Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu MID Semester

Resume The Fifth Dicipline by Peter M. Senge


Thoeng, Fenni C.E
K 111 14 326
Kepemimpinan dan Berpikir Sistem Kesehatan Masyarakat B

THE FIFTH DICIPLINE


Latar belakang seorang Peter M. Senge membuat buku ini adalah karena
menurutnya sebuah organisasi bukanlah hanya benda atau entitas mati. Melainkan
menurutnya organisasi adalah layaknya sebagai organisme yang hidup, tumbuh dan
berkembang. Seorang anak kecil akan bertumbuh menjadi dewasa, maka ia perlu belajar
untuk mampu bersaing dikemudian hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Demikian juga organisasi, ia bisa bertumbuh dan belajar dalam perjalanannya. Selain itu
di dalam organisme terdapat banyak organ dengan tugasnya masing-masing, dimana
ketika ada organ yang mengalami gangguan, maka seluruh bagian lain dari organisme
tersebut turut merasakan dampaknya. Di dalam organisasi juga terdapat berbagai
bagian-bagian yang menjalankan tugasnya masing-masing. Apabila salah satu bagian
mengalami hambatan, keseluruhan aktivitas organisasi dapat turut terganggu. Maka
diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap bagian tersebut untuk memperbaiki
kinerjanya. Oleh karena itu organisasi sebagai sebuah sistem harus belajar bersama agar
setiap sub sistem di dalamnya dapat saling membangun dan menghidupkan organisasi
tersebut.
Menurut Peter M. Senge organisasi pembelajar adalah organisasi dimana
individu terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang
benar-benar mereka inginkan, dimana pola baru dan perluasan pemikiran dikembangkan
bersama dan belajar bersama untuk melihat segala sesuatu secara menyeluruh.
Untuknya, belajar yang nyata adalah sampai ke hakekat apa artinya kita menjadi
manusia. Kita menjadi mampu untuk menciptakan kembali diri kita sendiri. Hal ini juga
berlaku untuk baik individu maupun organisasi.
Jadi, untuk sebuah organisasi pembelajar tidak cukup untuk bertahan hidup saja.
Belajar bertahan atau biasa juga disebut belajar menyesuaikan diri adalah penting dan

memang perlu. Tapi bagi organisasi pembelajar, bukan hanya belajar menyesuaikan diri
atau bertahan hidup, namun perlu digabungkan dengan belajar generatif, yaitu belajar
yang

meningkatkan

kapasitas

kita

untuk

menciptakan.

Organisasi

perlu

mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk terus menciptakan produk-produk dan


mendapatkan kepercayaan baik dari internalnya maupun dari pasar. Organisasi yang
akan terus bertahan (survive) di abad 21 ini adalah organisasi pembelajar, yakni
organisasi yang mau untuk belajar, organisasi yang mampu mengatasi ketidakmampuan
belajar pada tujuannya memahami secara lebih jelas lagi ancaman dan juga dalam
mengenali peluang baru.
Dalam bab awal di buku ini, Peter M. Senge memaparkan bahwa ada 11 dasar
sistem berpikir dimana sebuah organiasi dapat menjadi sebuah organiasi pembelajar
yaitu :
1. Masalah Sekarang Berasal Dari Solusi Kemarin (Todays Problems
Come From Yesterdays Solutions)
Biasanya saat terdapat sebuah masalah, kita hanya berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang ada di depan mata kita, tidak sampai
memikirkan penyebab awalnya atau dampaknya dimasa depan atau bisa
disebut kita tidak berpikir panjang atas konsekuensi solusi yang kita
buat. Maka di masa depan akan timbul masalah yang baru akibat dari
penilaian dan penyelesain kita terhadap masalah tersebut yang hanya
dari satu sisi saja. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
dalam berpikir sistem setiap akan mengambil keputusan, kita sebaiknya
bukan hanya fokus pada penyelesaian masalah di saat sekarang saja tapi
juga dampak dari pengambilan keputusan tersebut di masa mendatang
juga perlu diperhatikan untuk mengantisipasi munculnya masalah baru.
2. Semakin Kuat Anda Mendorong, Semakin Kencang Sistem Mendesak
Ke Belakang (The Harder One Pushes, The Harder The Sistem Pushes
Back)
Pada saat terjadi masalah, kita cenderung berusaha semaksimal mungkin
untuk menyelesaikannya, hal ini biasanya membuat kita menghabiskan
energi dan tidak dapat berpikir jernih lagi dalam mengambil keputusan
pada akhirnya. Maka dari itu diperlukan sistem yang baik seperti

