Dikusi Kasus TUMOR TONSIL
Dikusi Kasus TUMOR TONSIL
PENDAHULUAN
Tumor tonsil merupakan salah satu jenis tumor yang terdapat di rongga mulut,
karena tonsil merupakan bagian rongga mulut yang terdapat di palatum durum. Tumor
tonsil dapat bersifat jinak maupun ganas, biasanya hanya mengenai satu tonsil saja. Tumor
jinak tonsil jarang ditemui, karena penderita tidak mengalami gangguan yang berarti
sehingga mereka jarang berobat ke dokter. Biasanya tumor ganas ini terlambat ditangani
karena gejalanya yang kurang khas.
Tonsil adalah organ dari jaringan limfoid yang berlokasi di dinding lateral orofaring.
Bersama dengan adenoid, tonsil membentuk cincin Waldeyer, yaitu cincin jaringan limfoid
yang ditemukan di faring. Seperti halnya jaringan atau organ lain pada tubuh, pada daerah
orofaring umumnya, dan pada tonsil khususnya, dapat timbul tumor dan keganasan.
Bahkan, tonsil merupakan bagian dari orofaring dengan kejadian keganasan paling banyak
di banding struktur orofaring yang lain yaitu dasar lidah, palatum molle, dan dinding faring
posterior.
Ada banyak tipe keganasan yang dapat timbul pada jaringan tonsil yang kaya
dengan jaringan limfatik, pembuluh darah, otot, serabut saraf sekitar, dan epitel. Semua
jaringan ini adalah sumber keganasan yang potensial. Penyebab tumor ini belum diketahui
dengan pasti, tapi diduga sering berhubungan dengan erat dengan merokok,
penyalahgunaan alkohol, memamah sirih dan tembakau.
Di Amerika Serikat pada tahun 2001, kanker orofaring menempati urutan ke-7
kanker paling banyak di antara pria dengan angka kejadian 16,7 per 100.000 orang.
Karsinoma sel skuamosa mencakup 90% karsinoma orofaring. Sedangkan limfoma
merupakan keganasan ke-2 terbanyak.
Banyak pasien dengan karsinoma tonsil datang sudah dalam keadaan lanjut karena
lesi awal biasanya asimptomatik. Oleh karena itu, diperlukan pembahasan lebih lanjut
mengenai tumor dan keganasan pada tonsil, sehingga diagnosis yang cepat dan tepat serta
penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
anterior
medial
: arcus palatoglossus
: ruang oropharynx
II.2 Epidemiologi
Keganasan tonsil adalah kasus yang tidak umum dan mencakup sedikit lebih
dari 0,5% keganasan baru tiap tahunnya di Amerika. Di Indonesia karsinoma tonsil
Limfoma adalah keganasan tonsil ke-2 yang paling sering terjadi. Limfoma
tonsil biasanya timbul dengan sebuah massa submukosa pada salah satu tonsil yang
membesar dan asimetris. Jika terjadi limfadenopati, maka biasanya pembesaran nodus4
nodus limfe akan terlihat pada leher sisi yang sama. Limfoma tonsil biasanya muncul
sebagai massa pada tonsil yang tidak nyeri, meskipun nyeri tenggorokan biasa
dijumpai. Sesekali, dapat timbul gejala otalgia. Karena kayanya jaringan limfoid pada
bagian ini, semua cincin Waldeyer, tonsil lingual, nasofaring, dan tonsil adalah tempat
limfoma yang sering dijumpai. Cincin Waldeyer adalah lokasi utama limfoma NonHodgkin sekitar 5-10% dari semua pasien limfoma, dan mencapai lebih dari 50% dari
semua limfoma ekstranodal primer kepala dan leher.
II.3 Etiologi
Ada banyak faktor lingkungan yang berhubungan dengan karsinoma sel
skuamosa orofaring, tetapi yang paling penting adalah pajanan berkepanjangan
terhadap rokok dan alkohol, seperti halnya pendapat dari the National Cancer Institute.
Efek agen-agen ini berkaitan dengan dosis, dan pajanan simultannya bersifat
sinergistik, dimana pajanan keduanya menghasilkan risiko yang lebih besar daripada
pajanan tunggal. Akan tetapi baru-baru ini, beberapa indikasi menunjukkan bahwa ada
kemungkinan penyebab virus juga. Meskipun virus Epstein-Barr (EBV) merupakan
pertimbangan penting pada karsinoma nasofaring, virus papilloma manusia (HPV)
terbukti lebih banyak menimbulkan penyakit pada daerah ini. Beberapa studi telah
mengidentifikasi indikasi adanya HPV pada sekitar 60% karsinoma tonsil.
