Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan
Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi
pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi merpakan
faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaaan program inovasi.
Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya perencanaan atau estimasi (under estimating)
dalam inovasi yaitu tidak tepatnya poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya
hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang
tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik.
Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu tidak
adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak jelas struktur
pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan pimpinan politik, perlu
sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak peraturan dan undang-undang yang harus
diikuti, keputusn formal untuk memulai kegiatan inovasi terlambat, tidak tepatnya perimbangan
untuk menghadapi masalah penerapan inovasi, tekanan dari pimpinan politik (penguasa
pemerintahan) untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang singkat.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat
Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan
anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang
dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya
pertentangan antar anggota team, antara beberapa anggota kurang adanya saling pengertian serta
saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang yang memiliki peranan penting dalam
proyek justru tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja, beberapa orang penting dalam
proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek, bantuan teknik dari luar tidak
tepat, orang yang memegang jabatan penting dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk

menerima inovasi, kurang adanya hadiah atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima
dan menerapkan inovasi.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya
penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya
sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yan g tidak menunjang, kurang sarana komunikasi,
kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi adalah
lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu, perencanaan
dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak dipertimbangkan adanya inflasi (underestimate),
sistem pendidikan kolonial yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, orang yang sudah
dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi,
peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya jarak antar tempat satu dengan yang lain, tenaga
pelaksana kurang mampu menangani proyeksesuai dengan yang direncanakan, terlalu cepat
terjadi perubahan penempatan orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu
kontinuitas.
4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang menghalangi
berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3), walaupun keduanya merupakan
faktor yang serius menghambat jalannya proses inovasi.
Adapun item yang ternmasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya bantuan
finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi ekonomi
daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain
daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi.
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya peraturan bahwa
pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat (daerah) memiliki dana sendiri
(swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka pemerintah tidak membantu. Dapat hjuga
masyarakat tidak mau mengusahakan dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa
berat dan frustasi. Oleh karena itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan daerah.

5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi


Faktor ke-lima ini berbeda dengan faktor yang lain dan memang merupakan penolakan
dari kelompok inovasi penentu atau kelompok elit dalam suatu sistem sosial. Penolakan inovasi
ini berbeda dengan keberatan inovasi karena kurang dana atau masalah personalia dan
sebagainhya. Jadi penolakan ini memang ada kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
Adapun item yang termasuk dalam faktor ke- lima ini adalah : kelompok elit yang memiliki
wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pendidikan,
terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat,
peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarkat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang
asing, keberatan ternhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok.
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
Faktor terakhir yang juga paling lemah pengaruhnya terhadap hambatan inovasi adalah faktor
yang terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan hubungan dengan orang di luar team.
Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah: ada masalah dalam hubungan sosial
antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidakharmoniasan dan terjadi hubungan
yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang
memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.
Pada umumnya, faktor penghambat inovasi yang sering muncul di lapangan adalah
berupa penolakan atau resistance dari calon adopter, misalnya penolakan para guru tentang
adanya perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut
dibahas.
Menurut definisi dalam kamus John Echol dan "Cambridge International English
Dictionary of English" bahwa Resistance is to fight against (something or someone) to not be
changed by or refuse to accept (something).
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan
(resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau
tidak mau menerima perubahan tersebut. Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau
tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru

atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena
sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin
diubah. Di samping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa
aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada
diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas)
belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini
juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch between
teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory
program".
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan
kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi
dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan
keuangannya

sudah

tidak

ada

lagi.

Dengan

demikian

pihak

sekolah

atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di
pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya.
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru
melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi
sekolah mereka.
B. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan
program/tujuan,
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.

Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa,

hubungan

antar

individu,

baik

dengan

siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman
dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka
sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini
seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan
mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap
akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu
inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas
sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain
sebagainya.

(Wright

1987).

