Pembahasan
Untuk memastikan jenis noda hitam pada wajah ataupun untuk
memastikan jenis penyakit yang meragukan, maka dilakukan pemeriksaan
kromosom dan DNA rekombinan. Yang diperiksa adalah gen, kromosom, dan
DNA menggunakan rekombinan dengan enzim restriksi.
Gen
Menurut konsep Mendelian, gen digambarkan sebagai unit penurunan sifat
yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi karakter fenotipe
(karakter yang terlihat dari luar, seperti warna rambut, warna kulit, dan lainnya).
Selain itu, ada yang mengatakan gen sebagai daerah urutan nukleotida spesifik di
sepanjang molekul DNA. Sedangkan definisi fungsional dari gen sebagai urutan
DNA yang mengkode rantai polipeptida tertentu. Definisi mengenai gen
selanjutnya bahwa gen adalah suatu daerah DNA yang produk akhirnya bisa suatu
polipeptida atau bisa juga suatu molekul RNA.1
Jadi, gen adalah unit molekul DNA atau RNA dengan panjang minimum
tertentu yang membawa informasi mengenai urutan asam amino yang lengkap
suatu protein, atau yang menentukan struktur lengkap suatu molekul rRNA (RNA
ribosom) atau tRNA (transfer RNA). Kumpulan dari beberapa gen disebut genom.
Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang gen atau genom disebut genetika.2,3
A.
Gen Normal
Gen normal merupakan gen yang tidak mengalami mutasi ataupun
kerusakan kromosom. Namun, manusia yang secara fisik normal, belum tentu
tidak memiliki gen abnormal. Terkadang, manusia memiliki gen abnormal, yang
tidak berdampak langsung terhadap penampilan fisik. Hai ini disebut carrier.
Carrier adalah adanya gen abnormal dalam tubuh, namun tidak terlihat dan
tidak menunjukkan gejala-gejala kelainan atau abnormal. Bisa dikatakan, carrier
adalah manusia yang di dalam tubuhnya ada pembawa gen abnormal.
2
Karena itu, orang tua yang berpenampilan fisik normal, belum tentu
anaknya normal sempurna. Siapa yang tahu orang tuanya memiliki bawaan gen
abnormal atau tidak sehingga diperlukan pemeriksaan gen.
B.
Gen Abnormal
Gen abnormal merupakan kelainan langka yang diakibatkan oleh
terjadinya mutasi gen tertentu tanpa cacat kromosom yang dilihat menggunakan
mikroskop cahaya. Adanya mutasi gen ini dapat menyebabkan kelainan baik
secara fisik maupun secara mental.4
Kromosom
Kromosom adalah satuan diskrit genom yang membawa banyak gen,
biasanya terlihat pada pembelahan sel. Setiap kromosom terdiri atas molekul yang
sangat panjang dari DNA dupleks dan terdiri atas protein. Kromosom berada di
dalam inti sel dan berperan dalam membawa sifat.5
Kromosom selalu berpasang. Setiap manusia memiliki 23 pasang
kromosom dalam tubuhnya. Dan setiap kromosom memiliki DNA yang terbagi
menjadi 46 fragmen berukuran besar. Sedangkan gen terkode dalam DNA
manusia.
Kromosom dikelompokkan menurut ukuran, lokasi sentromer dan pola
lengan pada kromosom. Adanya perbedaan dalam struktur dan bentuk lengan
kromosom menyebabkan kromosom memiliki bentuk yang beragam. Panjang atau
pendeknya kromosom dilihat berdasarkan panjang atau pendeknya lengan pada
setiap daerah yang dibagi oleh sentromer.5
Kromosom di tubuh manusia terdiri dari autosom dan gonosom. Autosom
ada 22 pasang dan gonosom 1 pasang. Pada kromosom seks, terdapat dua tanda
yaitu XX dan XY dimana gonosom XX untuk perempuan dan gonosom XY untuk
laki-laki.
Rekombinan DNA
Pada
tahun
1971
1973,
Herbert
Boyer
dan
Stanly Cohen
menghancurkannya. Sistem enzim restriksi sel bakteri inang bisa mengenali DNA
penyerang sebagai benda asing dan menghancurkannya.8
Proses Rekombinan DNA dengan Enzim Restriksi
Enzim restriksi mengenali urutan pendek DNA, biasanya panjangnya 4-6
pb (pasangan basa) dan memutuskan kedua untai DNA. Enzim ini selalu
memutuskan urutan DNA yang sama dan hanya memutuskan di urutan tertentu.
Sebagian besar urutan DNA yang dikenali oleh enzim restriksi adalah palindrom,
yaitu kedua untai DNA memiliki urutan basa yang sama apabila dibaca dalam
arah 5 ke 3. Potongan yang dibuat oleh enzim ini mungkin tumpul/blunt
sehingga produk yang dibentuk beruntai-ganda di ujungnya (Gambar 1) atau
lengket/sticky sehingga produk yang dihasilkan beruntai-tunggal di ujungnya
(Gambar 2). Telah berhasil diisolasi ratusan enzim restriksi dengan spesifikasi
yang berbeda. Namun yang paling sering digunakan adalah enzim restriksi alul
(blunt) dan enzim restriksi EcoRI (sticky). Enzim restriksi sticky pertama kali
ditemukan, diisolasi dari Eschericia coli (EcoRI) sehingga pada contoh paling
sering digunakan Eschericia coli.9
Gambar 1. Tumpul/blunt
Gambar 2. Lengket/sticky
Fragmen restriksi DNA dapat membentuk pasangan basa satu sama lain
apabila fragmen tersebut memiliki ujung lengket yang bersifat komplementer.
5
Oleh karena itu, dua fragmen DNA yang tidak berhubungan depat membentuk
pasangan basa satu sama lain apabila keduanya diputuskan oleh enzim restriksi
yang sama. Setelah fragmen-fragmen tersebut membentuk pasangan basa, ujungujungnya digabungkan secara kovalen oleh kerja DNA ligase. Penggunaan enzim
restriksi bersamaan dengan DNA ligase dapat menghasilkan DNA rekombinan.9
(Lihat Gambar 3)
Gambar 3. Pembuatan rekombinan DNA dengan enzim restriksi dan DNA ligase
Berikut adalah proses rekombinan DNA dengan enzim restriksi.1,6
1.
2.
4.
5.
6.
7.
Penutup
Kesimpulan
Dengan pemeriksaan kromosom, pada kasus dapat diketahui apakah
terjadi mutasi gen pada nomor kromosom tertentu yang mengakibatkan
munculnya noda hitam pada wajah.
Jika benar noda hitam pada wajah merupakan kelainan gen, maka hal
tersebut dapat diatasi dengan rekombinan DNA dengan enzim restriksi.
Rekombinan DNA dengan enzim restriksi ini dapat mengubah susunan dan sifat
DNA seperti yang diinginkan. Adanya enzim restriksi, dapat memotong bagian
DNA yang rusak/cacat dan menggabungkannya dengan DNA lain sehingga DNA
yang rusak/cacat dapat dihilangkan. Sifat kelainan pun dapat diatasi.
Jadi, pemeriksaan kromosom dan DNA rekombinan dengan enzim
restriksi dapat mengidentifikasi dan mengobati noda hitam pada wajah jika
memang penyakit kelainan gen.
Daftar Pustaka
1.
Campbell JB, Reece LG, Mitchell. Biologi jilid 1. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga; 2002.h.335-91.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Elrod SL, Stansfield WD. Schaums outlines teori dan soal-soal genetika.
Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga; 2007.h.274.
9.
Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h.237-8.