mencari dorongan-dorongan yang tepat untuk membantu menyelesaikan


masalah tersebut.
3. Perilaku Tumbuh Dengan Lebih Baik Sebelum Menjadi Jelek (Behavior
Grows Better Before It Grows Worse)
Ketika kita memberikan solusi terhadap sebuah masalah, biasanya yang
kita pentingkan adalah bagaimana masalah saat ini bisa segera
terselesaikan tanpa melihat efek jangka panjang dari solusi kita. Kita
terlena dengan selesainya masalah tersebut walau hanya dalam jangka
pendek. Padahal hal-hal seperti ini tidak menyelesaikan masalah
mendasarnya dan bahkan dapat menyebabkan situasi menjadi lebih
buruk dalam jangka panjang. Maka dari itu kita memerlukan tindakantindakan proaktif.
4. Jalan Keluar yang Mudah Biasanya Mengarah Pada Jalan Kembali (The
Easy Way Out Usually Leads Back In)
Masing-masing individu memiliki pengetahuannya masing-masing,
ketika pengambilan keputusan terhadap solusi sebuah masalah hanya
mengandalkan apa yang ia ketahui atau biasa dilakukannya maka akan
timbul rasa nyaman dengan metodenya tersebut. Menurutnya metode itu
adalah cara yang paling baik, padahal metode atau solusi tersebut
mungkin sudah tidak sesuai lagi kompleksitasnya dengan masalah yang
ada sekarang ini. Tidak semua yang kita anggap baik adalah benar-benar
baik, apalagi dalam hal hajad hidup orang banyak. Mengandalkan solusi
yang biasa digunakan saat masalah berlangsung akan menimbulkan
pemikiran non sistemik. Organisasi yang berpikir sistem akan berusaha
mencari cara-cara lain yang lebih efektif diluarnya yang memiliki daya
dorong yang lebih besar. Oleh karena itu kita jangan memilih sebuah
solusi hanya karena kita pernah melakukannya sehingga terlihat lebih
mudah, melainkan sebaiknya kita menggunakan solusi yang sesuai
dengan permasalahan yang ada.

5. Obatnya Bisa Lebih Parah Dari Penyakit (The Cure May Be Worse Than
The Disease)

Ketika dalam pengambilan keputusan atau pemberian solusi terhadap


suatu masalah kita tidak memperhatikan dan mempertimbangkan baik
buruk serta efek jangka pendek dan jangka panjangnya, hal tersebut
malah dapat menimbulkan masalah yang lebih parah daripada masalah
yang sudah ada sebelumnya. Pemberian solusi yang salah akan makin
memperparah sebuah masalah. Oleh karena itu sebuah solusi perlu
dipertimbangkan dengan matang dan dilihat dari semua sisi.

6.

Makin Cepat Berarti Makin Lambat (Faster Is Slower)


Ketergesa-gesaan dalam mengambil atau membuat sebuah solusi malah
akan memperlambat sistem tersebut berubah. Misalnya saja program
STBM yang memiliki 5 pilar utama, pelaksanaanya di daerah-daerah
tidak bisa sekaligus, karena masyarakat yang baru menerima hal tersebut
akan kaget dan malah menjadi bingung pilar mana yang harus dilakukan
terlebih dahulu. Apalagi memaksakan terjadinya perubahan terhadap
sikap secara cepat adalah hal yang mustahil. Bisa jadi masyarakat yang
bingung akan lebih memilih untuk tidak melakukan program tersebut.

7. Penyebab dan Akibat Tidak Memiliki Hubungan yang Erat Dalam


Dimensi Waktu dan Ruang (Cause And Effect Are Not Closely Related
In Time And Space)
Biasanya kita memadankan sebab dan akibat sebagai sesuatu yang
muncul dalam waktu yang sama, sedangkan menurut Peter M. Senge
kedua hal tersebut tidak terjadi bersamaan, karena hakekatnya segala
sesuatu saling mempengaruhi. Jadi, tidak semua masalah hanya
menimbulkan efek pada daerah masalah tersebut saja tetapi juga bisa
berdampak pada daerah-daerah lainnya. Oleh karena itu dalam
mengambil keputusan atau membuat solusi, kita harus berpikir sistem
yaitu melihat segala aspek yang ada dengan menggali lebih dalam akar
masalah tersebut.

8.

