organ-organ yang terlibat dalam siklus menstruasi, yang meliputi uterus, ovarium, hipofisis
anterior, dan hipotalamus.
apabila tidak ada indikasi kehamilan maka ada 5 penyebab paling umum pada
amenore sekunder, berdasarkan urutan prevalensinya adalah hypothalamic suppression
(33%), chronic anovulation (28%), hyperprolactinemia (14%), ovarian failure (12%), and
uterine disorders (7%).
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya:
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
c. Nyeri kepala
d. Lemah badan
5. PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise. Terjadi gangguan pada hipofise anterior, gangguan dapat berupa
tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu.
Kelainan kompartemen IV (lingkungan). Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh
gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan
kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan progesterone ) tidak tercukupi. Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan
bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone
dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah
tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah
lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat
hormone seperti osteoporosis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratory Tests:
Pregnancy test
Thyroid-stimulating hormone
Prolactin
Pada kasus PCOS perlu evaluasi konsentrasi testosterone, 17-hydroxyprogesterone, kadar
5)
b.
1)
2)
Referensi :
Dipiro TJ, Talbert LR, Yee CG, Matzke RG, Wells GB, Posey ML, 2008,Pharmacotherapy:
A Phatophysiologi Approach 7th ed, The Mc Graw-Hill Companies Inc.USA
PENGERTIAN
Amenorrhoe adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembangian antara amenorea primer dan
amenorea sekunder.
(Sarwona, 2008 : 205)
2. Macam Amenorrhoe
Kita berbicara tentang amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara
tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 16 tahun ke atas
tidak pernah dapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya
mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelaian-kelaian genetic. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada
sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti ganguan
gizi, ganguan metabolism, tumor-tumor, penyakkit infeksi dan lain-lain. Istilah
kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak adanya haid
karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada
ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain. Selanjutnya ada
a. Amenorrhoe Primer
Yaitu jika penderita sama sekali tidak pernah mengalami menstruasi (tidak
terjadi menarche) , usia 16 thn keatas
b. Amenorrhoe Sekunder
Yaitu Jika penderita sebelumny apernah mengalami menstruasi tetapi tidak haid
lagi.
7. Diagnosa
Terapi amenorrhoe sangat tergantung pada etiologi. Banyak pemeriksaan yang
dapat membantu kita mencari amenorrhoe, antara lain :
a. Smears (Sex chromatin)
b. Pemeriksaan Rontgen (sella tursial)
c. EEG
d. Analisa hormonal
e. Biopsi endometrium pada kasus TBC
f. Laparoscopi
g. Gula darah / lever fungsi/ oreum / creatinin
8. Terapi
Terapi diberikan menurut etiologi secara umum dapat diberikan :
Gangguan gonad
Disgenesis atau agenesis ovarii (sindrom terner)
Pada tahun 1938 turner mengemukakan 7 kasus yang dijumpai dengan sindrom
yang terdiri atas trias yang klasik, yaitu infantilisme, webbed neck, dan kubitus
valgus. Penderita-penderita ini memiliki genetalia eksterna wanita dengan
klitoris agak membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan
sebagai wanita.
PENANGANAN
Pengobatan terhadap sindrom turner adalah pengobatan substitusi yang
bertujuan untuk:
1.
2.
3.
Mencapai kehidupan yang normal sebagai istri walaupun tidak mungkin untuk
mendapat keturunan.
4.
Gambaran klinik
Penderita kelihatan cantik, cocok untuk menjadi pramugari. Payudara tumbuh
dan berkembang dengan sempurna, walaupun ada defisiensi jaringan kelenjar
dan hipolasia putting susu. Alat kelamin luar termasuk introitus vaginae,
kelihatan normal. Pada kira-kira sepertiga dan kasus rambut-rambut ketiak dan
pubis tidak ada atau sedikit. Vagina tidak ada, atau jika ada, biasanya pendek,
dan berakhir pada kantong yang buntu ( blind pouvh ). Servik dan uterus tidak
ada. Kelenjar kelamin adalah testis yang relative normal, dengan sel-sel sertoli
dan leydig, tetapi tanpa spermatogenesis (azoosprermia). Kelenjar kelamin ini
terletak dalam abdomen, kanalis inguinalis, atau labia mayora. Kromatin seks
negative, sedang kariotipe menunjukkan pria yang normal, yaitu 46-XY. Kadangkadang dapat ditemukan tumor benigna (adenoma) dalam testis, tetapi yang
mungkin mengalami degenerasi maligna. Testis ini mengeluarkan baik estrogen
maupun androgen. Keterangannya ialah tidak adanya enzim yang diperlukan
agar androgen dapat berkerja. Pada pemeriksaan hormonal ditemukan bahwa
sekresi FSH berada dalam batas-batas normal, sedang kadar 17-ketosteroid juga
normal atau meninggi. Kadar testoteron dalam plasma adalah dalam batas-batas
normal umtuk untuk seorang pria, dan ekskresi esterogen dalam urin dalam
batas-batas normal untuk seorang wanit, walaupun apusan vagina menunjukan
kurangnya pengaruh estrogen.
