Perubahan Gastrointestinal Pada Ibu Hamil
Perubahan Gastrointestinal Pada Ibu Hamil
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologi dan adaptasi sistem pencernaan pada
wanita hamil
2. Untuk mengetahui gangguan-gangguan sistem pencernaan pada wanita hamil
3. Untuk menambah wawasan mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI
Trimester 2
Mulut dan gusi terus hiperemia,sensitif terhadap zat iritan. Esofagus dan lambung
hormon progesteron meningkat merelaksasi otot intestine dan menurunnya motilitas.
Pengosongan lambung menurun. Regulasi esofagus. Liver peningkatan hormon estrogen
dan progesteron mengakibatkan gejala gatal-gatal (pruritus gravidum).
Trimester 3
Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan uterus. Penurunan
tonus dan motilitas saluran gastrointestinal menyebabkan waktu pengosongan lambung
menjadi lebih lama. Penyerapan makanan meningkat. Terjadi konstipasi yang dapat
meningkatkan terjadinya haemoroid. Adanya refluks sekret-sekret asam ke esofagus
menyebabkan terjadinya pirosis (nyeri ulu hati). Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah
(hiperemi) kalau terkena cedera ringan saja, misalnya oleh sikat gigi.
tidak berselera makan makanan berat, cobalah untuk memakan makanan ringan. Yang
penting perut tidak kosong dan selalu diisi. Biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah
trimester 1 dan tidak membahayakan kehamilan.
Gusi lunak membengkak, dan hiperemis, karena gusi mudah berdarah, terutama
sewaktu menggosok gigi. Bila kebersihan mulut tidak dijaga dapat terjadi peradangan
mulut. Pencegahannya dengan memelihara kebersihan mulut dan menggunakan obat
kumur-kumur.
Karies Gigi
Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memburuk karena nafsu makan yang
berkurang, sehingga kalsium menjadi berkurang. Pencegahannya segera konsultasi ke
dokter.
Pirosis
Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada. Hal ini di sebabkan
regurgitasi asam lambung yang asam kebawah bagian esofagus. Keluhan ini akan hilang
secara berangsur-angsur dengan kehamilan yang bertambah tua. Penanganan dilakukan
dengan tidak makan sekaligus banyak, dalam porsi kecil tetapi lebih sering. Tidur dengan
posisi setengah duduk. Penderita di beri obat-obat antasida.
Ulkus Peptikum
Merupakan keadaan dimana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai
dibawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai tukak (misalnya tukak karena stress).
Ulkus dapat disebabkan oleh gastritis kronik yang diindikasi oleh Helicobacter pylori dan
penyakit ulkus peptikum. Dapat terjadi juga akibat penggunaan aspirin dan obat-obat anti
inflamasi non steroid lain.
Sekresi asam juga penting yang menjelaskan efektivitas temporer obat
antisekresim.Selama kehamilan, sekresi lambung berkurang, motilitas menurun, dan terjadi
pengikatan mucus yang cukup besar (Hytten, 1991).
Karena itu tidak mengherankan bahwa penyakit ulkus peptikum jarang dijumpai pada
kehamilan
4
Hiperemesis Gravidarum
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Mual dan muntah disebabkan oleh
pengaktivan pusat muntah di otak. Muntah merupakan cara dramatis tubuh untuk
mengeluarkan zat yang merugikan. Muntah dapat disebabkan karena makan atau menelan
zat iritatif atau zat beracun atau makanan yang sudah rusak.
Muntah bisa terjadi selama kehamilan, terutama pada mingu-mingu pertama dan pada
pagi hari.
Banyak obat-obatan, termasuk obat anti kanker dan pereda nyeri golongan opiat seperti
morfin, dapat menyebabkan mual dan muntah.
Penyumbatan mekanis pada usus akan menyebabkan muntah karena makanan dan
cairan berbalik arah dari sumbatan tersebut. Iritasi atau peradangan lambung, usus atau
kandung empedu, juga dapat menyebabkan muntah. Masalah psikis juga dapat
menyebabkan mual dan muntah (muntah psikogenik).
Gejala berupa mual, muntah kering dan salivasi yang berlebihan sering terjadi sesaat
sebelum terjadinya muntah. Meskipun penderita umumnya merasa tidak enak badan selagi
muntah, tetapi setelah terjadinya muntah akan timbul rasa nyaman.
Apendisitis
Peradangan pada usus buntu (apendiks). Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang
berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan
usus halus. Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, tapi bukan
merupakan organ yang penting. Apendisitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.
Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh
adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan,
usus buntu bisa pecah.
Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan : - masuknya kuman usus ke dalam perut,
menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal terbentuknya abses pada wanita,
indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada saluran
yang bisa menyebabkan kemandulan masuknya kuman ke dalam pembuluh darah
(septikemia), yang bisa berakibat fatal.
5
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas terdiri dari mual,muntah dan nyeri yang
hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perutsebelah
atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah.
Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian
bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam mencapai 37,8 o -38,8 C.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi
yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah
sehingga terjadinya sembelit (konstipasi). Sembelit semakin berat karena gerakan otot
didalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Pengeluaran asam lambung yg meningkat atau hormone HCG dan pengaruh hormone
estrogen dan progesteron serta reflux esophagus mengakibatkan : hipersalivasi
(pengeluaran air liur secara berlebihan), daerah lambung terasa panas, terjadinya mual
(nausea), emesis gravidarum, mual muntah, pusing, sakit kepala di pagi hari (morning
sickness), hiperemesis gravidarum (akibat dari hormone estrogen), menimbulkan gerak
usus makan berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa banyak sekali terdapat perubahan anatomidan
fisiologi system pencernaan dalam kehamilan yang dapat menyebabkan wanita hamil
merasa tidak nyaman padahal semua itu merupakan proses yang alamiah. Untuk itu,
sangatlah diperlukan suatu adaptasi wanita hamil agar tidak terjadi gangguan-gangguan
selama masa kehamilan.