PEMBAHASAN
A. Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan
Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi
pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi merpakan
faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaaan program inovasi.
Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya perencanaan atau estimasi (under estimating)
dalam inovasi yaitu tidak tepatnya poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya
hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang
tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik.
Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu tidak
adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak jelas struktur
pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan pimpinan politik, perlu
sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak peraturan dan undang-undang yang harus
diikuti, keputusn formal untuk memulai kegiatan inovasi terlambat, tidak tepatnya perimbangan
untuk menghadapi masalah penerapan inovasi, tekanan dari pimpinan politik (penguasa
pemerintahan) untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang singkat.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat
Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan
anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang
dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya
pertentangan antar anggota team, antara beberapa anggota kurang adanya saling pengertian serta
saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang yang memiliki peranan penting dalam
proyek justru tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja, beberapa orang penting dalam
proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek, bantuan teknik dari luar tidak
tepat, orang yang memegang jabatan penting dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk
menerima inovasi, kurang adanya hadiah atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima
dan menerapkan inovasi.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya
penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya
sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yan g tidak menunjang, kurang sarana komunikasi,
kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi adalah
lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu, perencanaan
dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak dipertimbangkan adanya inflasi (underestimate),
sistem pendidikan kolonial yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, orang yang sudah
dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi,
peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya jarak antar tempat satu dengan yang lain, tenaga
pelaksana kurang mampu menangani proyeksesuai dengan yang direncanakan, terlalu cepat
terjadi perubahan penempatan orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu
kontinuitas.
4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang menghalangi
berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3), walaupun keduanya merupakan
faktor yang serius menghambat jalannya proses inovasi.
Adapun item yang ternmasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya bantuan
finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi ekonomi
daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain
daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi.
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya peraturan bahwa
pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat (daerah) memiliki dana sendiri
(swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka pemerintah tidak membantu. Dapat hjuga
masyarakat tidak mau mengusahakan dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa
berat dan frustasi. Oleh karena itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan daerah.
atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena
sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin
diubah. Di samping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa
aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada
diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas)
belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini
juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between
teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory
program".
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan
kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi
dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan
keuangannya
sudah
tidak
ada
lagi.
Dengan
demikian
pihak
sekolah
atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di
pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru
melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi
sekolah mereka.
B. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan
program/tujuan,
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa,
hubungan
antar
individu,
baik
dengan
siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman
dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka
sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini
seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan
mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap
akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu
inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas
sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain
sebagainya.
(Wright
1987).
2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan kepada
mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus
dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya
dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi
materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru
Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan
melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan
sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum
program
pengajaran
pelaksanaan
sekolah
proses
inovasi
belajar
lain
mengikuti
dan
sebagai
di
yang
memegang
yang
Tanpa
ada
sekolah
di
Oleh
tidak
dalam
karena
dapat
sehingga
yang
adanya
kurikulum
maka
itu
dipisahkan
dalam
peranan
dalamya,
meliputi
pedoman
sekolah.
sekolah,
pendidikan.
kurikulum
merupakan
bagian
di
kurikulum
program-program
lagi
pengajaran
mengajar
dalam
sempit
perangkatnya
dianggap
pendidikan,
unsur-unsur
lebih
dan
pendidikan
kurikulum
dalam
pendidikan,
pelaksanaan
sama
dengan
dan
inovasi
tanpa
pendidikan
dengan
dengan
perubahan
pembaharuan
kurikulum
pendidikan
atau
dan
perubahan
tidak
kurikulum
mustahil
diikuti
perubahan
dari
termasuk
diabaikan
dalam
mengajar.
Dalam
hal
yang
Tanpa
ikut
adanya
sarana
dalam
dan
proses
pembahruan
mempengaruhi
fasilitas,
prasarana
pendidikan
pendidikan,
pendidikan,
khususnya
tentu
dalam
saja
tidak
proses
fasilitas
kelangsungan
inovasi
yang
pelaksanaan
inovasi
pendidikan
maka
bisa
belajar
merupakan
akan
diterapkan.
akan
bisa
perubahan
dan
menerapkan
pembahruan
suatu
pendidikan.
inovasi
Oleh
pendidikan,
karena
itu,
fasilitas
jika
perlu
menerapakan
terlibat
dalam
inovasi
pendidikan,
perubahan
tersebut
ada
tapi
hal
bisa
yang
tidak
membawa
secara
dampak,
baik
positif
Masyarakat
maupun
secara
tidak,
terlibat
dalam
pendidikan
terutama
tidak
dalam
dilibatkan.
langsung
sebenarnya
di
masyarakat
bahkan
dalam
pelaklsanaan
atau
pendidikan.
masyarakat
melibatkan
terganggu,
negatif,
Sebab,
mengubah
mana
merusak
Keterlibatan
masyarakat
yang
masyarakat
didik
inovasi
apabila
langsung,
apa
peserta
sekitarnya,
bisa
tidak
pembahruan
pendidikan
mereka
dalam
sengaja
ingin
menjadi
itu
tidak
inovasi
pendidikan.
maupun
dilakukan
lebih
baik
berasal.
Tanpa
tentu
akan
diberitahu
atau
pendidikan
diadopsi
dengan
mudah
sebagaimana
halnya
dengan
inovasi
yang
sesuai
pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Adopter atau pengguna inovasi
juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka
memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu yang lambat mamahami dan menguasainya tentu
akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya.
Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk
mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas
tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan
lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus
mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai
kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi
ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.
5. Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh
orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan
dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.