Tengah
Tahun 2014
PENGENALAN UDANG GALAH
Memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-juvenil), dan
air tawar (stadia juana-dewasa) (Gambar 2);
Matang kelamin umur 5 – 6 bulan (mendekati muara sungai untuk memijah lagi;
Mengalami beberapa kali ganti kulit (molting) yang diikuti dengan perubahan
struktur morfologisnya, hingga akhirnya bermorfologis menjadi juvenil (juana);
Selain morfologi, untuk membudidayakan ikan/udang perlu diketahui sifat-
sifatnya; beberapa sifat yang penting diketahui antara lain adalah :
Euryhalin, yaitu dpt hidup pada kisaran salinitas yg lebar (0-20 ppt);
Omnivora, yaitu pemakan segala (tumbuhan dan hewan);
Pada stadia larva, udang galah memakan plankton hewani (zooplankton),
seperti rotifera, protozoa, cladocera, dan copepoda;
Stadia Post larva, juvenil, dan dewasa : memakan cacing, serangga air, udang
renik, telur ikan, ganggang, potongan tumbuh – tumbuhan air, potongan hewan,
jasa penempel, hancuran biji – bijian dan buah – buahan, siput, dan
sebagainya, juga memakan jenisnya sendiri (kanibal, khususnya ketika
molting);
Nokturnal, yaitu aktif makan malam hari. Jika lingkungan hidupnya dapat dibuat
relatif gelap udang akan aktif makan walaupun siang hari;
Gambar 2. Daur hidup udang galah.
Larva bersifat planktonis, aktif berenang, tertarik oleh cahaya tetapi menjauhi
sinar matahari;
Pada stadium pertama (I), larva cenderung berkelompok dekat permukaan air
dan semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta suka
mendekati dasar. Di alam larva hidup pada salinitas 5 – 10 0/00.
Tubuh lebih kecil, badan agak melebar, demikian pula kaki renangnya,
membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber);
Pleuron memanjang;
Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, tetapi tidak sebesar dan
sepanjang udang jantan;
Alat kelamin terletak pada pasangan kaki ke tiga, merupakan suatu lubang
yang disebut thelicum.
Khusus untuk ukuran kaki jalan pada udang galah yang dikenal berukuran
panjang/besar, telah dihasilkan varietas yang bercapit lebih kecil yaitu yang disebut Gi-
Makro (seperti pada Gambar 3a). Capit yang lebih kecil ini mempunyai keunggulan
tersendiri.
PEMBESARAN UDANG GALAH SISTEM MONOKULTUR
3. PERSIAPAN LAHAN
Beberapa tahapan yang penting dalam mempersiapkan kolam budidaya adalah
sebagai berikut :
o pengeringan kolam;
o pengolahan tanah dan perbaikan tanggul sewrta caren;
o Pengapuran : untuk tanah dengan pH 6,5–7 :10 – 20 g/m2;; sedang untuk
tanah dengan pH 5 – 6 : 40 – 75 gram/m2;
4. PENGADAAN BENIH
4.1 Sumber Benih
Benih diperoleh dari Panti Benih (hatchery), diutamakan yang telah tersertifikasi.
Benih kualitas baik dimaksud adalah yang sesuai dengan SNI 01- 6486.2 – 2000
tentang Benih Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii, de Man) kelas benih sebar.
4.2 Pengadaan Benih
Benih berkualitas baik : ukuran seragam dan gerakannya lincah. Benih kualitas
baik dimaksud adalah yang sesuai dengan SNI 01- 6486.2 – 2000 tentang Benih
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii, de Man) kelas benih sebar.
Kriteria kuantitatif tokolan udang galah :
Umur dari telur : lebih dari (>) 50 hari;
Panjang : 25 – 30 mm;
Berat : 1400 – 2600 mg;
Kesehatan/bebas penyakit : 80%;
Keseragaman populasi : 80%;
Daya tahan terhadap :
* penurunan salinitas 30 ke 0 ppt : > 80%
* penurunan suhu 30 ke 10oC : > 80%
* perendaman formalin 500 ppm : > 80%
Rangsangan terhadap cahaya dan aerasi : + (positif)
b. Transportasi tokolan
Sistem Terbuka :
- Wadah dari bak/drum plastik
dengan kapasitas 200 liter
- Kapasitas 500 - 1.000 ekor
- Perlu disediakan aerasi
selama pengangkutan
- Waktu max pengangkutan 10
- 12 jam
Gambar 13. Pakan Udang Galah (a) berbagai ukuran pakan (b)
Tabel 2. Analisis Proksimat Pakan Udang Galah
Kandungan Kadar
Protein Min 30 %
Lemak Min 5 %
a. Cara menentukan umur dan stadia : dihitung dari sejak telur menetas
b. Cara mengukur panjang badan total tokolan : dimulai dari rostrum hingga
uropoda dengan menggunakan jangka sorong atau penggaris dalam satuan
milimeter (mm).
c. Cara mengukur bobot tubuh tokolan : dilakukan dengan menggunakan
timbangan analitis dalam satuan miligram (mg);
d. Metoda pengambilan contoh. Metoda pengambilan contoh tokolan untuk
pemeriksaan dan pengujian dilakukan secara acak dari populasi sebanyak 10
% atau minimal 30 ekor.