PENANGANAN
Penderita-penderita ini merasa dirinya sebagai wanita dan dapat berfungsi
sebagai wanita, kecuali bahwa mereka menderita amenorea dan sterlitas.
Kangtong buntu ditempat vagina cukup panjang untuk koitus dan jika perlu,
dapat dilakukan bedah plastic untuk membuat vagina.
badan.Biasanya pada masa ini jarak siklus menstruasi tidak teratur berkisar 1545 hari dengan lama menstruasi 4-6 hari.setelah mengalami masa
penyempurnaan siklus menstruasi akan teratur dengan rata-rata 28 hari dan
lama menstruasi 4-6 hari,darah yang keluar 60-80 ml,tidak membeku,tidak
bergumpal.
Pengertian
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
basal
tubuh.
Penyebabnya
adalah
kelainan
organik
(polip
Penyebab;
Sebab sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
portio uteri, karsinoma servisis uteri.
Sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi
pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungs ovarium.
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk
perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun.
Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana
Gambaran klinik
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk
menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa
mendekati haid. Jira karena perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid
tidak dikenali lagi, maka Madang-kadang bentuk survei suhu badan basal dapat
menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi
tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
1) korpus luteum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium
yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena
riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak
persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan
pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding).
Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya,
yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini
dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.
2) insufisiensi korpus luteum
Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore.
Dasarnya ahla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH
realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase
luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat
pada hari siklus yang bersangkutan.
3) apopleksia uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh darah dalam
uterus.
4) kelainan darah
Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme
pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang
Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada
statu waktu fungsional aktif. Folikel folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mulamula ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya
perdarahan anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering
pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.
Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan
atau keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa
pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses
terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada
seorang dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan
tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu
terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya
penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga berpengaruh antara
lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan
lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.
Diagnosis
a. Anamnesis
Pada pemeriksaan gynecologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainankelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus,
tumor, kehamilan terganggu).
Penanganan
1. Istirahat baring dan transfusi darah
2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus
dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu
dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg,
atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan
dapat terjadi lagi.
progesteron
http://4skripsi.blogspot.com/2010/11/perdarahan-bukan-haid.html
1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk
perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore
primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya
pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia,
penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB,
dan kista ovarium.
sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan
selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:
Jerawat berkala
Sulit tidur
3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut
bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha.
Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari
kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan
biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung
hingga 32 48 jam.
Dismenore dibagi atas:
1.
2.
1.
factor kejiwaan
pada gadis-gadis secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapatkan peneranagn yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenorea.
2.
factor konstitusi
factor ini yang erat hubungannya dengan factor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Factor-faktor seperti anemia,
penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
3.
4.
factor emdrokin
pada umumnya ada angapan bahwa kejang yang terjadi pada dimenorea primer
disebabkan oleh kontreksi uterys yang berlebihan. Factor endrokin mempunyai
hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
5.
factor alergi
teori ini ditemukan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dimenorea
dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab
elergi ialah toksin haid.
penanganan
1.
2.
3.
Terapi hormonal
4.
5.
