Anda di halaman 1dari 82

ISPA

(INKONVENSIONAL)

ASMA

KELOMPOK GENAP

Verra melinda

Nita Soliha

Nur Holida

Arini Hidayati

M. Akbar

Cintya Eka S.

Andan Sari

Addina Zulfa

Rahmat Yulianto Indah Kusuma


Nuraroswari

Atikah

Risky Yulianti

Nesia Mustika

Anita Racmawati Maharani P.


Dwi Rahayu

Muthmainnah

Nurul Hidayah
Rohmatun Choirin
Fairusly Yulian

Rikke Prenanda

Ferawati Fajriyah Ahmad Syahrul


Ruliana Hida S

ETIOLOGI ASMA
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan,
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat
asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat
dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan
dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan .
Faktor Risiko
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan
faktor lingkungan.
Faktor pejamu tersebut adalah:
- predisposisi genetik asma
- alergi
- hipereaktifitas bronkus
- jenis kelamin
- ras/etnik

Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :


a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan /predisposisi asma untuk berkembang menjadi
asma
b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan gejala asma menetap.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma
adalah :
- alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur,
tepung sari bunga
- sensitisasi (bahan) lingkungan kerja
- asap rokok
- polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
- infeksi pernapasan (virus)
- diet
- status sosioekonomi
- besarnya keluarga
- obesitas
Sedangkan faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi dan/atau menyebabkan gejala asma
menetap adalah :
- alergen di dalam maupun di luar ruangan
- polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
- infeksi pernapasan
- olahraga dan hiperventilasi
- perubahan cuaca
- makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan)
- obat-obatan, seperti asetil salisilat
- ekspresi emosi yang berlebihan
- asap rokok
- iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang

Karakteristik utama asma meliputi obstruksi saluran udara dalam berbagai


tingkatan (terkait dengan bronkospasmus, edema dan hipersekresi), BHR, dan
inflamasi saluran udara.
Serangan asma mendadak disebabkan oleh faktor yang tidak diketahui maupun
yang diketahui, seperti paparan terhadap alergen, virus atau polutan dalam
maupun luar rumah, dan masing-masing faktor ini dapat menginduksi respon
inflamasi.
Alergen yang terhirup menyebabkan reaksi alergi fase awal ditandai dengan
aktivasi sel yang menghasilkan antibodi IgE yang spesifik alergen. Terdapat aktivasi
yang cepat dari sel mast dan makrofag pada saluran udara, yang membebaskan
mediator proinflamasi seperti histamin dan eikosanoid yang menginduksi kontraksi
otot polos saluran udara, sekresi mukus, vasodilatasi, dan eksudasi plasma pada
saluran udara. Kebocoran plasma protein menginduksi penebalan dan
pembengkakan dinding saluran udara serta penyempitan lumennya disertai dengan
sulitnya pengeluaran mukus.
Reaksi inflamasi fase akhir terjadi 6 sampai 9 jam setelah serangan alergen dan
melibatkan aktifasi eosinofil, limfost T, basofil, neutrofil dan makrofag.
Eosinofil bermigrasi ke dalam saluran udara dan membebaskan mediator inflamasi
(leukotrien dan protein granul), mediator sitotoksik, dan sitokin.
Aktivasi limfosit T menyebabkan pembebasan sitokin dari sel T-helper tipe 2 (TH2)
yang memperantarai inflamasi alergik (interleukin (IL)-4, IL-5, IL-6, IL-9, DAN IL-13).
Sebaliknya, sel T helper tipe 1 (TH1), menghasilkan IL-2 dan interferon gamma yang
penting untuk mekanisme pertahanan seluler. Inflamasi asmatik alergik dapat
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan antara sel TH1 dan TH2.

Makrofag alveolar membebaskan sejumlah mediator inflamasi, termasuk PAF dan


leukotrien B4, C4 dan D4. Produksi faktor khemotatktik neutrofil dan eosinofil
memperkuat proses inflamasi.
Neutrofil juga merupakan sumber mediator (PAF, prostaglandin, trombok-san, dan
leukotrien) yang berkontribusi pada BHR dan inflamasi saluran udara.
Jalur 5-Lipoginase dari pemecahan asam arakhidonat bertanggung jawab pada
produksi leukotrien. Leukotrien C4, D4, dan E4 (sistenil leukotrien) merupakan
komponen zat reaksi lambat anafilaksis (slow-reacting substance of anaphylaxys,
SRS-A). Leukotrien ini dibebaskan selama proses inlamasi di paru-paru dan
menyebabkan bronkokonstriksi, sekresi mukus, permeabilitas mikrovaskular, dan
edema saluran udara.
Sel epitel bronkial juga berpartisipasi dalam inflamasi dengan membebaskan
eikosanoid, peptidase, protein matriks, sitokin dan nitrit oksida. Pengikisan epitel
mengakibatkan peningkatan responsibilitas dan perubahan permeabilitas mukosa
saluran udara, pengurangan faktor relaksan yang ebrasal dari mukosa, dan
kehilangan enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian neuropeptida
inflamasi.
Proses inflamasi eksudatif dan pengikisan sel epitel ke dalam lumen jalur udara
merusak transport mukosiliar. Kelenjar bronkus menjadi berukuran besar, dan sel
goblet meningkat baik ukuran maupun jumlahnya, yang menunjukkan suatu
peningkatan produksi mukus. Mukus yang dikeluarkan oleh penderita asma
cenderung memiliki viskositas tinggi.
saluran udara dipersarafi oleh saraf parasimpatik, simpatik, dan saraf inhibisi
nonadrenergik. Tonus istirahat normal otot polos saluran udara dipelihara oleh
aktivitas eferen vagal, bronkokonstriksi dapat diperantarai oleh stimulasi vagal pada
bronchi berukuran kecil. Semua otot polos saluran udara mengandung reseptor beta
adrenergik yang tidak dipersyarafi sehingga menyebabkan bronkodilatasi.

GEJALA ASMA
Gejala pada penyakit ini bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau
tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :
Batuk terutama pada malam atau dini hari
sesak napas
Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya
Rasa berat di dada
Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang
termasuk gejala yang berat adalah :
Serangan batuk yang hebat
Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
Kesadaran menurun
PHARMACEUTICAL CARE PENYAKIT ASMA

Manifestasi Klinis
Secara Umum gejala asma yaitu
sesak napas
batuk berdahak
suara napas yang berbunyi ngik-ngik
(sering pada waktu subuh) karena
pengaruh keseimbangan hormon kortisol
yang kadarnya rendah ketika pagi dan
berbagai faktor lainnya

Sebelum (normal) dan sesudah serangan asma

Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada


waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran
nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya
bunyi ngik-ngik pada saat bernafas.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang
terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh
dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk
sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan.
Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat
menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan bahkan sampai
seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa

1.
2.
3.
4.
.
.
.
.
.
-.
-.
-.

Assesment

Menanyakan apakah orang yang menebus resep adalah orang


yang tertulis dalam resep
Menanyakan kapan pasien pergi ke dokter
Menanyakan alamat dan no telp yang dapat dihubungi
Menanyakan keluhan yang sering dirasakan akhir akhir ini
menanyakan :
Sudah berapa lama mengalami keluhan?
Apa saja keluhan yang dirasakan?
Menayakan profesi atau pekerjaan pasien atau aktivitas sehari
hari?
Apakah pasien sering terpapar dengan polusi? Suka berada di
taman ( bisa saja alergi polen )?
Apakah pasien Hidung tersumbat atau berair? Jika iya sudah
berapa lama ?
Apakah pasien batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit ?
Batuknya berdahak apa kering? Jika iya sudah berapa lama ?
Apakah pasien kerap merasa kelelahan ?
Apakah pasien Kesulitan bernapas ?

Apa yang dilakukan jika asma kambuh ?


Apakah pasien Demam tinggi dan menggigil?
Apakah pasien Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan ?
Apakah pasien merokok ?
Apakah ada penyakit lainya ? ( misal sebelumnya memang sudah mempunyai
riwayat alergi terhadap sesuatu ).
Apakah pasien kesulitan bernapas?
Apakah pasien demam tinggi dan menggigil ?
Apakah kesadaran pasien mengalami penurunan dan bahkan pingsan ?
Apakah pasien merokok ?
Apakah ada penyakit lainya ?

