PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari
3 bulan. Tujuan. Untuk memahami definisi, etiologi, dan cara mendiagnosis
gagal
ginjal
kronik
yang
disertai
gastroenteritis
serta
mengetahui
kronik.
Page 1
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari
3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal
kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan
oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi
menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi
tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
a. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih
normal
b. Stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang
ringan
c. Stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi
ginjal
d. Stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal
e. Stadium 5 adalah gagal ginjal.
Page 3
tubuh
seperti
SLE
(Systemic
Lupus
Erythematosus),
Page 4
Page 5
benar rusak atau terganggu strukturnya. Misalnya lesi organik pada medulla
ginjal akan merusak susunan anatomis dari ansa henle atau pompa klorida
pars ashcenden ansa henle.
2. Hipotensis Briker atau Nefron yang utuh.
Hipotensis ini menjelaskan bahwa bila satu nefron terserang penyakit
maka keseluruh unit dari nefron tersebut akan hancur. Akibatnya nefronnefron yang masih normal akan bekerja ekstra keras untuk mengkompensasi
nefron-nefron yang rusak agar ginjal tetap bekerja optimal. Kerja ekstra dari
ginjal ini yang mengakibatkan peningkatan jumlah nefron yang rusak dan
berkembang menjadi Gagal ginjal kronik.
Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renanal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih
normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah
terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah
30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun
infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti
hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium
dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Page 6
Page 7
pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila
langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 %
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari
kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang
lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan
faal ginjal diantara 5 % 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul
gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita
mulai terganggu.
Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas
sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain mual,
munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih
berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula
Page 8
Page 9
derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan
rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut : 1
LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur) x berat badan / 72x kreatinin plasma
(mg/dl)*)
*) pada perempuan dikalikan 0,85 dan laki-laki dikalikan 1.
Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit 1
Derajat
1
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
60-89
30-59
15- 29
Gagal ginjal
Page 10
Rejeksi kronik
Keracunanobat(siklosporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Page 11
Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial
yang dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada
dalam masyarakat dengan cara membentuk pola fikir masyarakat agar
mengatur pola makan yang sehat dan minum air yang banyak (Jumlah yang
dianjurkan adalah 2 liter per hari) agar terjaga kesehatan ginjal.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang
mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko
tinggi untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi,
pasien dengan proteinuria dan lainnya.
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengatur pola konsumsi protein.
2. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi
akan
Page 12
Page 13
Page 14
kardiovaskular,
pasien-pasien
yang
cenderung
akan
Page 15
(biasanya
dapat
diantisipasi)
terutama
Page 16
Page 17
kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik
terutama pada stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal
jantung.
stadium V + HD
pasien
diberikan :
Furosemind inj 10 mg 1x1
Ketorolac 40 mg 2x1
Ranitidin inj 50mg 2x1
As. Folat 5mg 3x1
Vit. B12 1000ug 3x1
Analisis/pembahasan
Subjective
Bapak M usia 53 tahun.
udem di kaki, kepala dan pingang nyeri
Objective
SrCr
K
TD
: 5,7
: 4,0
: 190/80 mmHg
Assesment
Dari data subjective dan objective tersebut pasien didiagnosa Gagal
Ginjal Krinik stadium V dan HD dengan LGF = 11,4 %
LGF
= 186 ( serum creatinin ) -1,154 X ( usia ) -0,203
= 186 ( 5,7 ) -1,154 X ( 53 ) -0,203
= 11,4 %
Plan
Page 18
Furosemid inj 20 mg 1 x 1
Ranitidin inj 50 mg 2 x 1
Asam folat 5 mg 3 x 1
1. Furosemid inj
Supportive measure pada saluran edema otak untuk pengobatan
hipertensi ringan dan sedang. Furosemide dapat berfungsi sebagai obat
golongan diuretik yang meningkatkan ekskresi cairan dari tubuh. Pada
orang yang menderita kerusakan ginjal, tingginya cairan tubuh dapat
menyebabkan edema atau penumpukan cairan pada tubuh. Efek samping
paling berbahaya adalah meningkatkan toksisitas obat digitalis pada pasien
dalam keadaan hipokalemia.
Alasan pemilihan obat ini adalah karena adanya udem yang
meretensi Na dan air yang harus di keluarkan sehingga udem yang dialami
pasien juga berkurang. Furosemide juga dapat menyebaban kelainan
metabolik berupa alkalosis metabolik, alkalosis metabolik ini disebabkan
keadaan hipokloremia dan hipokalemi yang dihubunkan dengan
penggunaan obat ini. Furosemid mempunyai daya menghambat enzim
karbonik anhidrase karena keduanya merupakan derivat sufonamid, seperti
juga tiazid dan asetozolamid, tetapi aktivitasnya terlalu lemah untuk
menyebabkan diuresis di tubuli proksimal. Asam etakrinat tidak
menghambat enzim karbonik anhidrase.
Page 19
Page 20
Asam folat hilang masuk ke dialisat dari darah. Oleh karena itu,
defisiensi asam folat dan anemia makrositik dapat terjadi pada pasien
dengan asupan protein yang rendah sejak diet dari pasien dialisis reguler
yaitu bebas dan biasanya mengandung asam folat yang cukup, defisiensi
asam folat dan kebutuhan untuk suplementasi asam folat oral tidak
diperlukan. Akhirnya, dokter harus lebih hati-hati dalam terapi darah
ekstrakorporeal yang membawa resiko potensial yang didominasi oleh
darah yang terkontaminasi dan kompartemen dialisat seperti logam dan
kimia, yang dapat menyebabkan kerusakkan sel darah merah dan
hemolisis.
4. Vit B12
Sama seperti asam folat,vitamin B12 juga diberikan sebagai suplement
kana pada kasus gangguan ginjal kronik selalu disertai anemia.
Terapi non Farmakologi
Diet rendah protein untuk pasien yang menjalani cuci darah secara
kontinue. Menghitung asupan protein bisa dilakukan dengan berat
badan yang sebenarnya atau BB tanpa edema dikalikan dengan 1,2 g
protein/hari (untuk pasien cuci darah).
Page 21
kronik adalah :
Kadar
ureum
dalam
serum
massa
otot
rangka;
kegiatan
otot
tidak
banyak
mempengaruhi. Nilai rujukan untuk pria adalah 0,6 1,3 mg/dl dan
KIE
Pasien bapak M menderita gagal ginjal kronik diberikan obat sebagai
berikut :
Furosemid inj 20 mg 1 x 1
Famotidin inj 20 mg 2 x 1
As. Folat
5mg 3 x 1
Vit B12
100 mg 3 x 1
Libatkan keluarga dalam pengobatan bapak M karena usianya
sudah tua.
Penjelasana mengenai aturan pakai, tempat penyimpanan, dan
efek samping obat.
Page 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium
ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih
tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah.
3.2 Saran
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun
ucapkan terimakasih.
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Abuelo JG. Normotensive ischemic acute renal failure. N Engl J Med.
2007;357:797-805.
Page 24