TINJAUAN PUSTAKA
1. Penegertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka adalah ruang yang bisa di askes oleh masyarakat baik secara langsung
dalam kurun waktu tervatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tudak tertentu.
Ruang terbuka itu sendiri bisa brbetntuk jalan, troroar, ruang terbuka hijau seperti taman kota,
huta dan sebagainnya (Hakim dan Utomo, 2004).
Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegtasi guna mendukung
manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep.
Pekerjaan Umum, 2008).
RTH Kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau kota,
kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan.
(Chafid Fandeli, 2004).
RTH adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamamiah
ataupun sengaja ditanam. Keberadaan RTH meruapakan salah satu unsur penting dalam
membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. (UU no.26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang).
Ruang terbuka tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan interaksi sosial dalam
sebuah kawasan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga sistem ekologis lingkungan
secara keseluruhan di sampin mendukung terbentuknya unsur estetis lingkungan. (Hidayah,
2012.
RTH merupakan salah satu elemen perkotaan yang sangat penting untuk menunjang
kehidupan dsan aktivitas penduduk, karena pada dasarnya RTH merupakan unsur alamiah
yang berperan dalam mewujudkan kota yang berwawasan lingkungan. (Branch, 1995).
Secara umum ruang terbuka adalah semua tanah dan air yang tidak tertutup
bangunan. (Lynch, 1996)
Ruang terbuka adalah bagina dari permukaan tanah di dalam area permukiman atau di
luar area permukiman. (Rahmi, 1999)
Ruang terbuka menurut Laurie (1979) ada tiga bagian :
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, seperti perhutan, pertaman, perairan, dan
sebgainya.
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia, misalnya
cagar alam (hutan, laut, daerah budaya, dan sejarah)
3. Ruang terbuka untuk kesempatan, kesejahteraan, dan kenyamanan, antara lain untuk
kepentingan umum bersama.
Penyediaan RTH yang bersifat privat, melaui pembatasan lepadatan serta kriteria
pemanfataannya
Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota)
Pengatur iklim mikro agar sistem sikulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar
Sebagai peneduh
Produsen oksigen
Penahan angin
II.
Fungsi Ekonomi
Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun,
sayur mayur.
III.
Fungsi Estetika
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utaman ini dapat di kombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan berkelanjutan kota seperti perlindungan
tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.
B. MANFAAT
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas :
I.
II.
5. Tipologi RTH
Tipologi RTH sebagai berikut :
a. Fisik : RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan.
b. Fungsi : RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.
c. Struktur Ruang : RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.
d. Kepemilikan : RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.
6. Penyediaan RTH
Penyedian RTH di kawasan perkotaann dapat didasarkan pada :
a. Luas wilayah
b. Jumlah penduduk
c. Kebutuhan fungsi tertentu
Ruang terbuka hijau di perkotaan trdiri dari RTH Publik dan RTH Privat.
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.
Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Perencanaan
Pengadaan lahan
Perancangan teknik
d. Penyediaan dan pemanfaatan RTH privat yang dilaksankan oleh masyakarakat termasuk
pengembangan disesuaikan dengan ketentuan perijinan pembangunan.
e. Pemanfaatan RTH untuk penggunaan lain seperti pemasangan reklame (billboard) atau
reklame 3 dimensi, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tidak menggangu fungsi utama RTH yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.
REFERENSI
1. Triyono Puspitojati & Ismayadi Samsoedin, April 2015 Kajian Pengembangan Ruang
Terbuka Hijau Di Kota Bandung. Volume 12 No 1, April : 55-56
2. Budi Santoso dkk, Mei 2012 Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan
Perkampungan Pleburan Tegal, Ngeglik Sleman. Volume VIII No 1, Me 2012
3. Diakses, hari Sabtu 09 April 2016, pukul 22.03 wib : www.penataanruang.com/ruangterbuka-hijau.html
4. Diakses, Minggu 08 Mei 2016, pukul 21.09 wib :
http://www.bakosurtanal.go.id/assets/download/artikel/BIGRuangTerbukaHijauyangSemakin
Terpinggirkan.pdf
5. Theodorus Brahmantyo, Dr.Ir. Iwan Kustiwan, MT, Evaluasi Penyediaan Ruang Terbuka
Hijau Sebagai Infrastruktur Hijau di Kota Bogor dan Cirebon, Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota A SAPPK V2N1.
6. Ir. Irina Mildawani, MT dkk, Aplikasi Sitem Informasi Geografis (SIG) dalam Analisis
Pemenfaaatan dan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) studi kasusu Kota Depok.