5. Menanyakan apakah sebelum pergi ke dokter, pasien melakukan tindakan


pengobatan sendiri?
6. Menanyakan apakah setelah ke dokter, dokter menyampaikan pesan khusus ?
7. Menanyakan kepada pasien bagaimana pola makannya?
8. Menanyakan kepada pasien apakah pasien baru saja liburan ( berpergian dari
suatu tempat) ?
9. Menanyakan apakah ada riwayat penyakit yang diderita pasien
10. Menanyakan apakah pasien menggunakan obat lain di luar resep
11. Menanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi terhadap suatu obat
tertentu

Ketotifen Fumarat

drp

penyelesain

Obat-obat anti asma yang sudah


diberikan tidak boleh dihentikan
secara mendadak jika pengobatan
ketotifen dimulai, terutama
berlaku untuk kortikosteroid
sistemik dan ACTH

karena kemungkinan terjadi


insufisiensi korteks adrenal pada
penderita yang tergantung
terhadap steroid.
Sebaiknya apoteker
memberitahuikan dengan jelas
mengenai obat ersebut kepada
pasien.

Selama hari-hari pertama


pengobatan dengan ketotifen
kewaspadaan penderita mungkin
akan terganggu.

Jadi, apoteker harus


memberitahukan kepada pasien
supaya pasien lebih berhati-hati
jika mengemudikan kendaraan
atau menjalankan mesin.

drp
Ketotifen Fumarat mempunyai
efek samping Mengantuk, mulut
kering, pusing, meningkatkan
nafsu makan dan berat badan
Ketotifen Fumarat berinteraksi
dengan Obat oral antidiabetes
yang menyebabkan terjadi
penurunan trombosit, platelet.

penyelesain
Saat kie dianjurkan apoteker
memberitahu kepada pasien
tentang efek samping obat
Pemberian bersama-sama dengan
antidiabetik oral sebaiknya
dihindari.

Neo napacin

drp

penyelesain

Neo napacin: KI terhadap


Penderita hipertensi, jantung dan
diabetes.
Neo Napacin dapat menimbulkan
reaksi obat yang tidak diinginkan
seperti mengantuk, pusing,
takikardi & palpitasi, serangan &
aritmia ventrikular, hematemesis,
stimulasi sistem saraf pusat,
diaphoresis & demam (pada
anak-anak)

Harus ditanyakan terlebih dahulu


tentang riwayat penyakit pasien
Apoteker harus menjelaskan
tentang efek samping obat
terlebih dahulu.
Dan khusus untuk anak-anak
(anak dengan usia di bawah 2
tahun)harus mendapatkan
pengawasan yang ketat dari
dokter.

drp
Neo napacin: mengandung
Theophylline dapat menimbulkan
gejala efek samping berupa
gangguan gastrointestinal,
takikardi, palpitasi, aritmia, nyeri
kepala, gangguan konsentrasi,
insomnia, dan kejang (USPDl,
2000; BNF, 1998).

penyelesain
Telah diketahui bahwa gejala efek
samping ini berkaitan dengan
kadar theophylline dalam darah.
Rentang terapi optimum
theophylline berkisar antara 5
15 mikro gram per ml (USPDI,
2000).

Ephedrin HCL

drp

penyelesain

Pada obat Ephedrine HCL tersebut Pada saat assement ditanyakan


dapat menyebabkan gangguan
kepada pasien seperti riwayat
penyakitnya , ada alergi atau
pada simpatometik
tidak
Dapat berpengaruh pada ibu
setelah melahirkan

Ditanya dulu kepada pasien


apabila pasien sedang menyusui
atau tidak, karena berpengaruh
pada air susunya nanti

Dapat menyebabkan mulut kering Disarankan untuk minum air putih


yang banyak

Symbiocort

drp

penyelesain

Dapat menyebabkan interaksi


ringan pada tenggorokan

Disarankan untuk tidak makan


gorengan dan banyak minum air
putih

Penggunaan Inhaler yg tidak


tepat dosisnya dapat
membahayakan pasien

Apoteker harus teliti pada dosis ,


dan dijelaskan kepasien cara
penggunaan inhaler secara benar.
Dan diperhatikan dengan baik
saat penggunaan obat ini

Teofilin

drp

penyelesain

Teofilin mungkin memiliki efek aditif


bila digunakan dengan agonis beta 2
dosis kecil, kombinasi dapat
meningkatkan risiko efek samping

Apabila diberikan dengan beta 2


agonis sebaiknya diberi jeda
pemakaian

konsentrasi plasma teofilin meningkat


pada gagal jantung, gangguan hati,
infeksi virus, pada orang tua, dan obat
yang menghambat metabolisme ,
menurun pada perokok dan konsumsi
alkohol

Pada penderita gagal jantung,


gangguan hati, infeksi virus dan
pada orang tua dosis disesuaikan.
Apabila pasien merokok atau
mengonsumsi alkohol sebaiknya
dihentikan dahulu

Teofilin dapat menyebabkan mual,


muntah, nyeri perut, diare, dan
gangguan pencernaan lainnya,
insomnia, sakit kepala, gelisah, lekas
marah, gelisah, tremor, dan palpitasi

Jika efek samping tersebut


semakin parah, hentikan
penggunaan dan segera hubungi
dokter

Indeks terapi sempit (dosis terapi


dengan dosis toksik sempit)

Pada saat kie ditekankan aturan


dan cara pemakaian obat

Ventolin (salbutamol)

drp

penyelesain

Pemakaian nebulizer beta 2


agonis pada serangan asma
parah dapat menyebabkan
hipoksemia arteri

Dapat ditambahkan terapi


oksigen

Efek samping dari agonis beta2


yaitu tremor halus (terutama di
tangan), ketegangan saraf, sakit
kepala, kram otot, dan palpitasi

Jika efek samping tersebut


semakin parah, hentikan
penggunaan dan segera hubungi
dokter
Pasien dianjurkan untuk
membilas mulut dengan air atau
obat kumur setelah penggunaan

Penggunaan bersama dengan


kortikosteroid, diuretik, atau
xanthines meningkatkan risiko
hipokalemia,

sebaiknya diberi jeda pemakaian


atau bila memungkinkan
pemakaian kortikosteroid,
diuretik, atau xanthines
dihentikan dahulu

Atrovent (ipatropium
bromide)

drp

Penyelesain

Efek samping yang umum timbul


adalah mulut kering

Pasien dianjurkan untuk sering


minum air putih

Efek samping yang lain yang


mungkin terjadi muntah, diare,
iritasi lokal; sakit mata, midriasis

Pasien dianjurkan untuk


membilas mulut dengan air atau
obat kumur setelah penggunaan
Pasien dianjurkan untuk menutup
mata saat penggunaan

Efek ditingkatkan dengan


menggunakan dengan obat lain
yang memiliki sifat
antimuskarinik, seperti
amantadine, beberapa
antihistamin, antipsikotik
fenotiazin, dan antidepresan
trisiklik. Penurunan motilitas
lambung dapat mempengaruhi
penyerapan lainnya

sebaiknya diberi jeda pemakaian


atau bila memungkinkan
pemakaian obat-obat yang
mempengaruhi aktifitas atrovent
dihentikan terlebih dahulu

Ketotifen Fumarat

Mekanisme Ketotifen
Fumarat

Ketotifen fumarat adalah selektif antagonis


reseptor histamin H1 mast cell. Ketotifen
menekan pelepasan mediator dari sel-sel
yang
melibatkan
dalam
reaksi
hipersensitivitas dan mengurangi kemotaksis
dan aktivasi eosinophils.

AHFS Drug Information 2008

Interaksi Obat Ketotifen


Fumarat

Kombinasi Ketotifen Fumarat dengan


Antidiabet Oral harus dihindari karena
menyebabkan penurunan reversibel pada
jumlah tombrosit.
Sedating antihistamines memungkinkan
meningkatkan efek sedatif dari CNF
depresant seperti alcohol, barbiturates,
hypnotics, opioid analgesics, anxiolytic
sedatives, and antipsychotics.

