Anda di halaman 1dari 14

IMUNITAS LOKAL DAN ASI DALAM

HOMEOSTASIS MUKOSA DAN


PERTAHANAN TERHADAP INFEKSI

Disusun Oleh:
Annastasya Vega Arminda

P23131114004

Bestari Habi

P23131114007

Ghaby Ardelia Putri

P23131114014

DIV 4A

Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 2
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Mei 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Imunologi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Imunitas Lokal
dan ASI dalam Homesotasis Mukosa dan Pertahanan terhadap Infeksi.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Moesijanti Y. E. Soekatri, M.C.N
selaku dosen kami yang telah membantu dan memberikan masukan dalam
mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jakarta, 8 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
2.1 Imunitas Lokal............................................................................................ 2
2.2 Mukosa Homeostatis.............................................................................. 3
2.3 Infeksi...................................................................................................... 3
2.4 Pertahanan Antibodi Perantara selama Neonatal...................................................4
2.5 Imunitas dari ASI........................................................................................ 5
2.6 Induksi Imun dalam MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)...........................8
2.7 Regulasi Homeostasis Imun............................................................................9
2.8 Efek Pelindung dan Immunoregulator dari ASI..................................................10
Daftar Pustaka.......................................................................................... 11

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai aktivitas manusia memberikan konstribusi untuk produksi pathogen
dan antigen lain yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Dalam upaya
mempertahankan tubuh dari serangan antigen tersebut, diperlukan sebuah sistem
pertahanan tubuh yang akan melindungi tubuh manusia dari serangan pathogen.
Pertahanan tubuh ini bisa terbentuk pada saat neonatal (bayi). ASI yang
diberikan oleh ibu kepada bayinya dapat membentuk system imun. Artinya, bayi yang
baru lahir perlu diberikan ASI eksklusif untuk pembentukan pertahanan tubuh untuk
dirinya sendiri dan masih banyak manfaat lainnya. Sistem tubuh tidak hanya berguna
sebagai perlindungan tubuh terhadap pathogen, namun bergula pula untuk menjadi
homeostasis tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini diantaranya sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa definisi dari imunitas lokal, homeostasis mukosa, dan infeksi?


Bagaimana pertahanan antibodi perantara selama neonatal?
Apa pentingnya imunitas dari ASI?
Induksi imun dalam Mucosa-associated Lymphoid Tissue (MALT)
Regulasi homeostatik dalam imun
Efek perlindungan dan immunoregulator pada ASI

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Imunologi dan memberikan pengetahuan kepada kami sebagai penulis dan temanteman tentang Imunitas Lokal dan ASI dalam Homeostasis Mukosa dan Pertahanan
terhadap Infeksi.
1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Imunitas Lokal
Imunitas lokal diberikan oleh sekretori IgA yang diproduksi oleh sel plasma
yang terdapat di permukaan mukosa atau kelenjar sekretori. Disana terdapat
transportasi selektif kekebalan tubuh antara permukaan mukosa dan kelenjar
sekretori. Sekretori IgA terkonsentrasi di sistem sekresi dan pada permukaan mukosa
membentuk paste antibody dan berperan penting dalam imunitas lokal terhadap
pernafasan dan pathogen usus.
Pada proses evolusi sistem mukosa imun telah mengembangkan dua arah atau
dua kemampuan pertahanan adaptive, yaitu:
1. Antigen exclusion (mengeluarkan antigen) dengan cara mengeluarkan antibody
berupa IgA dan IgM untuk memodulasi atau menghambat kolonisasi permukaan
mikroorganisme dan mengurangi penetrasi agen yang secara potensial berbahaya.
2. Mekanisme supresi untuk menghindari hipersensitif dari lokal dan periferal
melawan substansi inococcus yang menyerang permukaan mukosa.
Nampaknya toleransi oral merupakan imunitas adaptive yang kuat, bila dilihat
dari fakta bahwa lenih dari satu ton makanan dapat masuk ke dalam usus manusia
dewasa setiap tahunnya, menyebabkan penyerapan antigen secara besar besaran.
Akan tetapi, masa neonatal merupakan masa masa krtitis pertahanan mukosa dari
infeksi atau alergi. Hal ini dikarenakan sistim pertahanan mukosa dan
immunoregulator belum terbentuk dengan baik. Pembentukan dari sistim imun
mukosal pada post-natal bergantung terhadap pembentukan mikroflora serta pada saat
antigen pertama masuk