Perubahan Kecil Akan Dapat Memberikan Hasil yang Besar, Tetapi


Ruang Lingkup Tingkatan Seringkali Membuat Kenyataan Menjadi

Semakin Kabur (Small Changes Can Product Big Results But The Areas
Of Highest Leverage Are Often The Least Obvious)
Penyelesaian masalah tidak dapat kita lakukan secara sekaligus atau
besar-besaran. Kita harus memperhatikan subsistem-subsistem yang ada
untuk bisa memperbaiki sistem secara keseluruhan. Sebuah tindakan
kecil bila dilakukan secara sistematik dan terkontrol ditempat yang tepat
akan memberikan keberhasilan pula.
9. Anda Dapat Memiliki Kue dan Memakannya, Tetapi Tidak Pada Saat
yang Bersamaan (You Can Have Your Cake and Eat It Too, But Not
Once)
Memiliki dua keinginan dan ingin mencapainya dalam waktu bersamaan
adalah hal yang sulit. Diperlukan kemampuan berpikir sistem yang baik
untuk dapat mencapainya. Yaitu memerlukan proses dan tahp-tahap
dalam usaha kita untuk mendapatkannya.Perlu ditanamkan bahwa segala
sesuatu secara bertahap bisa didapatkan bila melewati proses.
10. Membelah Gajah Tidak Menghasilkan Dua Gajah Kecil (Dividing An
Elephant In Half Does Not Produce Two Small Elephants)
Dalam menyelesaikan masalah terkadang kita melakukan pembagian
masalah, padahal hal tersebut malah akan menimbulkan persoalan baru.
Melempar tanggung jawab satu sama lain adalah hal yang paling sering
terjadi dan membuat kita tidak dapat menemukan pengungkit yang
tepat.

11. Tidak Menyalahkan (There Is No Blame)


Terkadang bila dalam organsisasi muncul masalah kita akan cenderung
menyalahkan pihak-pihak lain diluar diri kita sendiri. Padahal kita dan
penyebab masalah adalah bagian dari sistem itu sendiri. Dalam berpikir
sistem, sebuah organisasi harus melihat ke dalam dirinya sendiri karena
kemungkinan besar akar masalahnya ada pada diri sendiri. Kuncinya
adalah bagaimana menajga relasi atau hubungan kita dengan pihak lain
agar tidak timbul masalah

Selain itu dalam buku ini Peter M. Sengen menjelaskan adanya 5 komponen inti
yang secara terpisah namun sama-sama membangun organisasi pembelajar, dimana
masing-masing memiliki dimensi dalam sebuah organisasi untuk belajar dan
meningkatkan kinerjanya dalam proses untuk mencapai tujuannya. Kelima komponen
tersebut adalah :
1. Penguasaan Pribadi
Dalam konotasi negatif dapat kita definisikan penguasaan sebagai bentuk
dominasi sesuatu kepada sesuatu yang lainnya. Namun berdasarkan
definisi dalam KBBI, dapat disimpulkan bahwa penguasaan adalah
pemahaman terhadap sesuatu dan mampu mengungkapkannya kembali.
Dalam hal ini penguasaan pribadi yang dimaksudkan adalah bagaimana
komitmen organisasi untuk belajar tidak akan lebih besar dari
anggotanya.

Penguasaan

diri

berhubungan

dengan

memfokuskan energi kita, memperdalam visi pribadi,

hal

upaya

meningkatkan

kesabaran dan melihat ealitas secara objektif. Dengan kata lain


penguasaan diri yang baik dapat mempengaruhi perkembangan
organisasi menuju kearah yang lebih baik pula. Hubungan timbal balik
antara pembelajaran pribadi dan pembelajaran organisasi.
2. Model Mental
Model mental adalah asumsi yang dipegang oleh individu dan organisasi
yang dapat menentukan bagaimana suatu organisasi berpikir dan
bertindak, sehingga model mental juga dapat menjadi penghalang bagi
organisasi belajar. Secara singkat dapat kita simpulkan bahwa model
mental adalah asumsi bagaimana kita menggambarkan tampilan
seseorang atau organisasi yang kemudian mempengaruhi kita dalam
memandang mereka dan membuat sebuah keputusan. Kebanyakan dari
kita tidak menyadari bahwa perilaku kita menjadi terpengaruh sebagai
efek dari model mental. Sebuah organisasi mengembangkan dirinya
ketika ia mampu menyadari betapa hebatnya pengaruh dari model mental
organisasinya. Hal ini tergantung pada pembelajaran institusional yaitu
bukan hanya tim manajemen yang berupaya mengubah model mentalnya