KETOTIFEN

Indikasi
: Konjugtifis alergi, terapi adjuvan pada pengobatan
kronik pasien anak-anak yang mengalami asma atopik yang digunakan
secara oral.
Kontraindikasi
: Hipersensitif pada obat ini atau formula dari obat
ini.
Efek samping
:
Untuk indikasi kongjuntivis alergi : pada organ matanya akan mengalami
reaksi alergi, panas atau menyengat, konjungtivis, adanya kotoran mata,
mata kering, nyeri mata, kelainan pada kelopak mata, rasa gatal, keratitis,
midriasis, photophobia, ruam. Pada saluran pernafasan akan mengalami
gejala faringitis dan flu. [kejadiannya hanya 1% dari 10%]
Untuk penggunaan secara oral maka akan mengenai sistem saraf pusat
yang akan berakibat mengalami efek sedasi (8% kejadiaanya;kurang dari
pasebo), sakit kepala hanya 1% kejadiannya lalu gangguan tidur hanya
1% juga kejadiannya yg terjadi. Pada kulitnya akan mengalami ruam
(4%)dan urtikaria (1%), selain itu akan mengalami penambahan bobot
badan (5%), nyeri perut (1%), nafsu makan bertambah (1%), serta
mengalami infeksi pernafasan, flu, bengkak pada kelompak (1%). Kurang
dari 1% kejadian terjadi pusing, eritema multiforme, steven-jonson
sindrom, trombositopenia, eksitasi, xerostomia, insomnia, dan iritasi.

Perhatian : kategori kehamilan C yang mana telah diteliti bahwa terjadi


kelainan pada janin untuk beberapa hewan tetpi tidak semua hewan diteliti.
Pada penggunaan topikal belum diteliti juga. Untuk response penundaan
klinis obat ini jika efek terapi bisa tidak jelas sampai bebarapa minggu saat
pertama digunakan untuk efek terapi full yang biasanya bisa mencapai 10
minggu terapinya. Pasien yang tidak memberikan respon yang cukup setelah
beberapa minggu harus dilakukan perawatan selama kurang dari 2-3 bulan
lamanya terapi. penundaan terapi bila diperlukan harus terjadi lebih dari 2-4
minggu tetapi gejala asma mungkin akan terulang tanpa lanjutan.
Interaksi Obat :
Acetylcholinesterase Inhibitors (Central): mengurangi efek obat penghambat
asetilkolinesterase dan terjadi risiko kehamilan katerori C
Amphetamines: mengurangi efek sedatif antihistamni dan juga dan terjadi
risiko kehamilan katerori C
Anticholinergics: akan meningkatkan efek samping dan toksik dari obat
antkolinergik kecuali Paliperidone dan terjadi risiko kehamilan katerori C
CNS Depressants: akan meningkatkan efek samping dan toksik dari obat CNS
depressant dan terjadi risiko kehamilan katerori C
Pramlintide: akan meningkatkan efek antikolinergik yakni yang spesifik
adalah gangguan saluran cerna dan risiko kehamilan D.
Ethanol/Nutrition/Herb Interactions Ethanol: akan meningkatkan efek yang
sama dengan obat ketotifen.
Drug Information Handbook, 17th edition

Dosis
:
Allergic conjunctivitis: dewasa dan anak umur 3 tahun atau
lebih adalah 1 tetes (0.025% solution ) pada matanya selama 2
kali sehari dengan interval 8-12 jam. [AHFS]
Ophthalmic: mengikuti dosis dewasa [DIH]
Atopic asthma (Note: bukan untuk serangan akut): Oral (belum
disetujui di amerika):
Anak-anak umur 6 bulan-3 tahun : 0.025 mg/kg sekali sehari atau
dalam 2 dosis terbagi selama 5 hari; untuk dosis pemeliharaan :
0.05 mg/kg 2 kali sehari
Anak-anak > 3 tahun : 0.5 mg sekali sehari atau dalam 2 dosis
terbagi selama 5 hari; pemeliharaan : 1 mg 2 kali sehari . [DIH]

Penyimpanan :
Larutan optalmik : pada suhu 25 derajat celcius
Sirup: pada suhu diatas 25 derajat celcius
Tablet: pada suhu 15-25 derajat celcius

KIE
Untuk mengobati konjungtivis alergi digunakan 1 tetes saja pada
matanya selama 2 kali sehari dengan interval 8-12 jam (pasien
dewasa dan anak-anak umur 3 tahun atau lebih)
Untuk Atopic digunakan secara per Oral (tidak boleh bersama
makanan) sekali dalm sehari selama 5 hari pemakaian (Anak-anak
umur 6 bulan-3 tahun : 0.025 mg/kg sekali sehari atau dalam 2 dosis
terbagi selama 5 hari; untuk dosis pemeliharaan : 0.05 mg/kg 2 kali
sehari), Anak-anak > 3 tahun : 0.5 mg sekali sehari atau dalam 2
dosis terbagi selama 5 hari; pemeliharaan : 1 mg 2 kali sehari . [DIH]
Selama penggunaan terapi dengan obat ini apabila terjadi reaksi
alergi seperti ruam, gatal yang parah maka segera hubung dokter.
Jika sedang atau akan menggunakan obat yang memiliki interaksi
dengan obat ini maka jangan digunakan dulu harus konsultasi dengan
dokter atau apoteker anda
Untuk penyimpanan obat ini maka yang sirupnya disimpan pada suhu
lebih dari 25 derajat, Larutan optalmik : pada suhu 25 derajat celcius,
dan Tablet: pada suhu 15-25 derajat celcius

Neo napacin

Mekanisme
Ephedrine
Meliris jaringan yang menyimpan epinefrin
dan dengan demikian menstimulasi alpha
dan beta-adrenergik; kerja panjang dan
kurang kuat dibandingkan epinefrin

Drug Information Handbook, 17th Edition

Mekanisme
Theophylline
Menyebabkan bronkodilatasi, diuresis, CNS
dan stimulasi jantung, dan sekresi asam
lambung
dengan
menghambat
phosphodiesterase
yang
meningkatkan
konsentrasi jaringan siklik adenin monofosfat
(cAMP) sehingga menstimulasi katekolamin
dari
lipolisis,
glikogenolisis,
dan
glukoneogenesis dan menginduksi pelepasan
epinefrin dari sel medula adrenal
Drug Information Handbook, 17th Edition

Interaksi

Ketika efedrin diberikan dengan teofilin (dalam rasio 25 mg efedrin 130


mg teofilin), jumlah efek samping meningkat secara signifikan, bila
dibandingkan dengan masing-masing obat yang diberikan secara
terpisah. Selain itu, kombinasi itu tidak lebih efektif daripada teofilin saja.
ES yang timbul: insomnia, gugup dan keluhan gastrointestinal (muntah)
Tingkat teofilin serum tidak berubah oleh efedrin.
Sebaliknya, sebuah penelitian kemudian menunjukkan bahwa efedrin 25
mg setiap 8 jam diberikan dengan aminofilin lakukan menghasilkan
perbaikan dalam spirometri dan tidak ada efek samping yang terlihat.
Namun, itu menghitung bahwa dosis teofilin digunakan adalah sekitar
setengah yang digunakan dalam penelitian sebelumnya.
Dalam pengobatan asma, efedrin sebagian besar telah digantikan oleh
simpatomimetik lebih selektif, yang memiliki efek samping yang lebih
sedikit.

Stockley's Drug Interactions, 8th Edition

Neo Napacin
Komposisi : teofilin 130 mg, efedrin 25
mg
Indikasi
: pencegahan dan terapi pada
bronkospasme dengan asma atau cronic
pulmonary disease, meringankan sesak
nafas, melonggarkan hidung tersumbat.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap
teofilin dan efedrin atau komponen lain
dalam formulasi.