Gambar 14. Monitoring pertumbuhan dengan anco
7. PEMANENAN
Sesudah periode pemeliharaan 3 hingga 5 bln. udang bisa diapanen. Pada
waktu panen keseluruhan ukuran beragam beratnya yakni 20 – 50 gram per ekor. Ada
dua cara pemanenan yaitu :
7.3 Pengemasan
Pengemasan dan pengangkutan udang hasil panen bisa dilakukan dalam
keadaan mati maupun dalam keadaan hidup. Dalam pengemasan dalam keadaan
hidup, perlu dilakukan penurunan suhu agar tingkat metabolisme menurun, dengan
demikian menurunkan tingkat aktifvitas udang dan menurunkan pengeluaran
kotoran/feses. Pengemasan udang dalam keadaan segar dilakukan dalam wadah dan
dicampur es curah. Sebelum dikemas, udang terlebih dahulu dicuci bersih.
Penanganan/pengemasan dalam suhu dingin (prinsip rantai dingin) dan bersih
merupakan sebagian realisasi princip penjagaan mutu udang segar yang sangat
penting guna menjada mutu udang segar yang tinggi. Pencucian dimaksudkan
membersihkan kotoran dan lendir yang merupakan sumber penyakit. Demikian pula
suhu dingin untuk menghambat tingkat kemunduran mutu baik secara mikrobiologis
(berkembangnya organisme pembusuk), maupun kemis (perombakan senyawa secara
mimiawi). Proses pengemasan dan pengangkutan udang diilustrasikan pada Gambar
17 dibawah ini.
Gambar 17. Pengemasan dan pengangkutan.
Gambar 19. Udang terserang penyakit. Kiri: hijau/lumut; kanan: ekor putih
(diduga virus).
1. PERSIAPAN LAHAN.
- Sawah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan penanaman padi dan
pemeliharaan udang galah
- Tanah diolah atau dibajak sampai lumpur mencapai 15 – 30 cm, dengan
perbandingan lumpur dan air 1 : 1
- Pembuatan parit/caren untuk udang galah berukuran lebar 1 m dengan
kedalaman 60 – 75 cm
- Penanaman padi
2. PEMUPUKAN PADI
Pada pemupukan dasar, pupuk ditaburkan secara merata pada keadaan sawah
masih melumpur. Urea dan SP-36 tidak dianjurkan untuk dicampurkan pada saat
penaburan. Pada pemupukan susulan, air dalam petakan diusahakan dalam keadaan
macak-macak sebelum penebaran (udang galah berada pada kemalir atau diungsikan
terlebih dahulu). Pupuk ditaburkan diantara barisn tanaman atau ditebar secara
merata. Benamkan pupuk dengan landak sambil menyiang atau diinjak-injak khusus
agar bisa terbenam pada kedalaman lebih dari 3 cm.
3. PENEBARAN UDANG GALAH
Padat penebaran dan ukuran benih ikan disesuaikan dengan tujuan
penanaman penanaman. Udang galah yang ditebar berukuran 5 – 8 gram/ekor
sebanyak 2 ekor/m2. Jadwal tanam udang galah pada budidaya minapadi sesuai
dengan ukuran udang galah dan lama pemeliharaan.
4. PEMELIHARAAN
- Apabila pertumbuhan padi tidak normal (anakan kurang) turunkan permukaan air
sampai 5 cm selama 2 – 4 hari guna memberi kesempatan padi untuk bertunas.
- Untuk pakan udang galah diberikan pekan berupa pellet (protein 30 %) sebnayak
1 % dari berat badan udang/hari dengan frekuensi 3 kali sehari.
- Selama masa pemeliharaan kedalaman air di pelataran 10 – 15 cm dan parit
30 – 40 cm.
- Pemasukan dan pengeluaran air dilakukan berdasarkan grafitasi.
- Lemanya pemeliharaan udang galah tergantung pada ukuran benih dan
besarnya udang galah yang hendak dipanen.
SNI
Standar Nasional Indonesia
Pendahuluan
1 Ruang Lingkup
2 Acuan
3 Deskripsi
4 Istilah
5 Klasifikasi
6 Persyaratan Produksi
7 Cara pengukuran dan pemeriksaan
Pendahuluan
2 Acuan
Penyusunan standar benih udang galah kelas benih sebar menggunakan acuan
dari :
a) Keputusan Menteri Pertanian No. 26/Kpts/OT.210/1/98 tentang Pedoman
Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional dalam konsiderans.
b) Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (Pedoman 8 –tahun 2000)
c) Data dan informasi teknik dari pihak yang terkait yaitu Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan), Perguruan Tinggi, Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan.
d) Hasil penelitian dan perekayasaan produksi induk/benih udang galah oleh
UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), dan
UPT Direktorat Jenderal Perikanan.