(sarwono,2008: 229-232)
4. Menoragia
5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/
DAFTAR PUSTAKA
http://mediabidan.blogspot.com/2008/11/asuhan-kebidanan-padaamenorrhoe.htmlatan umum harus diperbaiki / gizi ditingkatkan.
http://klinik-sehat.com/tag/amenorrhoe-primer/
http://4skripsi.blogspot.com/2010/11/perdarahan-bukan-haid.html
http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/
prawiroharjo,sarwona.2008. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Amenorea adalah tidak terjadi menstruasi, dan bila selama 3 siklus tidak menstruasi pada
orang yang pernah mengalami menstruasi maka disebut amenore sekunder, amenore sekunder
yang paling sering terjadi pada perempuan pascamenapause atau pada perempuan hamil dan
hal ini bersifat fisiologis. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui tentang penyakitpenyakit apa saja yang dapat menimbulkan gejala amenore ini sehingga seorang dokter tidak
salah mendiagnosa.Amenorea dapat menjadi suatu tanda penyakit tertentu dan bila dibiarkan
akan berlanjut menjadi infertilitas. Maka, pada tinjauan pustaka akandipaparkan mengenai
fisiologi menstruasi, amenorea, PCOS, gangguan poros hipotelamus-hipofisis dan gangguan
hipofisis yang dapat menyebabkan amenorea. Selain itu pada pembahas kemudian akan
dijelaskan mengeneai patofisiologi setiap gejala berdasarkan scenario yang diberikan.
B. SKENARIO
Seorang wanita 19 tahun belum menikah. Badannya mengalami obesitas. Setahun ini
menstruasinya tidak teratur, rata-rata dua bulan sekali baru mendapat menstruasi, namun dia
tidak merasa terganggu dengan keadaan tersebut. Saat ini dia datang ke Puskesmas dengan
keluhan sudah 4 bulan ini menstruasinya tidak datang. Di Puskesmas dilakukan pemeriksaan
PP tes hasilnya negative. Kemudian dokter puskesmas menyarankan penderita ke RSUD Dr.
Moewardi untuk menjalani beberapa pemeriksaan lebih lanjut.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi siklus menstruasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan amenorea?
3. Mengapa amneorea dapat terjadi?
4. Apa hubungan antara amenorea dengan berat badan?
5. Apa sajakah diagnosis banding untuk pasien dalam skenario?
6. Bagaimanakah hubungan obesitas dengan gangguan haid berupa amenorea? Mengapa
bisa terjadi?
D. TUJUAN PEMBELAJARAN dan MANFAAT
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi alat-alat sistem reproduksi
perempuan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan abortus spontan ditinjau dari segi etiologi, faktor risiko,
patogenesis, patofisiologi, patologi, dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan simptom dan gejala abortus spontan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penegakkan diagnosis yang dibutuhkan untuk menegakkan
abortus spontan serta interpretasinya.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang perlu diberikan kepada pasien
abortus spontan serta prognosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI MENSTRUASI
Fungsi-fungsi sistem reproduksi perempuan berlangsung melalui interaksi hormonal
yang kompleks, dan bertujuan untuk menghasilkan ovum yang matang menurut siklus dan
mempersiapkan serta memelihara lingkungan bagi konsepsi dan gestasi. Perubahan hormonal
siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Pusat
pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus. Dua hormon hipotalamus
gonadotropic-releasing hormone (GnRH), yaitu follicle-stimuting hormone-releasing
hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon
FSHRH dan LHRH, masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi folliclestimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Rangkaian peristiwa akan diawali
oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium
dengan akibat perubahan fisiologik pada uterus. Estrogen dan progesteron, pada gilirannya
juga memengaruhi produksi GnRH spesifik, sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur
kadar hormon gonadotropik (Hillegas, 2005).
Umumnya, jarak siklus menstruasi normal berkisar dari 15 sampai 45 hari, dengan
rata-rata 28 hari. lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. darah
menstruasi tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar dari 60-80 ml.
Terdapat dua siklus yang saling tumpang tindih, yaitu siklus ovarium dan siklus
endometrium. Siklus ovarium terdiri dari fase folikuler, yaitu fase saat folikel tumbuh dan
mensekresi estrogen dalam jumlah yang semakin lama semakin meningkat; ovulasi; dan fase
luteal, yaitu fase saat korpus luteum mensekresi estrogen dan progesteron. Lama fase
folikuler bervariasi; fase luteal umumnya berlangsung 13 sampai 15 hari. Siklus menstruasi
terdiri atas fase aliran menstruasi, fase proliferasi, dan fase sekresi. Menstruasi, peluruhan
endometrium, terjadi selama fase aliran menstruasi. Hari pertama fase aliran menandai hari 1
siklus menstruasi. Selama fase proliferasi, estrogen dari folikel yang sedang tumbuh
merangsang endometrium untuk menebal dan mempunyai pembuluh darah yang semakin
banyak. Selama fase sekresi, endometrium terus menebal, arterinya membesar, dan kelenjar
endometrium tumbuh. Perubahan endometrium ini memerlukan estrogen dan progesteron,
yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi. Dengan demikian, fase sekresi siklus
menstruasi sejajar (bersamaan) dengan fase luteal siklus ovarium. Disintegrasi korpus luteum
pada akhir fase luteal mengurangi jumlah estrogen dan progesteron yang tersedia bagi
endometrium, sehingga endometrium meluruh. Apabila terjadi kehamilan, beberapa
mekanisme tambahan mempertahankan kadar estrogen dan progesteron yang tinggi, sehingga
endometrium tidak luruh (Hillegas, 2005; Campbell, et al., 2004).
