Anda di halaman 1dari 31

HALUSINASI

DAN
DEFISIT
PERAWATAN DIRI
KEPERAWATAN JIWA

KELOMPOK 3

Asep Ramdan
Ai Roainingsih
Anggi Prasetyawati
Dea Fairuz Hasna Latifah
Dilo Rivanca Farera
Juan Carlo Triatmaka
Nia Ratna Rukhiah
Sani Sri Wulandari
Siska Widiyanti

HALUSINASI
Halusinasi => Persepsi sensorik yang keliru dan
melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).
Persepsi (tanggapan indera) akan rangsangan yang
datang dari luar [penglihatan, penciuman, pendengaran,
pengecapan dan perabaan].
Persepsi dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah
salah tafsir. Salah tafsir terjadi karena adanya keadaan
afek yang luar biasa [marah, takut, sedih dan nafsu yang
memuncak sehingga terjadi gangguan atau perubahan
persepsi (Triwahono, 2004).

TANDA & GEJALA


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait
dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Bicara sendiri
Ketawa sendiri
Menarik diri dari orang lain
Menghindari orang lain
Tidak dapat mengurus diri
Agitasi dan kataton
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat

TAHAPAN HALUSINASI
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
a) Fase I :
Timbulnya perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut (Cth: menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri)

b) Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan (Kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita)

c) Fase III :
Menghentikan perlawanan dan menyerah pada halusinasi. (Sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain

d) Fase IV :
Perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap
perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang

KLASIFIKASI
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi peraba
e) Halusinasi pengecap
f) Halusinasi sinestetik

(Menurut Stuart, 2007)

RESPON YANG TIMBUL


Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi:
a)
b)
c)

d)
e)
f)
g)
h)
i)

Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat
Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak
lama.
Hubungan sosial harmonis
Proses pikir kadang terganggu (ilusi)
Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: tindakan tidak diterima oleh norma
norma sosial
Menarik diri
Isolasi sosial

FFAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart (2007),
halusinasi adalah:
1.Biologis

faktor

penyebab

terjadinya

a) Perubahan pada pencitraan otak


b) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia.

2.Psikologis
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien oleh
masyarakat

3. Sosial Budaya

FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
2. Stress lingkungan
3. Sumber koping

MEKANISME KOPING
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).

DPD (DEFISIT PERAWATAN DIRI)


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,

klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika


tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

JENIS-JENIS PERAWATTAN DIRI


a) Kurang perawatan diri : kebersihan
b) Kurang perawatan diri (mandi)
c) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian /
berhias
d) Kurang perawatan diri : Makan
e) Kurang perawatan diri : Toileting (Nurjannah :
2004, 79).

FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan
diri adalah :
a)Perkembangan
1) Biologis
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
4) Sosial , Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
a)Body Image
b)Praktik Sosial
c)Status Sosial Ekonomi
d)Pengetahuan
e)Budaya
f)Kebiasaan Seseorang
g)Kondisi Fisik atau Psikis

DAMPAK MASALAH PERSONAL HYGIENE


1. Dampak Fisik
gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak Psikososial
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.

TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah :
1.Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.

2.Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3.Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

KASUS
Seorang laki-laki berusia 52 tahun, datang ke RSJ dibawa oleh petugas sosial, karena
dirasakan sudah meresahkan masyarakat,klien sering keluyuran dan berteriak-teriak sendiri,
mencari makanan dari tempat sampah dan memakannya, tidak pernah mandi, klien sempat di
pasung 2 hari oleh warga sebelum dibawa oleh petugas sosial. Klien tinggal sendiri dirumah,
pernah menikah dan sekarang ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, klien memiliki 3 orang
anak yang masih berusia sekolah, orang tua klien sudah meninggal, klien memiliki seorang bibi
yang mengalami bipolar. Riwayat klien sebelumnya,klien pernah masuk rumah sakit jiwa sebanyak
dua kali dan dinyatakan regiment therapeutik inefektif. Hasil pengkajian perawat klien terlihat sering
berbicara sendiri, mondar-mandir dalam ruangan, ekspresi muka terlihat sedih, afek datar, tatapan
kosong, kontak mata tidak dapat dipertahankan, tidak mampu memulai pembicaraan, mudah
teralih saat komunikasi, flight of idea, klien bersifat defensive, badan tercium bau, pakaian terlihat
tidak rapi, rambut berantakan dan berminyak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik hasil dari
pemeriksaan
tensi
ditemukan
adanya
tekanan
hipostatik,
kaku
pada
anggota
motorik,tremor,hipersalivasi dan cenderung klien mudah mengantuk. Saat dilakukan wawancara
dengan klien, didapatkan bahwa klien sering mendengar suara-suara yang tidak jelas, suaranya
keras seperti merasuk kedalam jiwa dan membuat klien takut, ini sering terjadi saat saya diam
melamun dan di malam hari. Saat ini klien sering sekali menolak untuk minum obat, bahkan pernah
membohongi perawat dengan membuang obatnya dan mengatakan sudah meminum obat.

PENGKAJIAN
Pengkajian menurut Keliat (2010) meliputi beberapa faktor antara lain:
a. Identitas klien
Nama
: Tn A
Umur
: 52 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Status
: Menikah
Pendidikan : Pekerjaan : Alamat
:b.

Alasan masuk rumah sakit


Dibawa petugas sosial karena meresahkan masyarakat dan klien pernah masuk
rumah sakit jiwa sebanyak 2 kali

LANJUTAN
c.