3 Deskripsi
a) Benih udang galah adalah jenis benih udang yang secara taksonomi
termasuk species Macrobranchium rosenbergii de Man bersifat euryhaline
yang daerah penyebarannya di perairan laut tropis wilayah Indo Pacific
b) Nauplii udang galah adalah larva yang berasal dari telur udang yang baru
menetas dan mempunyai bentuk, ukuran dan umur tertentu (Nauplius 1 –
Nauplius 6)
c) Benur (Pasca Larva – PL) udang galah adalah tingkatan larva udang lanjutan
yang bentuk morfologinya seperti udang dewasa serta mempunyai ukuran
dan umur tertentu (PL 10 – PL 20)
d) Tokolan udang galah adalah benih udang yang bentuk morfologinya seperti
udang dewasa serta mempunyai ukuran dan umur tertentu ( > PL 40) serta
lebih mampu menyesuaikan terhadap lingkungan tambak.
4 Istilah
a) Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar
atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar.
b) Induk penjenis (Great Grand Parent Stock, GGPS) adalah induk ikan yang
dihasilkan oleh dan di bawah pengawasan penyelenggara pemulia.
c) Induk dasar (Grand Parent Stock, GPS) adalah induk ikan keturunan
pertama
dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar.
d) Induk pokok (Parent Stock, PS) adalah induk ikan keturunan pertama dari
induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk
pokok.
5 Klasifikasi
Nauplii, benur dan tokolan udang galah kelas benih sebar digolongkan dalam 1
(satu) tingkatan mutu berdasarkan kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif.
6 Persyaratan produksi
6.1. Kriteria kualitatif
6.1.1. Nauplii
a) Warna : warna tubuh kehitaman, keabu-abuan, tidak pucat
b) Gerakan : berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dari
periode diam
c) Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat bersih, tidak berlumut, organ
tubuh normal
d) Keseragaman : secara visual ukuran nauplius seragam
e) Respon terhadap rangsangan : bersifat fototaksis positif atau respon
terhadap cahaya
f) Daya tahan tubuh ; dengan mematikan aerasi beberapa saat, nauplius yang
sehat akan berenang kepermukaan air.
6.1.2 Benur
a) Warna tubuh: transparan, kecoklatan atau kehitaman, tidak pucat, punggung
tidak berwarna keputihan atau kemerahan
b) Gerakan : berenang aktif, menentang atau menyongsong arus
c) Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat setelah mencapai ukuran PL 10,
organorgan
tubuhnya lengkap, maxilla, mandibulla, antenulla dan ekor membuka,
hepato pancreas transparan, usus penuh dan gelap
d) Keseragaman : secara visual ukuran relatif seragam
e) Pertumbuhan : normal, ukuran tubuh berimbang dengan umur pasca larva
f) Respon terhadap rangsangan : responsif, benur akan menjentik menjauh
dengan adanya kejutan atau jika wadah sampel benur diketuk dan akan
berenang mendekati sumber cahaya jika ada rangsangan cahaya serta
responsip terhadap pakan yang diberikan.
6.1.3 Tokolan
a) Asal : hasil pemeliharaan lanjutan dari benur yang dihasilkan oleh panti benih
lengkap atau skala rumah tangga
b) Warna : tidak dicirikan dengan satu warna, karena warna akan timbul akibat
pengaruh pakan serta umur pemeliharaan
c) Bentuk tubuh : lurus dan panjang
d) Kesehatan dan kondisi tubuh : sehat terlihat pada kulit atau karapas yang
bersih (mencirikan proses penggantian kulit normal), tidak cacat dan bebas
dari ektoparasit seperti jamur atau protozoa, usus penuh pakan, uropoda/ekor
mengembang sempurna, hepato pencreas transparan, usus penuh serta
gelap dan tidak terserang virus
e) Gerakan : aktif mencari makan dan melawan atau menyongsong arus serta
berenang dalam posisi mendatar dan melaju
f) Organ tubuh : lengkap dan normal
g) Keseragaman : tokolan yang berkualitas memiliki ukuran yang relatif
seragam
h) Respon terhadap rangsangan: tokolan yang sehat akan peka terhadap
rangsangan dari luar, akan meloncat dan berenang menjauh atau menyebar
jika ada rangsangan fisik (kejutan), dan akan berenang mendekati sumber
cahaya jika ada rangsangan cahaya serta responsip terhadap pakan yang
diberikan.
6.2. Kriteria kuantitatif
Kriteria kuantitatif nauplii, benur dan tokolan udang galah kelas benih sebar
lihat Tabel 1.
Tabel 1
Kriteria kuantitatif nauplii, benur dan tokolan udang windu
Ali, Fauzan. 2009. Mondongkrak Produktivitas Udang Galah Hingga 250%. Penerbit
Swadaya. Jakarta. 115 halaman.
Ryan, Enny Purbani T. 2006. Peluang Ekspor Udang Galah. AGRINA. Jakarta.
Sartini. 2010. Teknik dan analisa Finansial Pembesaran Udang Galah. Karya Ilmiah
Praktek Akhir. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.88 Halaman.