Dosis : 3 x sehari 1 tablet.


interaksi :
Theophyllin
Allopurinol, nonselective beta-blockers, calcium
channel blockers, cimetidine, oral contraceptives,
corticosteroids, disulfiram, ephedrine, influenza virus
vaccine, interferon, macrolide antibiotics, mexiletine,
quinolone antibiotics, thyroid hormones:
meningkatkan kadar theophylline
Aminoglutethimide, barbiturates, hydantoins,
ketoconazole, rifampin, smoking (cigarettes and
marijuana), sulfinpyrazone, sympathomimetics:
menurunkan kadar theophylline.
Benzodiazepines and propofol: Theophylline may
antagonize sedative effects
Beta-agonists: Cardiovascular adverse effects may be
additive

efedrin
Alpha-Adrenergic Blockers (eg, Phentolamine):
Vasoconstricting and hypertensive effects are antagonized.
Diuretics: Vascular response may be decreased.
General Anesthetics (eg, Halothane, Cyclopropane)/Cardiac
Glycosides: The potential for the myocardium to be
sensitized to the effects of sympathomimetic amines is
increased. Arrhythmias may result with coadministration
and may respond to beta blockers.
Guanethidine: May negate antihypertensive effects.
MAOIs: Increases pressor response from vasopressors
significantly; hypertensive crisis and intracranial
hemorrhage are possible.
Rauwolfia Alkaloids, Methyldopa, Furazolidone: May result
in hypertension.
Tricyclic Antidepressants: May potentiate pressor response.
Urinary Acidifiers: May increase elimination of ephedrine.
Urinary Alkalinizers: May decrease elimination of ephedrine

Efek samping :
sakit kepala, insomnia, hipertensi, mual,
muntah, hiperglikemi
Perhatian :
hati-hati pemberian pada pasien dengan
hyperthyroidism, diabetes mellitus,
ischaemic heart disease, hypertension,
renal impairment, or angle-closure
glaucoma, hypertension, peptic ulcer

A to Z drug facts, martindale edisi 36 hal 1140, 1558

KIE
Digunakan untuk mengurangi sesak nafas
Cara penggunaan
Dimimum 3 x sehari 1 tablet setelah makan

Banyak minum air putih

Ephedrine hcl

MEKANISME KERJA
Menstimulasi reseptor alfa dan beta,
menyebabkan peningkatan detak jantung,
volum stroke tidak berubah atau diperbesar,
meningkatkan pengeluaran jantung, dan
meningkatkan tekanan darah. Menyebabkan
relaksasi otot polos dari bronkus dan saluran
GI, menstimulasi korteks serebral dan
dilatasi pupil.
A TO Z DRUG FACTS

INTERAKSI OBAT
Alpha-Adrenergic
Blockers
(eg,
Phentolamine):
Vasokontriksi
dan
efek
hipertensi diantagoniskan.
Diuretics: Respon vaskular bisa diturunkan.
MAOIs: Meningkatkan respon penekanan dari
vasopressors
secara
signifikan;
krisis
hipertensi dan hemorrhage intrakranial
mungkin terjadi.
Tricyclic
Antidepressants:
Bisa
mempengaruhi respon penekanan.
A TO Z DRUG FACTS

EPHEDRIN HCL
Informasi Obat

Pustaka

Komposisi

Indikasi

Nasal : Pengobatan hidung tersumbat; promosi hidung atau sinus drainase;


melegakan tuba eustachius yang tersumbat.
Oral: melegakan sesak napas, sesak dada, dan mengi yang disebabkan oleh asma
bronkial. Memudahkan bernapas untuk pasien asma dengan mengurangi kejang
otot pada bronkus.

(A to Z drug Facts)

Dosis

Oral: 25-50 mg setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan


Hidung tersumbat: semprot hidung: 2-3 semprotan ke setiap lubang hidung, tidak
lebih sering setiap 4 jam (DIH)

(Drug Information
Handbook ed 17)

Kontraindikasi

glaukoma sudut-penutupan; pasien anestesi dengan siklopropana atau halotan;


kasus di mana obat vasopressor merupakan kontraindikasi (misalnya,
tirotoksikosis, diabetes mellitus, hipertensi kehamilan); Terapi MAOI; glaukoma
sudut sempit; syok nonanaphylactic selama anestesi umum dengan hidrokarbon
terhalogenasi atau siklopropana.

(A to Z drug Facts)

Efeks samping

KARDIOVASKULAR: Palpitasi; takikardia; nyeri prekordial; aritmia jantung;


hipertensi. CNS: Sakit kepala; Insomnia; berkeringat; kegelisahan; vertigo;
kebingungan; delirium; kegelisahan; kecemasan; ketegangan; tremor; kelemahan;
pusing; halusinasi.
EENT: Penggunaan Nasal: iritasi lokal; bersin; pulih kemacetan.
GI: Mual; muntah; anoreksia; mulut kering.
GU: Sulit dan nyeri buang air kecil; retensi urin pada pria dengan prostatism;

(A to Z drug Facts)

Symbicort

Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja Formoterol melemaskan otot polos
bronkus dengan tindakan selektif pada reseptor beta2
dengan sedikit efek pada detak jantung. Formoterol
memiliki
efek
long-acting.
Budesonide
adalah
kortikosteroid yang mengontrol laju sintesis protein,
menekan migrasi leukosit polimorfonuklear / fibroblast,
membalikkan permeabilitas kapiler dan lisosom stabilisasi
pada tingkat sel untuk mencegah atau mengendalikan
peradangan

Interaksi

Amfoterisin B: Kortikosteroid (oral inhalasi) dapat meningkatkan efek hipokalemia dari


Amfoterisin B. Risiko C: Monitoring terapi
Antasida: Dapat menurunkan bioavailabilitas Kortikosteroid (Oral). Risiko D: Pertimbangkan
modifikasi terapi
Agen antidiabetes: Kortikosteroid (oral inhalasi) dapat mengurangi efek hipoglikemik dari
antidiabetes Agen. Dalam beberapa kasus, kortikosteroi-HPA axis telah menyebabkan krisis
adrenal akut, yang dapat bermanifestasi sebagai peningkatan hipoglikemia, terutama dalam
pengaturan insulin atau penggunaan agen antidiabetes lain. Risiko C: Monitoring terapi
Agen antijamur (azole Derivatif, sistemik): Dapat menurunkan metabolisme Kortikosteroid (lisan
Inhalasi). Risiko C: Monitoring terapi
Atomoxetine: Dapat meningkatkan efek takikardi dari Beta2-Agonis. Risiko C: Monitoring terapi
Beta blocker (Beta1 Selective): Dapat mengurangi efek saluran pernafasan dari Beta2-Agonis.
Perhatian khusus dengan nonselektif beta-blocker atau dosis yang lebih tinggi dari beta1
selektif beta-blocker. Risiko C: Monitoring terapi
Beta-blocker (non selektif): Dapat mengurangi efek saluran pernafasan dari Beta2-Agonis. Risiko
D: Pertimbangkan modifikasi terapi.

Drug Information Handbook 17th Edition

Symbiocort
A to Z drug fact
Iso indonesia vol. 44 hal, 460

Komposisi

Budesonide 80 mcg
Formoterol fumarat 4,5 mcg
Budesonide 160 mcg
Formoterol fumarat 4,5 mcg

Indikasi

Pengobatan regular asma untuk


dewasa dan anak > 12 tahun

Kontraindikasi

Hipersensitif

Dosis

2x sehari 1-2 inhalasi


Efek samping:
Sakit kepala, palpitasi,
tremor,takikardi, kram otot

Perhatian

Dosis dikurangi sedikit demi sedikit


sebelum dihentikan, selama
ekstraserbasi

Lanjutan...
Budesonide
Indikasi:
Intranasal : Manajemen gejala rhinitis alergi
musiman dan abadi pada orang dewasa dan anakanak (Rhinocort, Rhinocort Aqua); pengelolaan
nonallergic rhinitis abadi pada orang dewasa
(hanya Rhinocort)
inhalasi Oral: Untuk pengobatan pemeliharaan
asma sebagai terapi profilaksis pada orang dewasa
dan
anak-anak
dan
untuk
pasien
yang
membutuhkan terapi kortikosteroid oral untuk
suspensi asma (inhaler)
Inhalasi: pengobatan Pemeliharaan asma dan
terapi profilaksis pada anak-anak 12 mo ke 8 thn
kapsul Oral: penyakit Crohn

Lanjutan...
Kontraindikasi:
Infeksi lokal tidak diobati yang melibatkan
mukosa
hidung,
bantuan
dari
bronkospasme akut, pengobatan utama
status asmatikus atau asma akut lainnya
ketika
tindakan
intensif
diperlukan;.
Hipersensitif terhadap obat atau obat
senyawa produk Tidak direkomendasikan
untuk pengobatan rhinitis nonallergic
karena kurangnya data