AMENOREA
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Seorang wanita
dikatakan amenorea primer apabila wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mengalami
haid, sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid tetapi kemudian
tidak lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih
sulit untuk diketahui sperti kelainan congenital dan kelainan genetik. Di sisi lain, amenorea
sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita
seperti gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor, penyakit infeksi dan penyebab lainnya.
(Wiknjosastro, 2005)
Penyebab amenorea dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium, uterus
dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda
maskulinisasi, adanya galaktorea, cacat bawaan, uji esterogen dan progesterone yang negatif,
adanya penyakit lain (sperti tuberkulosis, penyakit hati, diabetes mellitus, kanker), infertilitas
atau stress berat. Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan badan,
adanya stress berat, penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan berat atau
penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologik yang dilakukan adalah
pemeriksaan genitalia interna/ eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji kehamilan dan uji
progesterone. (Mansjoer, 2005)
PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)
PCOS adalah suatu sindrom dimana terjadi pembesaran ovarium (1,5 sampai 3 kali
lebih besar dari ovarium normal) dan terdapatnya kantong-kantong berisi cairan atau kista.
PCOS dapat berpengaruh pada sikulus terhadapa siklus menstruasi, fertilitas, hormone,
produksi insulin, jantung, pembuluh darah dan gambarannya. PCOS merupakan bentuk dari
hiperandrogenisme yang terjadi karena ketidak seimbangan hormonal ovarium dimana terjadi
produksi yang berlebihan dari androgen sehingga dapat menebabkan hirsuitisme dan dapat
disertai dengan ovulasi yang tidak teratur atau anovulasi dan infertilitas. (Lange,1997;
Heffner, 2006)
Etiologi dari PCOS sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti tetapi dipercaya
kuat ada kaitannya dengan resistensi insulin, suatu kondisi yang mana sel-sel tubuh menjadi
kurang sensitive terhadap hormone insulin sehingga kerja insulin yang bertanggungjawab
dalam menatur control kadar gula darah dalam tubuh manusia menjadi abnormal.
(Lange,1997; Heffner, 2006)
Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada penderita PCOS adalah berupa
hirsutisme, obesitas, acne, oligo atau amenore, perdarahan uterus, disfungsi dan infertilitas.
Masalah terbanyak yang ditemukan adalah infertilitas. Untuk criteria laboratories yang perlu
diperhatikan adalah hasil pemeriksaan kadar hormone reproduksi dan insulin. Selain itu hasil
pemeriksaan laparoskopi akan memberikan inspeksi langsung ovarium dimana akan
ditemukan keadaan pembesaran dan polikistik namun terkadang hal ini dapat terlihat normal
pada gambaran laparoskopi. Diagnosis PCOS dibuat ketika terdapat 2 dari 3 kriteria Oligo
atau anovulasi, hiperandrogenisme (acne, pertumbuhan rambut berlebihan, acne, peningkatan
LH dan indeks androgen) serta morfologi ovarium polikistik pada pemeriksaan USG dimana
gambaran ini pada satuovarium saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. (Lange,1997;
Heffner, 2006)
GANGGUAN POROS HIPOTALAMUS-HIPOFISIS
Gangguan poros hipotalamus-hipofisis yang akan dipaparkan pada tijauan pustaka kali ini
adalah sindrom amenorea galaktorea serta amenorea hipotalamik. Pada sindrom amenorea
galaktorea ditemukan amenorea dan dari kelenjar mammae dapat dikeluarkan air seperti air
susu. Penyebabnya adalah gangguan produksi Releasing Factor dengan akibat menurunnya
kadar FSH dan LH dan gangguan produksi factor penghambat prolaktin dengan akibat
peningkatan pengeluaran prolaktin. Biasanya penderita juga agak gemuk dan dapat
ditemukan sesudah kehamilan. (Wiknjosastro, 2005)
Pada amenorea hipotalamik fungsi yang terganggu adalah pada fungsi cyclic centre yang
bertanggungjawab terhadap peningkatan hormon gonadotropin khususnya LH dan
menyebabkan ovulasi. Pada keadaan ini hanya tonic centre yang berfungsi dimana tugasnya
adalah mengatur produksi FSH dan LH sehari-hari. Sehingga hormon-hormon gonadotropin
dibentuk, tetapi tidak cukup untuk menimbulkan ovulasi karena tidak ada lonjakan LH.