2.2 Mukosa Homeostatis


Kekebalan mukosa telah menjadi subjek penelitian yang ekstensif. Hal ini
jelas bahwa lalu lintas yang cukup dari sel terjadi antara mukosa, epitel, dan sekresi,
atau limfoid, situs jaringan. Data mendukung konsep sistem umum Mucosaassociated Lymphoid Tissue (MALT), yang meliputi usus, paru-paru, kelenjar susu,
ludah, kelenjar lakrimal, dan saluran kelamin.
Melalui respon imun dari MALT, reaksi terhadap imunogen di situs mukosa
mungkin merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kekebalan di tempat yang
jauh. Antibodi terhadap antigen spesifik yang ditemukan dalam susu juga ditemukan
di dalam air liur, yang merupakan bukti untuk transfer perlindungan untuk dua tempat
yang berbeda secara bersamaan.
Bukti menunjukkan bahwa kelenjar susu dapat bertindak sebagai ekstensi dari
usus terkait jaringan limfoid Gut-associated Lymphoid Tissue (GALT). Kemampuan
permukaan epitel yang terekspos faktor eksternal bertugas untuk melindungi dari
agen infeksi yang telah diteliti pada daerah Gastro Intestinal (GI), tempat
pengeluaran urin, dan saluran pernapasan.

2.3 Infeksi
Infeksi merupakan tempat dan berkembangnya parasit pada atau di dalam
tissue seseorang yang akan menyebabkan infeksi. Infeksi tidak selalu menghasilkan
penyakit, namun penyakit adalah akibat dari infeksi. Sumber infeksi bisa berasal dari
manusia, binatang, serangga, tanah dan air, serta makanan.
Di negara berkembang peningkatan paparan antigenik pada bayi selama rawat
inap atau selama pengasuhan menghasilkan banyak antibodi di salivanya. Pola yang
sama dilakukan pada anak yang baru masuk sekolah dan menunjukkan bahwa
paparan antigenik cukup tinggi. Pada penelitian membujur pada anak usia 3 hingga
4,5 tahun, tingginya jumlah IgA saliva memiliki hubungan dengan jumlah infeksi
Saluran Pernafasan Atas dan rendahnya temperatur udara. Beberapa studi
3

menunjukkan bahwa tingginya jumlah IgA di saliva berhubungan dengan respon


infeksi pada pernafasan.

2.4 Pertahanan Antibodi Perantara selama Neonatal


Enterosit adalah sel yang berperan dalam penyerapan air sel dan usus. Pada
mamalia memainkan peran penting pada perlindungan janinnya, tidak hanya
membentuk mekanisme pertahanan tetapi juga memberikan asi yang mengandung
antibodi dari ibu ke lumen usus sehingga anak-anak mendapatkan imunitas pasif pda
saat baru lahir.
Fetus manusia memperoleh maternal IgG melalui plasenta. Asupan antibodi
sekretori IgA (SIgA) setelah disusui memiliki sedikit pengaruh atau tidak sama sekali
kepada imunitas sistemik (Ogra, 1977; Klemola,1986). Walaupun pembentukan usus
pada manusia terjadi sebelum kelahiran, sistem pertahanan tubuh yang menetap pada
mukosa mungkin tidak akan terbentuk dengan semestinya hingga anak berusia 2
tahun. Tetapi kolonisasi setelah lahir dengan bakteri yang biasa itu penting untuk
membentuk dan meregulasi perlindungan epitel yang baik. Setelah lahir, mukosa
bertubi-tubi dikenali berbagai macam mikroorganisme, termasuk antigen protein dari
lingkungan sekitar, terutama susu formula.
Permukaan mukosa usus yang harus dilindungi sangatlah luas, sekitar 100x yang ada
di permukaan kulit. Kenyataannya berbagai macam mukosa adalah tempat yang
disukai untuk masuknya berbagai macam infeksi, alergi, dan karsinogen. Pada
kebanyakan jaringan mukosa, perlindungan epitel memiliki satu lapisan karena itu
sangat rawan, sehingga pertahanan ini merupakan tugas yang cukup berat. Akan
tetapi, pada kebanyakan bayi akan berkembang pada keadaan yang spesifik
memperlihatkan pertahanan yang baik melawan infeksi apabila sistem innate non
spesifik mucosal bekerja dan berkembang secara normal.
Hal ini dapat menjelaskan fakta bahwa perlindungan mukosa pada bayi telah
disediakan oleh IgG maternal yang merupakam 50-60% dari cairan intravaskulart.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pertahanan mukosa secara optimum pada masa
neonatal bergantung kepada cukup atau tidaknya asupan ASI.

2.5 Imunitas dari ASI


Siapapun akan menyetujui jika ASI merupakan gizi lengkap untuk bayi.
Karena semua yang dibutuhkan anak untuk pertumbuhannya sudah terkandung
didalamnya (karbohidrat, protein, serat, vitamin, dan mineral), termasuk juga
imunitas tubuhnya. Kelebihan lain dari ASI dalam meningkatkan imunitas tubuh,
yaitu:
1. Dengan keluarnya kolostrum yang keluar pada hari-hari pertama setelah bayi lahir
(ASI yang berwarna kekuning-kuningan dan kental). Mengandung zat kekebalan
(antibody) yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi
yang tinggi.
2. ASI juga mengandung prebiotik FOS (Fructo Oligosakarida) dan GOS (Galacto
Oligosakarida) yang sangat bermanfaat untuk perkembangan pertumbuhan anak
dalam jangka panjang, selain itu kandungan oligosakarida membuat feses bayi
yang diberikan ASI memiliki tekstur yang lembut, dengan demikian bayi
terhindar dari keluhan konstipasi (susah BAB).
3. Membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri sehat dalam saluran pencernaan
yang membantu melancarkan pencernaan, menyerap zat gizi yang baik, dan
mengurangi pertumbuhan bakteri pathogen, dan meningkatkan dinding saluran
pencernaan.
4. Mencegah infeksi seperti infeksi saluran pernafasan maupun diare. Selain
daripada itu bayi yang diberikan ASI selama 13 minggu pertama hingga tahuntahun pertama dalam kehidupannya, memiliki tingkat infeksi pernafasan dan
infeksi saluran pencernaan yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi lainnya
yang diberikan susu formula biasa.
5. Mengurangi resiko alergi. Salah satu penyakit alergi yang dialami pada bayi
adalah dermatitis atopic (kemerahan pada kulit), karena factor makanan atau
suhu. Dengan pemberian ASI, maka insiden dermatitis atopic akan menurun.
6. ASI juga mengandung Choline yaitu yang biasa disebut sebagai vitamin memori.
Hal ini dapat meningkatkan kemampuan daya ingat bayi hingga dewasa, bahkan
sampai usia lanjut.
7. ASI mampu memenuhi 90% kebutuhan akan vitamin C.

8. Secara emosional dengan pemberian ASI akan mendekatkan ibu dengan anaknya
(kegiatan eksklusif). Dengan kata lain, kunci agar proses tumbuh kembang anak
berjalan optimal, sangat disarankan untuk member ASI eksklusif sampai 6 bulan,
dan setelah itu dengan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI) ASI tetap
diberikan hingga usia 12 bulan. Bahkan dapat terus berlanjut hingga usia 2 tahun.
Dari aspek imunologi pada ASI, terdapat keunggulan lainnya yaitu ASI
mengandung zat anti infeksi, bersih, dan bebas terkontaminasi. Dalam ASI juga
terkandung

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan, selain itu juga terdapat
lysosim yaitu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan Salmonella)
dan virus.
Saat IgG maternal banyak yang sudah terkatabolis pada umur 2 bulan, bayi
masih bergantung terhadap antibody dari ASI dibandingkan dengan sistem imun
humoral. Sekitar 90% penyakit yang menyerang manusia menggunakan mukosa
sebagai pintu masukmya. Infeksi mukosa merupakan penyebab utama kematian pada
balita. Terdapat 14 juta kematian balita setiap tahunnya pada negara berkembang.
Sementara itu penyakit mukosa juga menyebabkan 5 juta kematian balita setiap
tahunnya atau sekitar 500 kematian per jamnya.
Data epidemiologi resiko diare turun sebesar 14-24 kali pada anak yang
diberikan ASI. Anak dengan asi memiliki pertahanan yang lebih baik terhadap
berbagai macam infeksi (pisacane, 1994; wold dan hanson, 1994; newman,1995;
wright 1998) dan juga dapat mencegah alergi dan asma (sarinen dan kajosaari, 1995)
dan penyakit coeliac (Brandtzaeg,1997).
Setelah imunits pasif meningkat antara IgG maternal dan antibody dari ASI,
respon imun adaptive bayi akan meningkat. Pada permukaan mukosa, respon ini
ditunjukkan melalui produksi antibodi lokal. Pada bentuk selular, pertahanan humoral
pertama ini merupakan bukti bahwa kelenjar eksokrin dan sekretori mukosa
mengandung sel B terbanyak dalam tubuh, yang pada jangka waktu tertentu akan

mengalami diferensiasi menjadi Ig dan sel plasma. Sel ini memproduksi beberapa
bentuk dimers dan polimer dari IgA yang bekerja dengan IgM pentamer dapat bekerja
secara aktif ditranspor melalui sekresi epiteli tipe serous, termasuk kelenjar laktasi
mamalia yang berperan dalam pertahanan mukosa. Fungsi ini bergantung kepada
reseptor Ig polimer (plgR) epitel, yang mengandung glikoprotein transmembran,
yang dikenal sebagai komponen sekresi membran (SC).
IgA yang memproduksi immunocytes tidak dapat terdeteksi sebelum
mencapat usia 10 hari, setelah itu terjadi peningkatan jumlah secara cepat, walaupun
immunocytes IgM tetap mendominasi hingga usia 1 bulan. Kelenjar mamary
merupakan salah satu bagian dari sistem mukosa terintegrasi, dan antibodi dari susu
menstimulasi reflek antigenik dari MALT pada usus dan juga saluran pernafasan.
Antibodi sekretori ditargetkan melawan agen infeksi pada tubuh ibu, yang dapat
ditemui pada bayi pada minggu pertama kehidupannya.
Oleh karena itu, ASI menunjukkan integrasi imunological yang baik antara
ibu dan anak. Perlindungan yang diberikan terhadap pertahanan humoral ini sudah
terbukti pada populasi dengan keadaan sanitasi yang buruk, efek klinis yang
bermanfaat juga terlihat nyata berkaitan dengan penyakit yang umum seperti otitis
media dan infeksi saluran pernafasan bawah akut.
Antigen yang terdapat pada protein susu sapi dan gluten juga terdapat pada
ASI. Protein lebih banyak diserap melalui permukaan epitel yang menutupi jaringan
difusi dari efektor immunological pada mukosa intestinal daripada sel membran, dan
diangkut dalam jumlah besar menuju kelenjar getah bening mesenteric

2.6 Induksi Imun dalam MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)


Sel limfoid terletak di tiga kompartemen yang berbeda di dalam usus diatur
oleh Gut-associated Lymphoid Tissue (GALT), lamina propria, dan permukaan epitel.
GALT terdiri dari patch Peyer di usus 12 jari, usus buntu dan banyak folikel yang
beridiri secara soliter, terutama di usus besar. Semua struktur limfoid diyakini
mewakili situs induktif untuk respon kekebalan usus.
Lamina propria dan epitel kompartemen terdiri dari bagian efektor tetapi
kurang penting dibandingkan dengan penyerangan seluler dan diferensiasi dalam
sistem kekebalan tubuh mukosa. Struktur GALT dan MALT lainnya ditutupi oleh
karakteristik Follicle-associated Epithelium (FAE), yang berisi membran (M) sel.
Sel-sel epitel sangat tipis sangat efektif pada pengambilan pada antigen yang
hidup pada lumen usus terutama padda partikulat nature terutama pada keadan

alamiah. Banyak agen yang berasal dari bakteri dan virus menular enteropathogenic
menggunakan sel-sel membran sebagai pintu masuknya.
Meskipun GALT merupakan bagian penting dari MALT, induksi respon imun
mukosal dapat terjadi di palatine tonsil dan struktur limphoepithelial lainnya
termasuk nasal associated lymphoid tissue (NALT), seperti adenoid pada manusia,
dan juga Bronchus associated lymphoid tissue (BALT) karena kurangnya BALT pada
paru paru bayi yang baru lahir dan juga pada orang dewasa.

2.7 Regulasi Homeostasis Imun


Secara keseluruhan, terlihat bahwa sistem imun usus manusia cenderung
bekerja dengan dominasi profil Th1, walaupun melawan berbagai macam antigen
yang keadaannya normal. Keadaan ini juga timbul dari sel T dan juga mukosa
duodenal dari anak-anak yang hipersensitif terhadap susu sapi. Dan dapat
menimbulkan peningkatan dari Th1 yang menimbulkan timbulnya siktokin IL-12
yang diduga berada dibawah peyer pacthes pada anak-anak.
Ketidaktepatan yang sangat kuat pada sel Th1 akan merespon usus manusia
dan menghasilkan keadaan alergi pada anak-anak yang menjadi problem bagi mereka.
Walaupun sistem imun pada pergerakan udara saluran pernafasan juga memberikan
respon terhadap stimulasi antigen karena adanya signal berbahaya (infeksi/ inflamasi)
dengan adanya Th1, peningkatan Th2 yang umumnya berkemban menjadi mediated
IgE akan berkembang sebagai basis berkembangnya IgE respiratory alergi yang akan
mengakibatkan berkembangnya IgE saluran pernafasan.
Pemberian asupan makanan dan pengobatan yang diberikan pada pola hidup
bayi yang baru lahir sangat menentukan dan status gizinya memiliki efek yang
signifikan dalam komposisi dari mikrobiota yang ada dalam usus seperti juga yang
hidup di dalam usus dan dapat menggagu keseimbangan sistem imunitas mukosa
yang sudah berkembang.

2.8 Efek Pelindung dan Immunoregulator dari ASI


ASI awal atau kolostrum, jauh lebih kaya akan antibodi dari sekresi lainnya,
karena konsentrasinya sangat tinggi dari Sekretori IgA dan Sekretori IgM yang
dikeluarkan. Namun, tingkatnya kemudian menurun sampai mencapai kurang lebih 4
setelah 2 minggu dan kemudian menjadi stabil sepanjang masa laktasi. Jadi antibodi
dari dua kelas ini diproduksi secara lokal oleh sel plasma dan pentameric IgA dan
pentameric IgM pada kelenjar susu.
Molekul pIgR yang kosong juga mengalami pembelahan dan dilepaskan
kedalam lumen sebagai komponen sekresi membran (SC) bebas, dan memiliki jumlah
cukup besar pada kolostrum. SC bebas berusaha untuk menstabilkan SigM dan
berkontribusi pada pertahanan intestinal dari kolonisasi E.Coli dan membrolir racun
C. Difficile.
Karena kelenjar susu merupakan bagian dari sistem kekebalan terintegrasi
oleh usus tubuh mukosa terpadu, antibodi susu akan

merefleksikan stimulasi

antigenik dari MALT dalam usus seperti juga saluran pernafasan.


Antibodi sekretori demikian sangat ditargetkan terhadap agen infeksi di
lingkungan ibu yang mungkin ditemui oleh bayi selama minggu pertama kehidupan.
Karena itu sekretori antibodi sangat tinggi ditargetkan untuk menyerang agen infeksi
yang akan berpengaruh pada bayi selama minggu pertama kehidupannya.

10

DAFTAR PUSTAKA
Calder,P.C.,C.J Field., H.S Gill.2002. Nutrition and Immune Function.CAB
International
Kumar, Surender. 2012. Textbook of Microbiology, JP Medical Ltd
Jusup, Lenny. Makanan Peningkat Daya Tahan Tubuh Bayi dan Balita. PT Gramedia
Pustaka Utama
Mestecky, Jiri. Mucosal Immunology. 2015. Academic Press.

11

Anda mungkin juga menyukai