SIMALAKAMA
epung ikan tidaklah sulit didapatkan karena kita adalah negara maritim yang dua per
tiga luas wilayahnya merupakan laut. Mungkin itu pernyataan kita selama ini, tetapi
kenyataannya berbanding terbalik. Para produsen pakan ternak sekarang mulai susah mencari
tepung ikan terlebih lagi dengan adanya Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
471/Kpts/OT.210/5/2002
Sebenarnya kebutuhan proteindan DHA (omega 3) akan bisa terpenuhi dari alga dan
plant protein. Dapat dicari beberapa jenis alga yang menghasilkan DHA tinggi sebagai pakan
bahkan Amerika Serikat telah mulai melakukan penelitian ini dan sekarang telah mulai
memproduksinya. Alga sebagai pengganti minyak ikan pasti lebih efisien karena akan
memperpendek prosesnya. Proses panjangnya adalah alga dimakan ikan kecil dan ikan kecil
dimakan ikan besar lalu ikan tesebut kita olah menjadi tepung ikan. Jika langsung mengolah
alga lebih efisien. Penggunaan alga ini diprediksi akan menggantikan kebutuhan akan tepung
ikan. Sedangkan untuk menanggulangi masalah protein dapat diatasi dengan cara mengganti
tepung ikan dengan plant protein seperti SBC (Soy Bean Cake) atau protein kedelai yang
didapatkan dari proses secara bioteknologi.
Tantangan berikutnya adalah kebutuhan protein dari SBC masih terdapat hambatan
yang cukup besar yaitu seperti kita semua ketahui bahwa para pengrajin tempe kita teriak
dengan harga kedelai yang terus meningkat bahkan melakukan demo dengan cara tidak
melakukan produksi. Harga kacang kedelai terus meningkat, kacang kedelai impor yang
tadinya Rp 8100/kg terus meningkat pada 6 Agustus 2012 menjadi Rp 9000/kg sedang pada
kacang kedelai lokal yang awalnya Rp 7750/kg menjadi Rp 8250/kg. Hal tersebut rata-rata
untuk kebutuhan konsumsi kita lalu bagaimana dengan kebutuhan nutisi ternak?