Adapun faktor risiko karsinoma sel skuamosa tonsil adalah:5
Infeksi HPV
Rokok
Meminum alkohol
Namun meskipun demikian, saat ini tidak ada faktor risiko umum maupun penyebab
limfoma yang disetujui.
mengapa pasien dapat datang dengan keluhan massa pada leher. Meskipun demikian,
hanya 5% pembesaran tonsil yang ternyata adalah suatu keganasan dan dari 20% yang
terdiagnosis pasti dengan kanker tonsil, datang pertama kali dengan keluhan massa
leher yang terisolasi.
Salah satu hal yang tidak biasa pada metastase nodus leher adalah adanya fakta
bahwa sejumlah besar keadaan ini bersifat kistik, yang mana hal ini telah menyebabkan
kesalahan evaluasi sebagai karsinoma cekungan brankial. Meskipun sebenarnya masih
banyak perdebatan mengenai karsinoma cekungan brankial. Banyak ahli patologi yang
merasa bahwa karsinoma cekungan brankial sebenarnya adalah metastasis atau
penyebaran langsung karsinoma sel skuamosa tonsil. Meskipun begitu, ditemukannya
nodus limfe leher yang kistik dengan suatu tumor primer okulta harus diikuti dengan
pemeriksaan tonsil. Karsinoma sel skuamosa primer okulta yang bermanifestasi
sebagai limfadenopati leher adalah suatu keadaan yang sering dijumpai dalam kasuskasus THT.
Selain adanya massa pada leher, yang biasanya pada daerah jugulodigastrik,
gejala dan tanda lain mungkin juga dapat dijumpai. Gejala dan tanda ini dapat timbul
bersamaan dengan adanya massa pada leher atau mungkin hanya sebagai penampakan
tunggal. Gejala yang biasanya dikeluhkan pasien adalah odinofagia, disfagia, trismus,
gangguan suara (mengecil), dan otalgia. Gejala lain yang mungkin didapati adalah
nyeri tenggorokan, sensasi adanya benda asing atau massa, dan pendarahan. Adapun
tanda-tanda dan gejala konstitusional adanya pengurangan berat badan dan kelemahan
(fatigue) jarang dijumpai pada neoplasma ini.
Diantara gejala-gejala tersebut, trismus adalah yang berbahaya karena dapat
mengindikasikan adanya keterlibatan ruang parafaring (ruang masticator dan
mandibula). Tumor yang demikian dapat cukup besar hingga melibatkan atau
menyelubungi selubung karotis. Selain itu, tumor tersebut dapat meluas hingga ke
tulang tengkorak dan mediastinum.
Jika tak dapat terlihat dengan inspeksi, limfadenopati servikal dapat teraba
dengan palpasi yang seksama. Tumor-tumor tonsil primer dapat tumbuh total di bawah
permukaan, sehingga tidak bisa dilihat dokter atau hanya terlihat sebagai sedikit
peningkatan ukuran tonsil atau kekerasan daerah tersebut. Jika tumor telah melibatkan
dasar lidah, maka nodus-nodus kontralateral juga dapat terkena.
Selain itu, juga dapat dijumpai adanya suatu massa eksofitik seperti jamur
dengan ulserasi sentral dan tepi-tepi yang meninggi, yang dapat berwarna merah tua
hingga putih. Pemotongan lesi pada biopsi dapat memperlihatkan tekstur granuler
(suatu fungsi yang menandakan derajat keratinisasi), keras (suatu fungsi penanda
derajat fibrosis), dan kistifikasi (suatu fungsi nekrosis). Jelas bahwa temuan ini
bervariasi, tergantung pada spesifikasi tumor berdasarkan parameter-parameter diatas.
II.6 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes fungsi hati: Pengetahuan fungsi hati adalah penting, karena (1) riwayat diet
dan alkohol pada pasien seringkali menyebabkan memburuknya fungsi hati, (2)
kemungkinan digunakannya agen-agen kemoterapi atau obat lainnya yang
dimetabolisir hati (misal: pereda nyeri), dan (3) kemungkinan metastasis ke hati.
Studi masa pembekuan dan koagulasi (termasuk hitung trombosit, typing, crossmatch).
o Kepala dan leher adalah salah satu bagian tubuh yang sangat kaya dengan
vaskularisasi.
o Pendarahan adalah salah satu masalah terbesar pada bedah tonsil.
o Adalah bijak untuk menyiapkan keperluan transfusi.
Pencitraan
Radiografi dada polos diperlukan untuk menilai adanya kemungkinan metastasis ke
paru.
CT scan leher secara bilateral, dengan dan tanpa kontras, diperlukan untuk meneliti
keberadaan metastase dan menilai perluasan tumor. Selain itu, jika tumor meluas
ke atas hingga ke bagian tulang, maka keterangan mengenai invasi tulang
merupakan bagian pengetahuan juga. Hal ini penting dalam untuk menentukan
stadium tumor tonsil. 5
MRI juga sangatlah diperlukan untuk menilai ukuran tumor dan invasi ke jaringan
lunak.
PET (Positron Emission Tomography), menggunakan material radioaktif untuk
mengidentifikasi aktivitas metabolisme jaringan.
Biopsi
Biopsi merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan jaringan diagnostik:
o Keganasan tonsil dapat berupa limfoma; karena itu, ahli patologi dan timnya harus
selalu sedia menerima dan merawat jaringan dengan baik.
o Harus disiapkan sediaan fiksasi yang khusus. Beberapa jaringan mungkin
diperlukan untuk studi yang cepat, dimana studi ini bergantung pada waktu dan
membutuhkan penanganan yang segera. Beberapa jaringan harus dibekukan dalam
cairan nitrogen.
o Fakta bahwa karsinoma sel skuamosa biasanya berasal dari kripta yang dalam,
membuat ahli bedah mengambil biopsi yang dalam agar neoplasma yang
sebenarnya dapat terangkat. Karena tendensinya untuk mengalami pendarahan,
maka prosedur ini adalah prosedur yang sulit, dan ahli bedah harus siap untuk
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Temuan-temuan patologi anatomi:
Karsinoma sel skuamosa
Kebanyakan karsinoma sel skuamosa tonsil palatina berdiferensiasi sedang
hingga buruk. Varian-varian berikut ini, meskipun pada dasarnya adalah karsinoma sel
skuamosa yang sering dijabarkan:
Karsinoma basoskuamosa
Karsinoma non-keratinisasi (sel transisional atau tipe sinonasal).
Tipe tak terdiferensiasi atau limfoepitelioma
Limfoma
Penentuan tipe limfoma adalah penting dan hanya dapat dilakukan dengan
bantuan studi khusus oleh ahli patologi. Marker sel dan jaringan untuk menentukan
10
tipe limfoma cukup sensitif. Marker ini membutuhkan jaringan beku yang segar dan
sediaan fiksasi khusus selain diperlukannya pengecatan imunohistokimiawi.
Kebanyakan karsinoma tonsil adalah limfoma sel-B besar non-Hodgkin yang
difus. Limfoma sel-B derajat-rendah yang bersifat mucosa-associated lymphoid tissue
(MALT) yang terdiri dari sel-sel kecil, jarang didapati pada tonsil. Hal ini
mengejutkan, karena tonsil terdiri dari gabungan susunan epitel dan limfosit yang
sangat erat, yang menurut teori, akan membentuk lingkungan yang ideal untuk
berkembangnya limfoma MALT. Kenyataannya, mereka sangat jarang dijumpai pada
daerah ini.
II.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keganasan orofaring adalah kompleks dan dibutuhkan
kerjasama multidisiplin meliputi bedah kepala leher, bedah rekonstruktif, onkolog
radiasi, onkolog medik, prosthodontis, serta patologi bicara dan bahasa. Ahli bedah
harus mempertimbangkan sejumlah factor saat memutuskan regimen terapi yang akan
diberikan. Pertimbangan itu antara lain: terapi untuk tumor primer dan leher, pilihan
rekonstruktif, kondisi umum pasien, dan yang paling penting apa yang diinginkan
pasien. Faktor sarana dan prasarana, keahlian, dan dukungan social juga berperan.
Semua pasien harus dikonseling untuk menghentikan konsumsi rokok dan alkohol.
Pilihan Terapi
1. Radiasi atau kombinasi kemoradiasi merupakan modalitas terapi pilihan.
2. Pembedahan reseksi berguna untuk pasien dengan invasi luas tulang di mana:
a. Eksposur tumor merupakan tantangan pada reseksi
b. Pendekatan pada tonsil dan orofaring lateral:
- Eksisi transoral: penggunaannya terbatas pada lesi yang sangat kecil yang
-
tonsil dan dasar lidah tanpa invasi tulang. Hindari n.alveolaris inferior.