Dosis:

Turbuhaler (Rhinocort) Dewasa dan Anak-anak setidaknya 6 tahun: Dosis awal Intranasal: 256
mcg / hari, diberikan sebagai 2 semprotan di setiap lubang hidung di pagi dan sore hari atau 4
semprotan di setiap lubang hidung di Pemeliharaan pagi : jumlah Terkecil diperlukan untuk kontrol
gejala (max, 4 semprot / hidung setiap hari).
Rhinocort Aqua Dewasa dan Anak-anak setidaknya 12 tahun : Semprot Mulailah dengan 64 mcg /
hari diberikan sebagai 1 semprot di setiap lubang hidung sekali sehari Pemeliharaan: Titrasi untuk
dosis efektif minimum (max, 256 mcg / hari diberikan sebagai 4 semprotan di setiap lubang hidung
sekali sehari ).
Dewasa dan Anak-anak 6 sampai di bawah 12 tahun :. Semprot Mulailah dengan 64 mcg / hari
diberikan sebagai 1 semprot di setiap lubang hidung sekali sehari Pemeliharaan: Titrasi untuk dosis
minimum efektif (max, 128 mcg / hari diberikan sebagai 2 semprotan di setiap lubang hidung sekali
sehari) .
Aerosol Dewasa: inhaler oral 200 hingga 400 mcg tawaran.
Anak-anak setidaknya 6 tahun: inhaler oral 200 mcg tawaran.
Respules Anak 12 mo ke 8 thn: Inhalasi suspensi Administer oleh rute inhalasi melalui nebulizer jet
terhubung ke kompresor udara.
Anak-anak menerima bronkodilator saja: 0,5 mg / hari diberikan sekali atau tawaran dalam dosis
terbagi (max, 0,5 mg / hari).
Anak-anak yang menerima kortikosteroid inhalasi: 0,5 mg / hari diberikan sekali atau tawaran
dalam dosis terbagi (max, 1 mg / hari).
Anak-anak menerima kortikosteroid oral: 1 mg / hari diberikan sebagai 0,5 mg bid atau 1 mg sekali

Efek samping:
o KARDIOVASKULAR: Hipertensi, palpitasi, takikardia (oral)
o CNS :Sakit kepala, pusing, kelelahan, hyperkinesias, paresthesia, tremor,
agitasi, peningkatan nafsu makan, kebingungan, insomnia, gugup, gangguan
tidur, mengantuk (oral)
o Dermatologic :Jerawat, alopecia, dermatitis, eksim, gangguan kulit,
meningkatkan berkeringat iritasi (oral)
o EENT : Nasal / perdarahan, membakar, menyengat, bersin, faringitis, glositis,
infeksi telinga, vertigo, kelainan mata, penglihatan normal (oral)
o GI :mulut kering; pencernaan , mual, dispepsia, nyeri perut, perut kembung,
muntah, gangguan anus, diperburuk penyakit Crohn, enteritis, nyeri
epigastrium, GI fistula, wasir, obstruksi usus, lidah edema, gangguan gigi
(oral)
o GU : Intermenstrual perdarahan, gangguan menstruasi, disuria , frekuensi
berkemih, nokturia, hematuria, piuria (oral) Hematologi: Leukositosis, anemia,
peningkatan laju endap darah (oral) Hipersensitivitas: reaksi Segera atau
ditunda termasuk urtikaria, angioedema, ruam, bronkospasme, wajah dan
lidah edema, pruritus, mengi ; dyspnea
o METABOLIK : Hipokalemia, peningkatan berat badan (oral)
o PERNAPASAN: Peningkatan batuk, infeksi saluran pernapasan, bronkitis,
dyspnea (oral)
o LAIN: Gejala hypercorticism, nyeri punggung, nyeri, asthenia, peningkatan
protein C-reaktif, nyeri dada , edema dependent, wajah edema, gejala seperti
flu, malaise, arthritis diperburuk, kram, mialgia, moniliasis, pembilasan (oral).

Interaksi :
Jus jeruk, ketoconazole, ini dapat
meningkatkan kadar plasma budesonide,
meningkatkan efek farmakologis dan
merugikan

Perhatian:
o Kehamilan: Kategori B. Laktasi: Gunakan hati-hati karena
kortikosteroid lainnya diekskresikan dalam ASI
o anak: Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6 tahun, keamanan
dan kemanjuran tidak didirikan pada anak-anak untuk Entocort EC
kortikosteroid oral dapat menekan pertumbuhan pada anak-anak
dan remaja , terutama dengan dosis yang lebih tinggi dalam waktu
lama,
o Lansia : Pilih dosis dengan hati-hati, mencerminkan frekuensi yang
lebih besar dari penurunan hati, ginjal, atau fungsi jantung dan
komorbiditas ,
o Infeksi jamur: pengobatan antijamur atau penghentian terapi
kortikosteroid mungkin diperlukan hipersensitivitas: reaksi
hipersensitivitas Segera terjadi
o Imunologi : Pasien yang menerima agen imunosupresan lebih
rentan terhadap infeksi dibandingkan orang dewasa yang sehat
Jika seorang pasien terkena campak atau cacar air, pencegahan
dan pengobatan yang tepat dapat diindikasikan ketokonazol:
Dapat meningkatkan kadar plasma bila digunakan bersamaan
Gunakan dengan hati-hati.
o Efek sistemik :Gunakan hati-hati pada pasien yang memakai setiap

KIE

Sebelum inhalasi nasal, anjurkan pasien untuk meniup lembut untuk membersihkan
saluran hidung. Sebuah dekongestan topikal dapat digunakan 15 menit sebelum
pemberian untuk memastikan penetrasi yang memadai.
Membuka dan mengunci adapter hidung ke tempatnya.
Pegang inhaler tegak. Kocok.
Masukkan inhaler dalam 1 lubang hidung; menutup lubang hidung dengan menekan pada
hidung dengan jari.
Mulai menghirup melalui hidung, bernafas dan dosis menggerakkan dengan menekan
tabung itu.
Ulangi prosedur untuk lubang hidung lainnya.
Ajarkan pasien untuk membersihkan bagian plastik dengan menghapus dari aerosol
tabung dan berendam dalam air hangat dengan deterjen ringan. Biarkan bagian
mengering sebelum mengganti.
Stres pentingnya menggunakan obat yang diresepkan. Anjurkan pasien untuk tidak
melebihi dosis yang ditentukan.
Peringatkan pasien untuk memanggil penyedia layanan kesehatan jika tanda-tanda
hidung, mulut, atau infeksi faring berkembang.
Jika pasien sedang dikonversi dari mulut ke hidung steroid, review tanda dan gejala
insufisiensi adrenal, yang mungkin terjadi beberapa hari atau minggu setelah konversi
selesai.
Anjurkan pasien untuk menggunakan hati-hati jika luka atau cedera terjadi pada bagian
hidung. Obat dapat mencegah atau memperlambat penyembuhan yang tepat.
Informasikan pasien untuk melaporkan setiap infeksi jamur dari hidung atau tenggorokan
ke penyedia layanan kesehatan.

Lanjutan...

