KELOMPOK 1
KETUA : LIBREK LUARMASSE
SEKERTARIS : IKA SRI JUMATI
ANGGOTA :
RISMON USMAN
IRWAN RADIANSYAH
SUHAIBA
RAHMANSYAH RABUKUN
NIRMALA AMIR
YOKBET Y. GALANGGOGA
SUKMAWATI SYUAIB
FRANSINA DAMIANA
TITIN R. UTINA
NURHASAN USMAN
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Neurologi Hidrosfalus
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi
penyusunan. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami sangat mengaharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun serta sumbangan pikiran dari pembaca guna memperbaiki
kekurangan tersebut dan menjadi bahan masukan yang sangat berharga bagi kami demi
kesempurnaan dalam pembuatan tugas makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................................
ii
iii
A. Latar belakang........................................................................................................
a. Pengkajian .........................................................................................................
c. Intervensi ............................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. .. 10
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari cairan serebro spinalis (css) dalam
sistem ventrikel, yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel. Insidensi hidrosefalus
antara 0,2-4. Setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8. Pada
tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%. Disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada
perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas
perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari
4% akibat tumor fossa posterior.
B. Tujuan
Untuk mengetahuai asuhan keperawatan yang berkaitan dengan gangguan neurologi
utamanya hidrosefalus yang terjadi pada anak.
BAB 11 PEMBAHASAN
A. Landasan teori
a.
Pengertian
Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari cairan serebro spinalis (CSS)
dalam sistem ventrikel, yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel. (Donna L.
Wong, 2004 Hal: 572)
b.
Penyebab
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
a.
b.
c.
Sindrom Dandy-Walker
d.
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi
akibat organisasi dari darah itu sendiri
c.
d.
Patofisiologi
Kelainan kongenital
Hidrosefalus nonkomunikan
Neoplasma
infeksi
Hidrosefalus komunikans
1. Obstruksi
tempat
pembentukannya/penyerap
an LCS
2. Rangsangan produksi LCS
pendarahan
Fibrosisi
leptomeningens
terutama pada daerah basal
otak
Peningkatan TIK
Pembesaran relatif kepala
Tindakan pembedahan
Terpasang Shunt
Defisit neurologis
kejang
Resiko gangguan
integritas kulit
kematian
Resiko cedera
Kemampuan batuk
menurun
Tidak efektif bersihan
jalan napas
Koma
Penurunan kesadaran
inaktivitas
Papiledema
Kerusakan fungsi
motorik
nyeri
Gangguan
pemenuhan ADL
Asupan nutrisi
tidak adekuat
muntah
Asupan cairan
tidak adekuat
Defisit volume
cairan tubuh
e. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-gejala yang
menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari
hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1.
2.
f. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien dengan hidrosefalus
meliputi:
1) CT scan (dengan/tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, pendarahan, determinan, ventrikular, dan
perubahan jaringan otak.
2) MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras radioaktif.
3) Rontgen kepala
Mendeteksi perubahan struktur garis sutura.
4) Cairan serebrospinal
Lumbal pungsi: dapat dilakukan jika diduga terjadi pendarahan
subarakhnoid
5) Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
6) Analisa gas darah
Analisa gas darah (AGD/Astrup) adalah salah satu tes diagnostik untuk
menentukan status oksigenisasi dan status asam basa.
g. Terapi
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1) Mengurangi produksi CSS.
2) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi.
3) Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1) Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2) Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik.
pada
anak
tergantung
besarnya
kecepatan
perkembangan
Pengkajian.
1.
Anamnesa.
a) Riwayat penyakit saat ini
Adanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak dan meningel)
sebelumnya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hidrosefalus
sebelumnya, adanya neoplasma otak, kelainan bawaan pada otak, dan riwayat
infeksi.
c) Riwayan perkembangan
Kelahiran: prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak. Riwayat penyakit keluarga, kaji adanya anggota
generasi
terdahulu
yang
menderita
stenosis
aguaduktus
yang
sangat
Pengkajian Psiko-sosial-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang tua)
untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam keluarga ataupu dal masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien dan orang tua, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, cemas, ketidak
mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit
neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelanyanan
yang mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan
individu.
3.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sangan berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnese. Pemeriksaan fisik dilakukan per sisitem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari
klien. Keadaan umum pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan
kesadaran (GCS < 15) dan terjadi penurunan pada tanda-tanda vital.
a)
B1 (Breathing)
Pada beberapa keadaan hasil pada pemeriksaan fisik didapatkan:
a)
B2 (Blood)
Frekuensi nafas cepat dan lemah yang berhubungan dengan
homiostasis tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan (demand)
oksigen perifer.
b)
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibanding pengkajian pada sistem lainnya
1) Secara umum
Didapatkan pula cracked pot sing yaitu bunyi seperti pot kembang
yang retak pada perkusi kepala.
2) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling penting untuk disfungsi sistem persarafan. Gejala khas
pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya demensia. Pada keadaan
lanjut, tingkat kesadaran klien hidrosefalus biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, semikomatosa, sampai koma.
3) Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental
Fungsi intelektual
Lobus frontal
6) Pemeriksaan refleks
7) Sistem sensorik
c)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Pada defekasi biasanya terjadi konstifasi akibat
penurunan peristaltik usus. Penurunan motilitas usus juga dapat terjadi akibat
tertelannya udarah yang berasal dari sekitaran selang endotrakheal dan
nasotrakheal.
e)
B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada
bayi disebabkan pembesaran kepala sehingga mengganggu mobilitas fisik
secara umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan dan turgor kulit.
b.
Diagnosa keperawatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Resiko defisit cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan muntah, asupan
cairan kurang, peningkatan metabolisme.
7)
II.
Diagnosa
Keperawatan
Tidak
Tujuan &
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
bersihan
jalan 224
napas
yang terjadi
berhubungan
jam
peningkatan
napas
dapat
disebabkan
oleh
akumulasi
dengan
keefektifan
penumpukan
jalan napas.
sputum,
Kriteria: tidak
yang
peningkatan
terdengar
suara
sekresi
dan
sekret, bunyi
napas
mukus, pendarahan.
Evaluasi
pergerakan Pergerakan
napas
pada
kedua paru.
yang
penurunan tambahan,
batuk
adannya
simetris
keluar
dari
paru-paru
keletihan,
dada
Lakukan
jalan menunjukkan
napas
buatan batuk
yang
pada
pengisapan
menandakan
jalan
napas
tidak
terganggu.
pengisapan
lendir
tidak
dilakukan
lebih.
menerus,
selama
terus-
ketidak
ada
mampuan
penumpukan
batuk/batuk
sekret
dikurangi
untuk
efektif.
disaluran
mencegah
bahaya
pernapasan.
Atur/ubah
posisi
dan
hipoksia.
pengeluaran sekret
dan
segmen
ventilator
paru-paru,
mengurangi resiko
atelektasis.
Kolaborasi
memudahkan
fisioterapi.
mengeluarkan
Pemberian
lendir
ekspektoran,
mengevaluasi
antibiotik.
perbaikan
Fisioterapi dada.
klien
Konsul
pengembangan
.
224
Risiko
tidak
TIK
berhubungan
klien.
dan
kondisi
atas
parunya.
foto
thoraks.