2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan kepada
mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus
dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya
dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi
materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru
Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan
melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan

sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum
program

pengajaran

pelaksanaan

sekolah

proses

inovasi

belajar

lain

mengikuti

dan

sebagai

di

yang

memegang

yang

Tanpa

ada

sekolah

di

Oleh

tidak

dalam

karena

dapat

sehingga

yang

adanya

kurikulum
maka

itu

dipisahkan

dalam

peranan
dalamya,

meliputi

pedoman

sekolah.

sekolah,

pendidikan.

kurikulum

merupakan

bagian

di

kurikulum

program-program

lagi

pengajaran

mengajar

dalam

sempit

perangkatnya

dianggap

pendidikan,

unsur-unsur

lebih

dan

pendidikan

kurikulum
dalam

pendidikan,

pelaksanaan

sama

dengan

dan

inovasi

tanpa

pendidikan

tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.


Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai

dengan

dengan

perubahan

pembaharuan

kurikulum

pendidikan

atau

dan

perubahan

tidak

kurikulum

mustahil

diikuti

perubahan

dari

kedua-duanya akan berjalan searah.


4. Sarana dan Prasarana
Fasilitas,

termasuk

diabaikan

dalam

mengajar.

Dalam

hal

yang

Tanpa

ikut

adanya

sarana

dalam

dan

proses

pembahruan
mempengaruhi

fasilitas,

prasarana

pendidikan
pendidikan,

pendidikan,

khususnya
tentu

dalam

saja

tidak
proses

fasilitas

kelangsungan

inovasi

yang

pelaksanaan

inovasi

pendidikan

maka

bisa
belajar

merupakan

akan

diterapkan.
akan

bisa

dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.


Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam
mengadakan
dalam

perubahan

dan

menerapkan

pembahruan

suatu

pendidikan.

inovasi

Oleh

pendidikan,

karena

itu,

fasilitas

jika

perlu

diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, laboratorium, bangku, meja dan


sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam
langsung

menerapakan

terlibat

dalam

inovasi

pendidikan,

perubahan

tersebut

ada
tapi

hal
bisa

yang

tidak

membawa

secara
dampak,

baik

positif

Masyarakat

maupun
secara

tidak,

terlibat

dalam

pendidikan

terutama

tidak

dalam

dilibatkan.

langsung

sebenarnya
di

masyarakat
bahkan

dalam

pelaklsanaan

atau

pendidikan.

masyarakat

melibatkan
terganggu,

negatif,

Sebab,

mengubah

mana
merusak

Keterlibatan

masyarakat

yang

masyarakat
didik

inovasi
apabila

langsung,

apa

peserta

sekitarnya,

bisa

tidak

pembahruan

pendidikan

mereka
dalam

sengaja
ingin

menjadi
itu
tidak
inovasi

pendidikan.
maupun
dilakukan
lebih

baik

berasal.

Tanpa

tentu

akan

diberitahu

atau

pendidikan

C. Karakteristik Inovasi Pendidikan


Penolakan juga bisa juga muncul karena inovasi yang digulirkan tidak memenuhi syaratsyarat atau tidak sesuai dengan karakteristik inovasi pendidikan. Karakteristik Inovasi
pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Relative advantage (Keunggulan relatif)
Para adopter akan menilai apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih unggul
dibanding yang lainnya atau tidak. Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu inovasi,
akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang
pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise
social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh
pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Compatibility (Kompatibilitas/Konsisten)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang
berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi
atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak
dapat

diadopsi

dengan

mudah

sebagaimana

halnya

dengan

inovasi

yang

sesuai

(compatible).Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan


konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya.
3. Complexity (Kompleksitas/kerumitan)
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan
digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan
oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh

pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Adopter atau pengguna inovasi
juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka
memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu yang lambat mamahami dan menguasainya tentu
akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya.
Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk
mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
4. Trialability (Kemampuan untuk dapat diuji)
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas
tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan
lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus
mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai
kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi
ketidakpastian mereka terhadap inovasi itu.
5. Observability (Kemampuan untuk dapat diamati)
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh
orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan
dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Anda mungkin juga menyukai