Anjurkan pasien bahwa obat ini harus digunakan untuk terapi pencegahan hanya, itu
tidak boleh digunakan untuk membatalkan serangan asma akut.
Anjurkan pasien yang kortikosteroid sistemik telah berkurang atau ditarik untuk
membawa kartu peringatan yang menunjukkan perlunya steroid sistemik tambahan
pada saat stres atau serangan asma berat yang tidak responsif untuk bronkodilator.
Gunakan obat ini secara teratur dijadwalkan, bahkan jika pasien tidak memiliki gejala
saat ini.
Peringatkan pasien mengambil dosis imunosupresan kortikosteroid untuk
menghindari paparan cacar air atau campak.
Menyarankan pasien untuk mencari nasihat medis segera jika terkena.
Pada pasien yang menerima bronkodilator (misalnya, isoproterenol, metaproterenol,
albuterol) terhirup harus menggunakan bronkodilator beberapa menit sebelum
inhalan kortikosteroid untuk meningkatkan penetrasi steroid.
Menyarankan pasien untuk menghubungi dokter jika sakit tenggorokan berkembang.
Anjurkan pasien dalam penggunaan yang tepat.
Menyarankan pasien untuk menghubungi dokter jika gejala tidak membaik, jika
kondisi memburuk, atau jika bersin atau iritasi hidung terjadi.
Menyarankan pasien untuk tidak mengambil obat OTC tanpa berkonsultasi dengan
dokter.
Menyarankan pasien untuk menelan kapsul (misalnya, Entocort EC); tidak
mengunyah atau menghancurkan kapsul.
Anjurkan pasien untuk menghindari konsumsi jus jeruk selama terapi Entocort EC

Lanjutan...
Formoterol fumarate
Aksi:
Melemaskan otot polos bronkus.
Indikasi :
pengobatan pemeliharaan asma jangka panjang, pencegahan bronchospasms; pencegahan
bronkospasme induced latihan; terapi bersamaan dengan short-acting beta2-agonis, terhirup atau
kortikosteroid sistemik, dan terapi teofilin, jangka panjang administrasi dalam pemeliharaan
bronkokonstriksi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), termasuk bronkitis kronis
dan emfisema
kontra indikasi:
pertimbangan standar
Route / Dosis:
Pemeliharaan Pengobatan Asma
DEWASA DAN ANAK 5 thn: Inhalasi 12 mcg q 12 jam.
Pencegahan Latihan-Induced Bronkospasme
DEWASA DAN ANAK 12 tahun: Inhalasi 12 mcg 15 menit sebelum berolahraga diberikan pada sesekali,
dasar yang dibutuhkan.
Pemeliharaan Pengobatan PPOK
DEWASA: Inhalasi 12 mcg q 12 jam (max, 24 mcg / 24 jam).

Lanjutan...
Interaksi:
Diuretik, Steroid, Xanthine Derivatif: Semoga mempotensiasi
efek hipokalemia formoterol Nonpotassium Sparing Diuretik
(misalnya, loop atau thiazide diuretik) perubahan EKG dan
hipokalemia dapat diperburuk oleh formoterol MAOIs, trisiklik
Antidepresan, Obat Dikenal Memperpanjang QTc Interval
Formoterol mungkin mempotensiasi agen ini, meningkatkan
risiko aritmia jantung. Beta Blockers Efek dari kedua agen
dapat dihambat.

Efek samping:
KARDIOVASKULAR: Angina, hipertensi, hipotensi, takikardia,
aritmia, palpitasi CNS :. Gugup, sakit kepala, tremor, pusing,
kelelahan, malaise, insomnia, dysphoria EENT :. Rhinitis;
tonsilitis GI :. mulut kering, mual, gastroenteritis; perut nyeri;
dispepsia mETABOLIK: .. Hipokalemia; hiperglikemia; asidosis
metabolik LAIN: kram otot, infeksi dada, infeksi virus

Perhatian:
o Kehamilan: Kategori C.
o Laktasi: ANAK Undetermined : Keselamatan dan
kemanjuran pada anak <5 tahun tidak didirikan
o Kardiovaskular Efek : Sejak formoterol dapat
menghasilkan efek kardiovaskular klinis penting,
gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan kardiovaskular, insufisiensi terutama
koroner, aritmia jantung, dan hipertensi paradoks
o Bronkospasme : Jika bronkospasme paradoks
terjadi, hentikan formoterol dan terapi alternatif
lembaga akut memburuk, atau memburuk
o Asma: Penggunaan formoterol dalam kondisi ini
adalah tidak pantas.

KIE

Jelaskan nama, dosis, tindakan, dan potensi efek samping obat.


Anjurkan pasien pada penyimpanan dan penggunaan bubuk inhaler kering, mengacu
pada lembar instruksi yang disertakan dengan obat.
Ingatkan pasien bahwa kapsul hanya harus digunakan dengan Aerolizer Inhaler dan
tidak harus diambil melalui mulut.
Informasikan pasien untuk tidak mencuci Aerolizer Inhaler dan memiliki tangan kering
saat memegang kapsul yang mengandung obat.
Menyarankan pasien menggunakan> 1 obat inhalasi untuk menggunakan obat
bronkodilator short-acting pertama jika diperlukan dan kemudian menggunakan obat ini.
Ambil kortikosteroid inhalasi atau obat inhalasi kontroler lainnya lalu.
Ingatkan pasien bahwa obat ini tidak boleh digunakan lebih sering daripada tawaran
(pagi dan sore) untuk pengobatan pemeliharaan asma.
Ingatkan pasien bahwa jika menggunakan obat ini untuk mencegah bronkospasme
dipicu olahraga, menggunakan 15 menit sebelum latihan dan tidak mengambil dosis
tambahan untuk 12 jam.
Ingatkan pasien bahwa obat ini bukan "penyelamatan obat" dan tidak akan digunakan
untuk pengobatan asma akut atau memburuk.
Menyarankan pasien jika gejala asma memburuk setelah menggunakan obat ini, untuk
berhenti menggunakannya dan menginformasikan dokter segera.
Menginformasikan pasien yang formoterol bukanlah pengganti terhirup atau lisan
kortikosteroid dan tidak berhenti atau mengurangi dosis obat kortikosteroid mereka.
Menyarankan pasien untuk menghubungi dokter jika obat tampaknya tidak lagi untuk
mengontrol gejala asma atau jika dosis meningkat dari bronkodilator short-acting
("penyelamatan" obat) yang diperlukan.

TEOFILIN

MEKANISME KERJA
Merelaksasi otot polos bronkus dan menstimulasi jalannya pernafasan utama.
INTERAKSI OBAT
Allopurinol, nonselective beta-blockers, calcium channel blockers,
cimetidine, oral contraceptives, corticosteroids, disulfiram, ephedrine,
influenza virus vaccine, interferon, macrolide antibiotics (eg, erythromycin),
mexiletine, quinolone antibiotics (eg, ciprofloxacin), thyroid hormones:
meningkatkan kadar teofilin
Aminoglutethimide, barbiturates, hydantoins, ketoconazole, rifampin,
smoking (cigarettes and marijuana), sulfinpyrazone, sympathomimetics:
menurunkan kadar teofilin
Benzodiazepines and propofol: Teofilin bisa mengantagoniskan efek sedatif.
Beta-agonists:
Efek
samping
kardiovaskular
bisa
ditambahkan.
Bagaimanapun, bisa digunakan bersama untuk penambahan efek yang
bermanfaat.
Carbamazepine, isoniazid and loop diuretics: Bisa meningkatkan atau
menurunkan kadar teofilin.

A TO Z DRUG FACTS

Informasi obat
Komposisi : teofilin
Aksi : Melemaskan otot polos bronkus dan
merangsang pernafasan pusat.
Indikasi : Pencegahan atau pengobatan
bronkospasme reversibel yang
berhubungan dengan asma atau penyakit
paru obstruktif kronik . Off label:
Pengobatan apnea dan bradikardia
prematuritas ; pengurangan tremor
esensial
A to Z drug

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap xanthines ;


gangguan kejang tidak cukup dikendalikan dengan
obat-obatan . ( a to z drug)
Dosis : Dosis muatan: DEWASA & ANAK: PO 5 mg / kg.
Pemeliharaan: ANAK 9-16 thn & PEROKOK DEWASA
MUDA: PO 3 mg / kg tiap 6 jam. ANAK 1-9 thn: PO 4
mg / kg tiap 6 jam. LANSIA & kor pulmonal PASIEN: PO 2
mg / kg tiap 8 jam. PASIEN DENGAN CHF: PO 1-2 mg /
kg tiap 12 jam. DEWASA NONSMOKING: PO 3 mg / kg
tiap 8 jam (a to z)
Efek samping : mual , muntah , iritasi lambung , diare ;
palpitasi , takikardia , aritmia , hipotensi ; kecemasan ,
pusing , tremor , sakit kepala , stimulasi SSP ,
insomnia , dan kejang-kejang (BNF 61 ed, p:181)
Perhatian : Kehamilan : Kategori C. Laktasi :
diekskresikan dalam ASI . Efek jantung : Teofilin dapat
menyebabkan atau memperburuk sudah ada aritmia .
Efek GI : Teofilin dapat menyebabkan atau