Diagnosis dibuat atas dasar keadaan umum yang baik, khususny tidak ada penyakit-penyakit
endokrin atau gejala-gejala yang menunjukkan adanya tumor hipofisis. (Wiknjosastro, 2005)
TUMOR HIPOFISIS
Diantara sebab-sebab amenorea tumor hipofisis merupakan sebab yang jarang
dijumpai, sebaliknua pada penderita dengan tumor hipofisis adanya amenorea merupakan
gejala yang sering terdapat. Gejala-gejala adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan visus
perifer. Biasanya tumor sudah lama ada sebelum gejala-gejala timbul. Kecurigaan adanya
tumor hipofisis timbul apabila seorang wanita dengan amenorea mengeluh tentang sakit
kepala dan gangguan penglihatan. Foto rontgen dari sella tursika dan pembatasan visus
perifer akan memperkuat diagnosis. (Wiknjosastro, 2005)
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita berumur 19 tahun dengan obesitas datang dengan keluhan tidak
menstruasi selama 4 bulan sebelumnya setahun terakhir menstruasinya tidak teratur rata-rata
2 bulan sekali. Dari gejala yang didapat pada wanita ini mengalami amenore sekunder, karena
tidak terdapatnya tiga siklus menstruasi atau tidak adanya perdarahan menstruasi selama 3
bulan, selanjutnya hal yang pertama harus dilakukan ketika seorang wanita datang dengan
keluhan amenore adalah memastikan bahwa wanita tersebut hamil atau tidak dan dalam
pemeriksaan telah jelas bahwa pemeriksaan PP negative yang berarti wanita tersebut tidak
hamil, setelah itu dokter harus menduga bahwa telah terjadi sutau gangguan yang
menyebabkan amenore yaitu bisa gangguan pada ovarium, uterus, ataupun pada hipofisis dan
hipotalamus.
Penyebab amenore terbanyak yaitu sekitar 50% kasus adalah akibat PCOs (policystic
ovary syndrome) yang terjadi akibat obesitas dan kelainan reseptor pada insulin kedua hal di
atas di duga sebagai penyebab kuat terjadinya PCOs seperti yang telah dijelaskan di atas
kedua hal tersebut menyebabkan hirsutisme, obesitas dan amenore. Sehingga hal ini juga
dapat dijadikan diagnosis pada kasus tersebut, diagnosis lainnya adalah hipertiroidisme
karena gangguan pada hormone tiroid dapat menyebabkan penurunan androgen clearance
sehingga menyebabkan androgen dalam tubuh meningkat dan menyebabkan gangguan pada
menstruasi.
Manifestasi klinis yang dirasakan pasien kemungkianan dapat terjadi akibat
penurunan aktifitas dopamine, sehingga sekresi GnRH meningkat, di ikuti peningkatan LH
(karena terjadi pada kadar estrogen tinggi). Peningkatan LH dapat juga disebabkan karean
gangguan sistem leptin. Leptin adalah suatu protein yang disekresi oleh adipocite, dan
berperan pengaturan masukkan makanan, member sinyal lapar pada otak sehingga afsu
makan akan meningkat. Selain itu di hipotalamus leptin menekan sintesis dan sekresi
neuropeptida Y, yang bekerja menghambat GnRH. Pada orang gemuk terjadi peningkatan
leptin (pada orang gemuk terjadi resisten leptin) sehingga terjadi penurunan sekresi
neuropeptida Y, yang berakibat peningkatan sekresi GnRH dan di ikuti penigkatan LH.
Disamping itu, kemungkinana adanya hiperinsulin juga dapat mengakibatkan aktivitas
androgen meningkat dan ini akan mempengaruhi kerja insulin yang akan berikatan berikatan
dengan reseptor IGF-I , bersama dengan LH merangsang sel teka produksi androgen. Selain
itu juga akan menekan sintesis SHBG dan IGF-BP I sehinga hormone seks steroid dan IGF
meningkat dalam darah.