Reseksi komposit: reseksi en bloc mandibula posterior dan tumor primer.
Dimanfaatkan pada tumor-tumor yang besar yang melibatkan multilokasi
11
Dapat dilakukan sebelum radiasi atau kemoradiasi pada pasien dengan N1-
N3
Dapat dilakukan post-terapi pada pasien dengan N2 atau lebih dan/ atau
pembedahan reseksi.
Flaps pedicled regional memberikan cukup jaringan pengisi dan kulit yang
adekuat untuk penutupan defek mukosa yang besar yang melibatkan
orofaring lateral dan dasar lidah:
o M. pectoralis major merupakan sumber flap yang paling umum
Pembedahan atau radiasi secara tunggal sama efektif bagi kanker orofaring T1
dan T2. Atau dapat dikombinasi sehingga salah satu modalitas merupakan pendukung
bagi modalitas yang lain sehingga keberhasilan kontrol lokal yang tinggi. Radiasi postoperatif diindikasikan jika setelah reseksi batas batas terlibat atau menutup atau jika
tumor agresif. Tumor T3 dan T4 paling baik dikontrol dengan pembedahan dan radiasi
post-operatif.
Limfoma diterapi dengan kemoterapi dan radiasi. Tumor ganas kelenjar ludah
minor mirip dengan kelenjar ludah utama dan diterapi dengan eksisi local luas dengan
atau tanpa radiasi post-operatif.
Sebagian besar tumor orofaring dapat dieksisi, namun secara relatif tidak dapat
direseksi jika invasinya meluas hingga ke ruang parafaringeal post-styloid, fascia
12
prevertebral, atau melibatkan arteri karotis. Ekstipasi kanker orofaring yang berhasil
bergantung pada eksposur yang baik dan batas reseksi yang luas (1-2 cm) karena
tumor-tumor ini memiliki kecenderungan penyebaran submukosa.
II.8 Komplikasi
Komplikasi dari berbagai bentuk terapi adalah termasuk berikut ini:
Rasa nyeri
Xerostomia
Infeksi
Penyembuhan luka yang buruk
Disfagia
Pembentukan fistula
Trismus
Potensi terjadinya skar
Kelemahan umum
II.9 Prognosis
Prognosis dari tumor tonsil tergantung dari stadium saat pasien datang pertama
kali untuk berobat. Untuk menentukan stadium digunakan klasifikasi TNM.5
Staging karsinoma tonsil adalah berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, yaitu:
T2: Tumor 2 - 4 cm
T4a: Tumor invasi laring, otot dalam atau ekstrinsik lidah, otot pterigoid medial,
palatum durum, atau mandibula
13
T4b: Tumor invasi otot pterigoid lateral, lateral nasofaring, dasar tengkorak atau
meyelubungi arteri karotis
N2: Metastasis pada 1 nodus limfe ipsilateral, > 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm;
nodus limfe multipel ipsilateral yang tidak > 6 cm; nodus limfe bilateral atau
kontralateral, yang tidak > 6 cm
N2a: Metastasis 1 nodus limfe ipsilateral > 3 cm tapi tidak > 6 cm.
N2b: Metastasis nodus limfe multipel bilateral, tidak ada yang > 6 cm
Metastasis jauh:
Stadium
Stadium I: T1 N0 M0
Stadium II: T2 N0 M0
Stadium III: T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0
14
Prognosis dari tingkat survival 5-tahun pada karsinoma sel skuamosa daerah
tonsil yang diterapi adalah sebagai berikut:3
Stadium I - 80%
Stadium II - 70%
Stadium IV - 30%
15
16
KESIMPULAN
Daerah orofaringeal dewasa ini banyak sekali ditemukan keadaan
stadiumn
ya.
patologis baik yang jinak maupun ganas. Penyakit tonsil dan adenoid merupakan
masalah kesehatan yang sering terjadi dalam masyarakat. Nyeri tenggorokan,
infeksi saluran nafas atas dan penyakit telinga yang terkait adalah keluhan yang
paling sering ditemukan. Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh
masih diragukan meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit.
Tumor tonsil dewasa ini banyak ditemukan dengan berbagai macam
penyebab dan dapat mengenai usia berapapun. Semakin awal ditemukan maka
prognosanys akan lebih baik.
Pada prinsipnya dalam menegakan diagnosa kita membutuhkan anamnesa
yang baik, pemeriksaan fisik yang tepat dan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
Penanganan dari masing-masing tumor tonsil bervariasi tergantung jenis dan
17