KIE
Tekankan pentingnya tindak lanjut dengan dokter untuk memantau kadar
obat.
Jelaskan kepada pasien bahwa obat yang digunakan untuk mencegah
serangan asma dan harus digunakan terus menerus.
Jelaskan bahwa beberapa bentuk sustained release harus diambil pada
perut kosong. Produk sustained release tidak boleh dihancurkan atau
dikunyah.
Jelaskan bahwa rendah protein, diet tinggi karbohidrat dapat
meningkatkan kadar teofilin sementara tinggi protein, diet rendah
karbohidrat dan makanan arang-panggang dapat menurunkan kadar
teofilin.
Pasien waspada terhadap efek samping yang umum termasuk sakit
perut, mual, insomnia, tremor, jantung berdebar, dermatitis eksfoliatif
dan urtikaria.
Beritahu pasien untuk menghindari produk makanan yang mengandung
kafein.
Anjurkan pasien untuk tidak mengambil dosis ekstra teofilin untuk
serangan asma akut.
Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum
mengambil persiapan otc. (A to Z)

Ventolin

Mekanisme kerja
Adrenoseptor merelaksasi otot polos
melalui peningkatan cAMP intraseluler
yang mengaktivasi suatu protein kinase
sehingga menghambat kontraksi otot
dengan
cara
memfosforilasi
dengan
menghambat kinase rantai pendek miosin
sehingga otot polos terelaksasi.

at a glance

Interaksi
Penggunaan salbutamol dan beta 2 agonos lainnya
dengan kortikosteroid, diuretik, atau xanthines
meningkatkan risiko hipokalemia.
Martindhale 36 th

Beta-Blockers: bronchospasms berat dapat diproduksi


pada pasien asma mengambil albuterol (salbutamol).
Digoxin: Albuterol (salbutamol) dapat menurunkan
kadar digoxin serum.
Diuretik: perubahan EKG dan hipokalemia terkait
dengan diuretik tersebut dapat memperburuk
dengan albuterol(salbutamol) coadministration.
A to Z drugs Facts

Ventoline
A to Z drug fact

Sediaan
(komposisi
)

Ventolin
Tablets: 2 mg (as sulfate), 4 mg (as sulfate)
Syrup: 2 mg (as sulfate) per 5 mL
Aerosol: Each actuation delivers 90 mcg albuterol
Solution for inhalation: 0.5% (as sulfate)
Ventolin Nebules
Solution for inhalation: 0.083% (as sulfate)
Ventolin Rotacaps
Capsules for inhalation: 200 mcg microfine (as sulate)

Indikasi

Pencegahan dan pengobatan bronkospasme reversibel terkait


dengan asma dan penyakit paru obstruktif lainnya. Terapi
ajuvan hiperkalemia pada pasien yang menjalani dialisis.

Kontraindika jantung takiaritmia


si

Dosis
Inhalasi Aerosol
DEWASA DAN ANAK 4 tahun ( 12 tahun untuk Proventil): 1 sampai 2 kali sehari, 4
sampai 6 jam. pencegahan bronkospasme akibat exercise : 2 kali sehari, 15 menit
sebelum exercise.
Inhalation solution. DEWASA DAN ANAK 2 tahun: 2,5 mg / dosis 3 sampai 4 kali / hari
nebulization. Anak-anak sampai 12 tahun (AccuNeb): 1,25 mg atau 0,63 mg 3 sampai 4
kali / hari nebulization.
Oral
DEWASA DAN ANAK 12 tahun: PO 2 sampai 4 mg / dosis 3 sampai 4 kali / hari. Jangan
melebihi 32 mg / hari. ANAK-ANAK 6 sampai 12 tahun: PO 2 mg / dosis 3 sampai 4 kali /
hari. Jangan melebihi 24 mg / hari. ANAK-ANAK sampai 6 tahun: PO 0,1-0,2 mg / kg /
dosis 3 kali / hari. Jangan melebihi 12 mg / hari. DEWASA DAN ANAK> 12 tahun,
diperpanjang-Release (Volmax): PO 8 mg tiap 12 jam
Sirup
DEWASA DAN ANAK > 12 tahun: 2 atau 4 mg (1 sampai 2 sdt) 3 atau 4 kali / hari. Dosis>
4 mg 4 kali / hari mungkin tepat ketika pasien gagal untuk merespon. ANAK-ANAK 6
sampai 12 tahun: 2 mg (1 sdt) 3 atau 4 kali / hari. Dosis 2 mg 4 kali / hari dapat
ditingkatkan dengan hati-hati. Jangan melebihi 24 mg / hari dalam dosis terbagi. ANAK
sampai 6 tahun: Memulai pada 0,1 mg / kg 3 kali / hari. Dosis dapat ditingkatkan 2 mg 3
kali / hari. Tidak melebihi 2 mg 3 kali / hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 0,2 mg / kg
3 kali / hari, tetapi tidak melebihi 4 mg 3 kali / hari. Lansia dan mereka yang sensitif
terhadap rangsangan adrenergik-b: Batasi dosis awal 2 mg (1 sdt) 3 atau 4 kali / hari.
Individualize dosis setelahnya.

Efek
samping

KARDIOVASKULAR: Palpitasi; takikardia; BP tinggi;


sesak dada; angina. SSP: Tremor; pusing; hiperaktif;
kegelisahan; sakit kepala; Insomnia; kelemahan;
mengantuk; kegelisahan. EENT: Mulut kering; iritasi
tenggorokan. GI: Mual; muntah; mulas; diare. GU:
retensi urin. PERNAPASAN: Batuk; bronkospasme;
mengi; dyspnea. LAINNYA: Flushing; berkeringat;
anoreksia; perubahan sensorik yang tidak biasa.

Precaution

Kehamilan: Kategori C.
Laktasi: Tidak diketahui.
Tenaga Kerja dan Pengiriman: Semoga menghambat
kontraksi uterus. ANAK: aerosol Albuterol dan bubuk
inhalasi pada anak-anak <4 tahun dan solusi albuterol
untuk inhalasi pada anak-anak <2 tahun belum ditetapkan.
Efek kardiovaskular: gejala Toxic dapat terjadi pada pasien
dengan gangguan kardiovaskular. CNS
Efek: stimulasi SSP dapat terjadi; menggunakan hati-hati
pada pasien dengan riwayat kejang atau hipertiroidisme.
Diabetes: Dosis penyesuaian insulin atau agen hipoglikemik
oral mungkin diperlukan.
Penggunaan berlebihan: bronkospasme paradoks dan
serangan jantung telah dikaitkan dengan penggunaan
inhalan berlebihan. Hipokalemia: Penurunan kadar kalium
telah terjadi. Toleransi: Jika dosis sebelumnya efektif gagal

KIE
Beritahu pasien untuk tidak mengunyah atau
menghancurkan kapsul.
Ajarkan metode yang tepat pada pasien
untukmenggunakan meteran-dosis inhaler.
Menyarankan pasien untuk menjaga asupan
cairan 2000 mL / hari.
Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan
inhaler otc tanpa konsultasi dokter.
Anjurkan pasien untuk menghubungi dokter
jika gejala tidak berkurang dengan dosis
normal.
Beritahu pasien untuk melaporkan reaksi
yang merugikan atau efek samping.

ATROVENT
IPRATROPIUM BROMIDE

MEKANISME KERJA

Ipratropium
bromide
merupakan
antimuscarinic
bronchodilator.
Obat-obatan
antimuscarinic
memiliki
sifat
bronkodilator.Sistem saraf parasimpatik memainkan peran
dalam regulasi tonus bronchomotor. Senyawa amonium
kuaterner ipratropium bromida, oxitropium bromida, dan
tiotropium
bromida
adalah
antimuskarinik
utama
(antikolinergik) sebagai bronkodilator yang digunakan saat
ini; antimuscarinic mengurangi efek SSP sehingga mereka
memiliki lebih sedikit efek pada klirens mukosiliar
dibandingkan obat-obatan seperti atropin, yang dapat
menghasilkan akumulasi sekresi saluran napas bagian
bawah yang kental dan risiko penyumbatan oleh lendir pada
pasien.
Sebuah antimuskarinik mungkin merupakan bronkodilator
pilihan dalam pengelolaan penyakit paru obstruktif kronik.
Pada pasien dengan asma mereka biasanya disediakan

Ipratropium dapat memberikan bantuan


jangka pendek pada asma kronis, efek
maksimal
terjadi
30-60
menit
setelah
digunakan; durasi kerjanya adalah 3 sampai 6
jam dan bronkodilatasi biasanya dapat
dipertahankan dengan pengobatan 3 kali
sehari.
Setelah terhirup, sekitar 10 sampai 30% dari
dosis disimpan di paru-paru di mana itu akan
memberikan efek terapeutik. Hanya sejumlah
kecil ipratropium mencapai sirkulasi sistemik.
Mayoritas dosis ditelan tetapi sulit diserap dari
saluran
pencernaan.
Ipratropium
dan
metabolitnya dieliminasi dalam urin dan feses.
BNF 61 hal 180

Interaksi obat

Banyak obat memiliki efek antimuskarinik; Penggunaan bersamaan


dari dua atau lebih obat tersebut dapat meningkatkan efek samping
seperti mulut kering, retensi urin, dan konstipasi; Penggunaan
bersamaan juga dapat menyebabkan kebingungan pada orang tua.
Interaksi umumnya tidak berlaku untuk antimuscarinics digunakan
melalui inhalasi.
Efek dari atropin dan dapat meningkat dengan menggunakan dengan
obat lain memiliki sifat antimuskarinik.
Penurunan motilitas lambung yang disebabkan oleh antimuscarinics
dapat mempengaruhi penyerapan obat lain.
Antihistamin: peningkatan risiko efek samping antimuskarinik.
Antidepresant: peningkatan risiko efek samping antimuskarinik ketika
antimuscarinics diberikan dengan MAOI atau trisiklik.
Antifungal: antimuscarinics mengurangi penyerapan ketokonazol.
Antipsikotik: antimuscarinics mungkin mengurangi efek haloperidol;
meningkatkan risiko efek samping antimuskarinik ketika
antimuscarinics diberikan dengan clozapine; antimuscarinics
mengurangi konsentrasi plasma dari fenotiazin, tapi risiko efek
samping antimuskarinik meningkat.

Indication
Bronchospasm:
Maintenance
treatment
of
bronchospasm associated with COPD, including
chronic bronchitis and emphysema, used alone or in
combination with other bronchodilators (especially
beta-adrenergics). Rhinorrhea: Symptomatic relief
of rhinorrhea associated with allergic and
nonallergic rhinitis and symptomatic relief of
rhinorrhea associated with the common cold in
patients 12 yr for aerosol and solution, 6 yr for
0.03% nasal spray, and 5 yr for 0.06% nasal spray.
Contraindication
Hypersensitivity to atropine or any anticholinergic
derivatives or to soya lecithin or related food
products.

Dosage
ADULTS: Aerosol/Inhalation: 2 inhalations (36
mcg) qid (max 12 inhalations/24 hr). Do not exceed
12 inhalations in 24 hours. Solution: 500 mcg (1
unit dose vial) administered 3 to 4 times a day by
oral nebulization, with doses 6 to 8 hr apart. The
solution can be mixed in the nebulizer with
albuterol if used within 1 hr.
Spray 0.03 formulation: 2 sprays (42 mcg) per
nostril 2 or 3 times daily (optimum dose varies).
0.06 formulation: 2 sprays (84 mcg) per nostril 3 or
4 times daily (optimum dose varies).
Interaction
Anticholinergics: There is some potential for additive
anticholinergic effects when administered with other
anticholinergic agents.

Precautions
Pregnancy: Category B. Lactation: Undetermined. Children:
Safety and efficacy in children < 12 yr not established for
aerosol and solution; < 6 yr for 0.03% nasal spray; < 5 yr
for 0.06% nasal spray. Special risk patients: Use drug with
caution in patients with narrow-angle glaucoma, prostatic
hypertrophy, bladder neck obstruction due to increased risk
for precipitation or worsening of underlying disease. Acute
bronchospasm: Not indicated for initial treatment of acute
episodes of bronchospasm in which rapid response is
required. For relief of bronchospasms in acute exacerbations
of COPD, drugs with faster onset may be preferable as initial
therapy. The combination of ipratropium and beta agonists
in the relief of bronchospasms associated wtih COPD has
not been demonstrated to be more efficacious than either
drug
alone.

Administration/ Storage
Inhalation
Store at room temperature. Avoid excessive humidity.
Allow 1 to 2 min between inhalations.
Shake inhaler well before administration.
If patient is also receiving an inhaled beta 2-agonist, give beta2agonist before administering ipratropium.
Use spacing device (eg, Aerochamber) to facilitate intrapulmonary
deposition.
Have patient rinse mouth with water or mouthwash after each use.
Nasal spray
Initial pump priming: 7 actuations of the pump. For regular use, no
further priming is required. If not used for > 24 hours, 2 actuations
are needed. If not used for > 7 days, 7 actuations are needed.
Store tightly between 59 and 86F. Avoid freezing.
Solution
Store at room temperature. Protect from light. Store unused vials in
the foil pouch.

Assesment
Obtain patient history, including drug history and
any known allergies.
Assess respiratory status before initiation of
therapy and monitor after inhalation of
ipratropium. Therapeutic response is demonstrated
by patient's ability to breathe adequately.
If exacerbation of symptoms occurs, notify
physician.
Give patient frequent sips of water and sugarless
hard candy or gum to relieve dry mouth.
Since drug tolerance may develop with long-term
therapy, dosage may need to be increased.

Education (KIE)

Instruct patient on proper use of inhaler. Explain value of using spacing device.
Instruct patient on proper sequencing and timing if using more than one inhaled agent.
Teach patient how to determine when canister is empty and needs to be replaced.
Teach patient how to properly use the nasal spray.
Caution patient not to rely on ipratropium for acute bronchospasm.
For relief of dry mouth, suggest use of saliva substitute, practice of good oral hygiene,
rinsing of mouth after inhalation. Instruct patient to take sips of water frequently, suck
on ice chips or sugarless hard candy, or chew sugarless gum.
Caution patient to avoid spraying aerosol in eyes; temporary blurred vision may result.
Advise patients using aerosol to seek immediate medical attention if recommended
dosage does not provide relief or if symptoms worsen.
Advise patients not to use other inhaled drugs unless prescribed while taking
ipratropium inhalation aerosol.
Use a nebulizer with a mouthpiece for the solution rather than a face mask to reduce the
likelihood of the solution reaching the eyes.
Instruct patient to notify physician if condition worsens or if the following symptoms
occur: Dizziness, nausea, headache, palpitations, or cough.
Advise patient using nasal spray to avoid spraying in or around eyes. Patient should
contact physician if experiencing eye pain, blurred vision, excessive nasal dryness, or
nasal bleeding.
Advise patient that drug may cause dizziness and to use caution while driving or
performing other tasks requiring mental alertness.

TERAPI NONFARMAKOLOGI
1. Edukasi kepada pasien/keluarga untuk meningkatkan
pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan
pola penyakit asma sendiri)
2. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
3. Pemberian oksigen
4. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama
pada anak-anak
5. Kontrol secara teratur
6. Pola hidup sehat
Dapat dilakukan dengan :
- Penghentian merokok
- Menghindari kegemukan
- Kegiatan fisik misalnya senam asma

Cara penggunaan Inhaler

1. Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.


2.Buka tutup inhaler dan kocok inhaler dengan teratur.
3.Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka
untuk penggunaan pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara
untuk mengecek apakah inhaler berfungsi dengan baik.
4.Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan. Lalu letakkan bagian mulut
inhaler pada mulut (diantara gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut
dengan merapatkan bibir (jangan digigit).
5.Mulai dengan bernapas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil
bernapas secara berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan
obatnya. Satu kali tekan merupakan satu kali semprotan obat.

6. Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paruparu.
7. Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang
terasa) lalu buang napas perlahan.
8. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok
kembali inhaler, ulangi langkah 4 sampai 7.
9. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.
10. Setelah selesai, berkumur-kumur, dan catat dosis yang sudah terpakai.

How to make inhaler

Anda mungkin juga menyukai