Faktor predisposisi
1)
2)

3)
4)

5)

Faktor Genetik
Riwayat anggota keluarga (bibi) mengalami gangguan bipolar
Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi klien dengan keluarganya buruk sehingga ditinggalkan
oleh istri dan anak-anaknya
Faktor sosial budaya
Penolakan masyarakat sekitar dengan cara memasung klien.
Faktor psikologis
Ditinggal oleh istri dan anak-anaknya, ditolak oleh masyarakat
(dipasung).
Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak,
pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel
korteks dan limbik.

LANJUTAN
d. Faktor presipitasi
1)
Kesehatan : riwayat kesehatan keluar masuk rumah sakit jiwa 2 kali
2)
Lingkungan : adanya penolakan dari masyarakat dengan cara pemasungan selama 2
hari
3)
Sikap : afek datar, tatapan kosong, tidak mampu mempertahankan kontak mata
4)
Perilaku : berteriak-teriak,keluyuran (mondar-mandir) dan mencari makanan di tempat
sampah
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a)Isi halusinasi
seperti mendengar suara-suara keras dan merasuk kedalam jiwanya.
b). Waktu dan frekuensi.
Malam hari
c). Situasi pencetus halusinasi.
Ketika melamun
d). Respon Klien
ketakutan dan mondar mandir dengan muka sedih dan tatapan

kosong, tremor

LANJUTAN
e. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah hipostatik, kaku anggota motorik, tremor,
cenderung mondar-mandir.
Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

hipersalivasi,

Penampilan: pakaian terlihat tidak rapi, pakaian terlihat tidak rapi, rambut berantakan dan
berminyak, badan tercium bau
Pembicaraan: tidak mampu memulai pembicaraan, sering berbicara sendiri, mudah teralih
Aktivitas motorik: mondar-mandir dalam ruangan
Alam perasaan: sering mendengar suara-suara yang tidak jelas seperti merasuk kedalam
jiwa sehingga membuat klien takut
Afek: datar, tatapan kosong, ekspresi muka terlihat sedih, kontak mata tidak dapat
dipertahankan,
Interaksi selama wawancara: klien bersifat defensive
Persepsi : flight of idea
Proses pikir: sering diam dan melamun

LANJUTAN
Mekanisme koping
1)

Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.

2)

Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha


untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

3)

Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal

Psikososial dan lingkungan: keluarga dan anaknya


meninggalkan klien serta masyarakat menolak kehadirannya
serta memasungnya
Aspek medik: klien tidak meminum obat

ANALISA DATA
Data
DO :
1.Klien terlihat sering berbicara sendiri
2.Klien terlihat sering mondar-mandir di
ruangan
3.Ekspresi klien terlihat sedih
4.Afek klien terlihat datar
5.Tatapan klien terlihat kosong
6.Klien terlihat tidak dapat mempertahankan
kontak mata
7.Klien terlihat tidak mampu memulai
pembicaraan
8.Klien terlihat mudah teralihkan saat
berkomunikasi
9.Klien terlihat mengalami flight of idea
10.Klien terlihat bersifat defensive
11.Regiment terapeutik klien inefektif

Masalah
Halusinasi

LANJUTAN
DS :
1.Klien mengatakan sering
mendengar suara-suara yang tidak
jelas
2.Klien mengatakan suara tidak jelas
tersebut keras dan seperti merasuk
ke dalam jiwa, membuat klien takut,
dan sering terjadi saat klien diam
melamun, saat malam hari.
3.Warga mengatakan klien sering
keluyuran
4.Warga mengatakan klien sering
berteriak-teriak sendiri
5.Warga mengatakan klien mencari
makanan dari tempat sampah dan
memakannya

LANJUTAN
DATA

MASALAH

DO :
Defisit Perawatan Diri
1.Klien tercium bau
2.Pakaian klien terlihat tidak
rapi
3.Rambut
klien
terlihat
berantakan dan berminyak
DS :
1.Warga mengatakan klien
tidak pernah mandi
2.Warga mengatakan klien
mencari makanan dari tempat
sampah dan memakannya

DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

INTERVENSI KEPERAWATAN JIWA


SP PADA HALUSINASI
Halusina
si
SP 1

Pasien
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien


Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pasien
Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian

Keluarga
a) Mendiskusikan masalah
yang dirasakan
keluarga dalam rawat
pasien
b) Menjelaskan
pengertian, tanda dan
gejala halusinasi, dan
jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta
proses terjadinya.
c) Mejelaskan cara-cara
merawat pasien
halusinasi

Halusina
si

Pasien

Keluarga

SP 2

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
b) Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakapcakap dengan orang lain.
c) Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

a) Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien
dengan halusinasi
b) Melatih keluaraga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
halusinasi

Halusina
sin

Pasien

Keluarga

SP 3

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


pasien
b) Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien)
c) Menganjurkan pasien memasukan
dalam kegiatan harian

a) Membantu keluarga
membuat jadwal
kegiatan aktifitas di
rumah termasuk
minum obat
b) Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang

Halusina
si
SP 4

Pasien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
b) Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
c) Penganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian

Keluarga

REFERENSI
Damaiyanti, M. dan Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Fitria, N., 2009, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Maramis, 2008, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press
Yosep, 2010, Keperawatan jiwa.(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama.
Stuart, GW.2002. buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Akemat dan Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.

TERIMAKASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai