Jadi mekanisme CDM memberikan kesempatan bagi negara maju (Annex I) dalam
memenuhi target penurunan emisi secara fleksibel dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Tentunya kegiatan CDM memungkinkan pemerintah dan pihak swasta di negara Annex I
untuk bisa mengembangkan proyek yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di negara
berkembang.
CER atau "certified emissions reduction" akan didapatkan oleh negara maju sebagai
sebuah kredit apabila proyek yang dilakukan di negara berkembang telah terbukti
menurunkan emisi gas rumah kaca. Kredit yang dihasilkan dari CER ini kemudian akan
dihitung sebagai emisi yang berhasil diturunkan oleh negara Annex I melalui mekanisme
CDM, yang dapat digunakan untuk memenuhi target mereka di dalam Protokol Kyoto.
Perhatian terhadap isu perubahan iklim juga ikut mendorong
pemanfaatan energi terbarukan dan konservasi energi yang digolongkan
sebagai energi bersih dalam upaya-upaya mitigasi melalui mekanisme
perdagangan karbon (Carbon Trade). Salah satu mekanisme perdagangan
karbon yang diperkenalkan oleh Protokol Kyoto adalah Clean Development
Mechanism (CDM). CDM adalah satu-satunya mekanisme di bawah
Protokol Kyoto yang melibatkan negara-negara berkembang dalam
penerapannya. Bentuk kerja sama CDM ini antara lain berupa :
Sumber: http://sjaira.blogspot.co.id/2011/12/efisiensi-mekanisme-protokolkyoto-bagi.html
dan ini berarti mengurangi emisi CO2. Selama ini, peningkatan emisi
CO2 dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai penyebab utama di balik
meningkatnya dampak perubahan iklim.
Dengan demikian konservasi energi dapat mendukung ketahanan
energi dengan cara mengurangi penggunaan bahan bakar serta energi
lainnya dan dapat menghemat biaya kost dalam pemakaian energi
yang menyebabkan ketahanan ekomoni dapat meningkat serta dapat
mengurangi emisi yang terjadi, sehingga dapat meningkatkan potensi
penghematan energy yang cukup besar.