Dalam waktu
2.
pada
dari
peningkatan TIK.
memperioritaskan
intervensi
menentukan
dan
dengan
Kriteria: klien
perawatan
peningkatan
tidak
kegawatan
jumlah
gelisa,
cairan tidak
serebrospinal.
dan
tindakan
mengeluh
pembedahan.
nyeri kepala,
Untuk
mual muntah,
secara
tanda-tanda
mengetahui
dini
ningkatan TIK
Suatu
vital.
pe-
keadaan
papiledema,
normal
TTV
sirkulasi
serebral
terpelihara
dengan
dalam
batas normal.
bila
pada
ditandai
dengan
tekanan
darah
sistemik.
netral, Perubahan
yang
usahakan
dengan
pada
kepala
suatu
sisi
dapat meningkatkan
penggunaan
penekanan
yang
bantal
tinggi
pada
kepala.
Berikan
periode
istirahat
antara
tindakan
pada
darah otak.
perawatan Tindakan
terus-
menerus
prosedur.
meningkatkan TIK
oleh
Cegah/hindarkan
terjadinya
dapat
valsavah
efek
rangsangan
kumulatif.
manuver.
Mengurangi
tekanan
intrathorakal
dan
Kolaborasi
dalam
intraabdominal
pemberian
cairan
sehingga
intravena
sesuai
menghindari
dengan
diindikasikan.
yang
peningkatan TIK.
Pemberian
cairan
mungkindiinginkan
untuk
mengurangi
edema
3.
serebral,
peningkatan
Kebutuhan
nutrisi
Gangguan
nutrisi:
dari
klien Observasi
terpenuhi
turgor kulit.
kurang Kriteria:
kebutuhan turgor
tubuh
tekstur,
pada
pembulu
darah,
Observasi
baik,
minimum
asupan
keluaran.
Mengetahui
status
berhubungan
nutrisi klien.
masuk Tentukan kemampuan
Mengetahui
sesuai
klien
dalam
keseimbangan
kebutuhan,
mengunyah, menelan,
nutrisi klien.
terdapat
dan refleks batuk.
Untuk menetapkan
kemampuan
Berikan
makanan
jenis makanan yang
menelan,
dengan perlahan di
akan diberikan pada
sonde dilepas.
lingkungan
yang
klien.
tenang
Klien
dapat
dapat
dengan
perubahan
kemampuan
mencerna
makanan,
peningkatan
kebutuhan
metabolisme.
berkonsentrasi pada
mekanisme makan
tanpa
Mulailah
untuk
memberikan makanan
adanya
distraksi/gangguan
dari luar.
melalui
makanan
cairan
IV
atau
melalui
selang.
mobilitas
sesuai dengan
fisik
memberikan cairan
pengganti dan juga
tidak mampu untuk
klien
Gangguan
untuk
Mobilitas
meningkat
diperlukan
memasukkan segera
Kaji
imobilitas,
tingkat
gunakan
ssesuatu
mulut.
melalui
yang
kondisi klien.
skala
tingkat Tingkat
berhubungan
Kriteria:
ketergantungan.
dengan
Skala
minimal
penurunan
ketergantunga
(hanya memerlukan
kesadaran,
bantuan
ketergantungan
klien
care
minimal),
partial
umum,
menjadi
(memerlukan
pembesaran
bantuan
bantuan sebagian),
care
kepala.
Resiko minimal,
dan
tinggi
terjadi tidak
(memerluakan
cidera
peningkatan
tekanan
kranial
terjadi
b/d kontraktur,
footdrop,
intra gangguan
bowell
bantuan
penuhdari
perawat,
klien
pengawasan khusus
fungsi Pertahankan
dan
body
aligment
adekuat,
bladder
optimal, serta
terjadinya
peningkatan
bebas
kontraktur
kemampuan
kejang.
fisik.
care
memerlukan
intekritas
kulit,
total
panas
dan
atau
Berikan
perawatan
mempercepat
pengembalian
fungsi
nantinya.
tubuh
tidur
dalam
keadaan kring.
Beriakan
perawatan
tutup
kapas
yang
dan
mencegah
sirkulasi
gangguan intekritas
kulit.
dengan
basah
sesekali.
Melindungi
dari
mata
kerusakan
akibat terbukannya
mata terus-menerus.
DAFTAR PUSTAKA