Peningkatan hormone tiroid atau hipertiroidisme juga mengakibatkan penghambatan
pada dopamine yang merupakan penghambat pada hipotalamus sehingga menyebabkan
sekresi TRH meningkat dan merangsang sekresi prolaktine sehingga terjadi
hiperprolaktenemia. Hiperprolaktenemia juga menyebabkan GnRH terhambat sehingga FSH
dan LH tidak terstimulus dan menyebakan ovarium tidak berkembang sehingga menyebabkan
amenore. Semua hal tersebut adalah penyebab amenore yang merusak kerja hipotalamus,
sedangkan gangguan pada endometrium dapat disebabkan karena syndrome asherman, yaitu
rusaknya endometrium akibat mekanis salah satunya akibat efek dari kuretase yang
menyebabkan endometrium menjadi rusak dan terbentuk jaringan parut sehingga
pertumbuhan endometrium tidak terjadi dan tidak terdapat peluruhan ketika menstruasi.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan tambahan seperti USG untuk
mengetahui apakah terdapat gambaran polycystic pada ovarium , dan juga di lakukan
hormonal fungsional tes dengan cara pemberian estrogen dan progesterone bila tidak terjadi
perdarahan berarti terjadi kerusakan di bagian endometrium, tetapi bila terjadi perdarahan
berarti terdapat gangguan pada tingakat hipofisis , hipotalamus . selain itu juga perlu
pengukuran kadar t4 dan t3 untuk mengetahui apakah terdapat gangguan pada hormone tiroid.
Bila gangguan yang terjadi akibat gangguan pada siklus hormonal maka kemungkinan
prognosis baik menstruasi dapat kembali seperti semula.
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan terapi, namun penderita-penderita yang
mengeluh tentang infertilitas dan merasa terganggu dengan tidak datangnya haid merupakan
kateogri yang memerlukan terapi. Dalam langkah terapi umum, dapat dilakukan tindakan
memeprbaiki keadaan kesehatan termasuk perbaikan gizi, kehidupan yang sehat dan
lingkungan yang tenang. Pada pasien dalam scenario ini, dalam upaya perbaikan keadaan
kesehatan, makan perlu dilakukan koreksi profil lipid, pengurangan berat badan dengan
melihat adanya kondisi obesitas pada pasien. Karena pengurangan berat badan pada obesitas
tidak jarang memiliki pengaruh baik terhadap amenorea dan oligomenorea.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Diagnosis kerja untuk pasien ini belum dapat ditegakkan hanya berdasarkan data-data
dalam skenario saja, masih diperlukan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Sementara
menunggu hasil pemeriksaan penunjang, yang dapat dilakukan adalah dengan memeprbaiki
profil lipid, mengorekso berat badan pasien dan memberikan terapi medikamentosa untuk
membuat agar menstruasi pasien kembali terjadi. Pengobatan yang dapat diberikan berupa pil
KB seperti Diane untuk mengatur haid, metformin dan dapat ditambahkan obat penyubur jika
ingin hamil.
B. SARAN
Sebaiknya pemeriksaan penunjang yang dilakukiagnosian adalah mengukur kadar t4 dan t3.
Sebaiknya wanita tersebut menurunkan obesitasnya karena obesitas merupakan salah satu
penyebab amenore.
Pemeriksaan penunjang yang lain yang diperlukan untuk meneggakkan diagnosis PCOs adalah
dengan USG.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. BIOLOGI JILID III EDISI
KELIMA. Alih bahasa : Wasmen Manalu. Editor : Amalia Safitri. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Heffner,LJ.2006. At a Glance SISTEM REPRODUKSI edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Hillegas, Kathleen B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam
PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Sylvia A.
Price, Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta : EGC
Lange JD.2007. Phatofisiology of diseases. San Fransisco: Appelton & Lange.
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2005. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN EDISI III JILID I. Editor : Arif Mansjoer, dkk. Jakarta :
Media Aesculapius
Raden, A., Eriana Melinawati, Wisnu Prabowo. 2009. BUKU MANUAL PEMERIKSAAN
OBSTETRI DAN PIMPINAN PERSALINAN NORMAL EDISI I. Surakarta : Skills
Laboratory Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. ILMU KANDUNGAN. Jakarta : YBP-SP