namun berusaha bersama dengan organisasinya, pasar sekitarnya dan


pesaing-pesaingnya.
3. Visi Bersama
Setiap organisasi tentunya memiliki visi, namun apakah keseluruhan isi
visi tersebut telah benar-benar menjadi visi bersama? Visi yang sejati
adalah ketika setiap subsistem dalam organisasi berusaha melakukan
yang terbaik dan menjadi unggul bukan karena diharuskan melainkan
karena mereka memang menginginkannya. Visi bersama tersebut dapat
meningkatkan iman, mendorong eksperimentasi dan motivasi, serta dapat
menumbuhkan kekuatan jangka panjang. Praktek visi bersama
melibatkan keterampilan menggali bersama gambaran masa depan
bahwa komitmen adalah motif dasar manusia bukan hanya karena
kepatuhan kepada seseorang. Namun yang banyak terjadi di lapangan
adalah hal-hal tidak disiplin misalnya seperti seorang pemimpin tidak
mampu menerjemahkan visi pribadinya ke dalam visi bersama dalam
perjalanan mengembangkan organisasi yang dipimpinnya. Hal tersebut
menghambat kinerja organisasi karena mengharuskan individu bekerja
menurut keinginan satu orang saja. Tetapi ketika diberi pilihan,
kebanyakan individu akan berupaya melakukan tugas yang mulia setiap
saat. Jika organisasi mampu mengembangkan jenis-jenis model mental
dan dapat melampaui cara berpikir linier serta memahami berpikir
sistem, maka ada kemungkinan membawa visi ke sebuah hasil.
4. Pembelajaran Tim
Sebuah organisasi terdiri atas adanya banyak individu-individu dengan
pemikiran, ide, metode dan pengetahuannya masing-masing. Cara yang
paling efektif untuk memulai pembelajaran tim terhadap orang-orang
yang berbeda-beda ini adalah dialog. Dalam dialog, mereka masuk ke
dalam pemikiran bersama, bukan lagi pemikiran individunya dan
membuka wawasan bersama karena adanya penyebarluasan informasi.
Sayangnya dalam praktek sekarang ini budaya dialog terkesampingkan
atau biasanya hanya diiisi dengan kegiatan diskusi. Padahal dialog dan
diskusi adalah hal yang berbeda karena diskusi bersifat lebih umum.

Dalam dialog ini juga tercakup semua orang yang terlibat dapat belajar
mengenali pola-pola interaksi dalam tim yang bisa melemahkan atau
bahkan meningkatkan pembelajaran. Terkadang pola defensif akan
terlihat ketika mereka belum diakui dan merusak proses belajar itu.
Namun ketika tim sudah mampu mengenali pola interkasi yang ada maka
hal tersebut dapat mempercepat proses belajar.
5. Berpikir sistem
Ada beberapa alasan yang dipaparkan Peter M. Senge dalam bukunya
yang menyatakan pentingnya untuk berpikir sistem yaitu :
a. Karena menghadapi kompleksitas
b. Karena persaingan yang keras
c. Karena dapat mengubah cara berpikir yang mendasar
d. Dapat mendorong proses berlajar
e. Masalah tak dapat diselesaikan dengan cara berpikir yang
menciptakan masalah.
Berpikir sistem menurut Peter M. Senge, mengajarkan kepada kita untuk
memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada
urutan dan proses pengambilan keputusan yang digunakan untuk mencari
dan melihat pola keteraturan dengan cara melihat secara keseluruhan,
memeriksa keterkaitan satu sama lain untuk mengitegrasikan disiplin
ilmu lainnya menjadi berkesinambungan. Menurutnya banyak sistem
manajemen yang membuat kerangka kerja yang sederhana untuk sebuah
organisasi yang kompleks. Banyak orang cenderung melihat sebuah
masalah hanya pada satu sisi saja, sehingga sistem akan tidak mengarah
pada tindakan yang tepat.
Menurut saya terdapat kelebihan dan kekurangan tersendiri dari buku ini.
Kelebihannya menurut saya adalah buku ini mengajak kita pembaca untuk berimajinasi
melihat organisasi bukan hanya sekedar benda mati atau pengakuan terhadap struktur
yang ada di dalamnya, melainkan melihatnya seperti organisme yang hidup, terdapat
sistem yang dinamis di dalamnya. Karena ketika menggambarkan organisasi hanya
sebagai sebuah benda mati, maka tidak akan ada upaya untuk meningkatkan kinerja
dalam organisasi tersebut. Tujuan atau visi organisasi hanya akan menjadi sebuah

