang baik bagi organisasi, anggota akan tumbuh lebih
cepat dari yang bisa saja terjadi sebaliknya.
Disiplin belajar tim dimulai dengan dialog, kapasitas anggota tim untuk
menangguhkan asumsi dan masuk ke dalam suatu kesatuan berpikir bersama.
Bagi orang Yunani dialog artinya logos yang berarti bebas-mengalir jika makna
melalui kelompok, yang memungkinkan kelompok untuk menemukan wawasan
dan tidak dicapai secara individual. Itu juga mencakup belajar bagaimana
mengenali pola-pola interaksi dalam tim yang melemahkan belajar. Senge
berpendapat, ada kemungkinan untuk menciptakan bahasa yang lebih cocok
untuk menangani kompleksitas, dan berfokus mendalam pada masalah struktural
bukannya dialihkan oleh pertanyaan dari gaya kepribadian dan kepemimpinan.
Memang sepertinya ada penekanan pada dialog dalam karyanya sehingga
hampir bisa diletakkan di samping sistem berpikir sebagai fitur sentral dari
pendekatannya.
Mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berpikir (thinking skills)
sehingga suatu kelompok dapat secara sah mengembangkan otak dan
kemampuan yang lebih besar dibandingkan ketika masing-masing anggota
kelompok bekerja sendiri. Disiplin dialog juga mencakup bagaimana belajar

mengenali pola-pola interaksi dalam tim yang melemahkan belajar. Pola-pola


defensif seringkali sudah berurat berakar dalam bagaimana tim beroperasi. Jika
belum diakui, mereka merusak belajar. Jika diakui dan kreatifitas muncul, mereka
benar-benar dapat mempercepat belajar. Pembelajaran tim sangat penting
karena tim, bukan individu, adalah unit dasar pembelajaran dalam organisasi
modern. Ini adalah dimana karet memenuhi jalan; kecuali apabila tim dapat
belajar, organisasi tidak dapat belajar.
Jika sebuah organisasi belajar adalah sebuah inovasi teknik, seperti
pesawat atau komputer pribadi, komponen akan disebut teknologi. Untuk
inovasi dalam perilaku manusia, komponen perlu dilihat sebagai disiplin ilmu.
Dengan disiplin, tidak berarti keteraturan ditegakkan atau berarti hukuman,
tapi badan teori dan teknik yang harus dipelajari dan dikuasai untuk
dipraktekkan.

Disiplin

adalah

jalur

perkembangan

untuk

memperoleh

keterampilan tertentu atau kompetensi. Seperti setiap disiplin, dari bermain piano
hingga teknik elektro, beberapa orang memiliki hadiah, bawaan namun siapa
pun dapat mengembangkan kemampuan melalui praktek. Kelima disiplin/dimensi
organisasi belajar ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk
meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi
pada perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU REVIEW BUKU THE FIFTH DISCIPLINE


BY. PETER M. SENGE
KELEBIHAN
Menurut pendapat saya buku The Fifth Discipline by Petet M.Senge sangat
baik untuk dibaca karena dalam buku ini mengajarkan kita bahwa belajar tidak hanya
sekedar memperoleh pengetahuan, akan tetapi perilaku akan berubah apabila anda

belajar. Dengan belajar tekun untuk dapat mengetahui secara baik apa yang dikenal
dengan nilai-nilai kemanusiaan. selain itu kita juga dapat merasakan kembali dunia dan
adanya hubungan diri sendiri dengan dunia, memperluas kemampuan untuk mencipta,
dan menjadi bagian dari proses pembangkitan kehidupan. Dalam diri setiap manusia
terdapat rasa keinginan kuat untuk belajar atau rasa keingintahuan terhadap sesuatu
hal. selain itu juga mengajak kita pembaca untuk berimajinasi melihat organisasi bukan
hanya sekedar benda mati atau pengakuan terhadap struktur yang ada di dalamnya,
melainkan melihatnya seperti organisme yang hidup, terdapat sistem yang dinamis di
dalamnya. Karena ketika menggambarkan organisasi hanya sebagai sebuah benda
mati, maka tidak akan ada upaya untuk meningkatkan kinerja dalam organisasi tersebut
Di dalam buku ini juga dikatakan,melalui belajar dapat membangun kembali diri sendiri.
Melalui belajar akan mampu melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.
Selain itu dikatakan juga bahwa pembelajaran terjadi apabila individu secara
teratur diberi ruang untuk menemukan dan mengkreasikan realitas yang dihadapi atau
dipelajarinya. Dengan demikian individu dalam setiap tahapan menjadi manusia yang
baru, bisa melakukan, memahami atau menghayati sesuatu yang sebelumya belum
dialaminya, bisa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap realita yang dihadapinya,
dan menjadi bagian dari terbentuknya generasi yang punya paradigama baru.
Dalam buku ini juga dituliskan bahwa konsep pembelajaran dalam penelitian ini
adalah konsep yang menyatakan bahwa pembelajaran itu terjadi apabila seseorang :
1. dapat mendeteksi adanya kesenjangan dari apa yang diharapkan dengan
kenyataan yang ada.
2. dapat memahami kenapa kesenjangan itu terjadi, dan
3. dapat mengatasi agar kesenjangan itu tidak terjadi lagi pada waktu yang akan
datang
Dan buku ini dituliskan oleh Peter M. Senge berdasarkan pengalaman dan hasil
risetnya sendiri. Maka dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai bagaimana
organisasi-organisasi dunia berproses

KEKURANGAN
kekurangan buku ini ada bahasa yang digunakan cukup rumit atau bahasa yang
tingkat tinggi sehingga harus di perlukan pemahaman yang mendalam untuk
memahami dan mengerti maksud dari buku ini seperti contohnya penganalogian teori
dengan menggunakan contoh kasus menjadi salah satu alasan yang menuntut benarbenar menghayati atau penghayatan yang lebih dalam membaca buku ini.

Anda mungkin juga menyukai