kewajiban yang harus dikerjakan oleh anggotanya tanpa memberikan inovasi-inovasi


baru seiring perkembangan pasar dan zaman.
Sebelas dasar organisasi pembelajar yang dijelaskan dalam buku ini mengajak
kita sebagai subsistem dalam organisasi untuk semakin mengenali dan memikirkan
organisasi kita secara mendalam atau keseluruhan. Membayangkan diri sendiri sebagai
organisasi yang bila organ atau subsistemnya terganggu salah satunya akan
menimbulkan efek bagi seluruh organisasi. Dengan adanya Disiplin Kelima ini
membuat kita menjadi lebih mungkin dalam mengatasi ketidakmampuan belajar dan
berinteraksi sehingga di kemudian hari kita dapat lebih optimal dan bersemangat
sebagai bagian dari organisasi itu sendiri.
Kesebelas dasar berpikir sistem ini juga menunjukkan bahwa semua solusi
memiliki konsekuensi, kadang buruk dan tak terduga. Sistem yang ada diseiktar kita
adalah apa yang ada pada diri kita dan seharusnya kita tidak menyalahkan tetapi belajar
dari mereka. Kita harus memahami apa yang kita hadapi, baik manusia maupun
teknologi secara sadar belajar rangkaian hubungan sebab dan akibat dari sebuah sistem
secara keseluruhan dan sebagai bagian dari sistem.
Buku ini juga mempengaruhi kita sebagai pembaca secara psikologi bagaimana
kita bisa mengubah perilaku, kebiasaan atau model mental kita karena hal tersebut
mempengaruhi perkembangan individu dalam berpikir untuk sebuah sistem dalam
proses manajemen organisasi, lebih-lebih perkembangan organisasi itu sendiri. Pikiran
kita dialihkan pada sebuah tata cara berpikir yang lebih profesional, bukan sekedar
untuk menyelesaikan masalah yang ada pada saat ini, tetapi melihat segala aspek yang
berhubungan dengannya baik dimasa lalu atau dimasa depan dan akibat dari keputusan
yang kita ambil.
Argumen argumen yang disampaikan oleh Peter M. Senge dalam bukunya ini
juga sangat berwawasan dan revolusioner. Hal ini memungkinkan sebuah organisasi
untuk selalu siap tanggap terhadap berbagai dinamika yang ada dilingkungan sekitarnya
dan mencegah penggunaan metode manajemen trial and error yang cenderung
melambatkan perkembangan dalam organisasi, serta memungkinkan adanya penjabaran
visi-misi yang lebih luas, bukan lagi hanya menjadi visi individu tertentu melainkan
menjadi visi-misi bersama terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Dan buku ini dituliskan oleh Peter M. Senge berdasarkan pengalaman dan hasil
risetnya sendiri. Maka dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai bagaimana
organisasi-organisasi dunia berproses. Dengan demikian kita sebagai pembaca
mendapat pengetahuan yang lebih luas dan detail tentang organisasi. Buku ini sangat
cocok dibaca oleh orang-orang yang bergelut dan concern dalam bidang organisasi.
Namun juga terdapat beberapa kekurangan dari buku ini, seperti yang
diungkapkan Drucker (1995) bahwa tidak ada pengetahuan yang lebih tinggi atau
rendah yang harus dijadikan ujung tombak dalam organisasi. Dialog dalam tim
manajemen memang diperlukan, namun tidak mengesampingkan dibutuhkan seseorang
dengan keahlian yang sesuai dengan bidang organisasi tersebut. Karena hal tersebut
akan menghabiskan waktu atau tenaga organisasi.
Selain itu diperlukan pemahaman yang mendalam pada saat membaca buku ini.
Bahasa yang digunakan cukup rumit, termasuk penganalogian teori dengan
menggunakan contoh - contoh kasus yang menuntu pembaca untuk benar-benar
menghayati buku ini.
Namun, tidak menutup kemungkinan dalam perkembangan zaman ini ada di
antara kita yang mampu memberikan pembaharuan positif terhadap usaha-usaha
mengembangkan organisasi ke arah yang lebih baik. Apa yang kita baca dari buku ini
dapat menjadi acuan dan memicu berkembangnya berbagai ide-ide lainnya tentang cara
berpikir yang lebih efektif dalam proses manajemen suatu sistem.

Anda mungkin juga menyukai