Anda di halaman 1dari 29

GANGGUAN SIKLUS HAID AMENORHEA

GANGGUAN SIKLUS HAID


AMENORHEA
Masalah-masalah yang terkait dengan siklus menstruasi biasanya dialami pada wanita
usia produktif. Dampak yang ditimbulkan akibat gangguan siklus menstruasi seperti:
mengurangi kualitas hidup, berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksinya, potensi
jangka panjang menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan seperti osteoporosis pada kasus
amenorrhea dan penyakit kardiovaskular pada kasus ovarium polikistik (PCOS/ polycystic
ovarian syndrome).
A. AMENORRHOE
1. PENGERTIAN
Amenorrhea adalah suatu keadaan tidak adanya haid, selama 3 bulan atau lebih. Amenorrhea
adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal
2. PENGGOLONGAN AMENORE:
Amenore dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu amenore primer dan amenore sekunder.
a. Amenorea primer terjadi bila seorang wanita pada usia 16 tahun belum mendapatkan
menstruasi tetapi perkembangan organ seksual sekunder nya normal.
b. Amenorea sekunder terjadi bila seorang wanita tidak mendapatkan menstruasi selama 3
siklus menstruasi atau selama 6 bulan pada wanita yang sebelumnya mengalami
menstruasi. Evaluasi awal amenore baik yang primer maupun sekunder sering sama terlepas
dari kapan mulai terjadinya amenore, kecuali dalam situasi klinis yang tidak biasa.
3. PENYEBAB
a. Hymen imperforate, yaitu selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat
untuk keluar. Keluhan pada kejadian ini biasanya mengeluh sakit perut tiap bulan. Hal ini
bisa diatasi dengan operasi
b. Menstruasi anovulatiore, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid/hanya sedikit. Pengobatannya
dengan terapi hormone
c. Amenorrhoe sekunder, yaitu biasanya pada wanita yang pernah menstruasi sebelumnya.
Penyebab amenorrhoe sekunder ini karena hipotensi, anemia, infeksi atau kelemahan kondisi
tubuh secara umum, stress psikologis.
Penyebab paling umum pada amenore adalah adanya kehamilan, maka perlu
dilakukan tes kehamilan sebagai langkah awal dalam mengevaluasi gangguan tersebut. Untuk
penegakan diagnosa dan pengobatan selanjutnya, maka perlu adanya evaluasi terhadap fungsi

organ-organ yang terlibat dalam siklus menstruasi, yang meliputi uterus, ovarium, hipofisis
anterior, dan hipotalamus.
apabila tidak ada indikasi kehamilan maka ada 5 penyebab paling umum pada
amenore sekunder, berdasarkan urutan prevalensinya adalah hypothalamic suppression
(33%), chronic anovulation (28%), hyperprolactinemia (14%), ovarian failure (12%), and
uterine disorders (7%).
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya:
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
c. Nyeri kepala
d. Lemah badan
5. PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise. Terjadi gangguan pada hipofise anterior, gangguan dapat berupa
tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu.
Kelainan kompartemen IV (lingkungan). Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh
gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan
kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan progesterone ) tidak tercukupi. Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan
bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone
dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah
tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah
lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat
hormone seperti osteoporosis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder


maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam
rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan
kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi
kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
8. PENATALAKSANAAN
Dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi treatment.Modalitas terapi
untuk amenore digunakan untuk mengembalikan siklus normal menstruasi. Dapat dilakukan
secara non-farmakologi dan farmakologi treatment.Modalitas terapi untuk amenore
digunakan untuk mengembalikan siklus normal menstruasi.
Tujuan pengobatan termasuk menjaga kekuatan tulang, mencegah keropos tulang,
pemulihan ovulasi dan meningkatkan kesuburan. Pendekatan umum untuk keberhasilan terapi
amenore tergantung pada identifikasi yang tepat dari penyebab dasar pada gangguan
mentruasi. Pada pasien amenore sekunder dengan hipoestrogen maka pemberian kalsium dan
vitamin D penting untuk menghindari dampak negatif pada kesehatan tulang.
Pada pasien amenore sekunder dengan hipoestrogen maka pemberian kalsium dan
vitamin D penting untuk menghindari dampak negatif pada kesehatan tulang.
a. Terapi Non-farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk amenore bervariasi tergantung pada penyebab yang
mendasari. Pada wanita usia muda yang melakukan kegiatan olahraga berlebihan
kemungkinan dapat menjadi penyebab dasar amenore, maka treatmentnya adalah
pengurangan terhadap exercise yang berlebihan.
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk
mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
Amenore primer maupun sekunder dengan hipoestrogen maka perlu diberikan
estrogen (dengan progestin). Hal ini dapat diberikan dalam bentuk kontrasepsi oral (OC).
Tujuan terapi estrogen ada dua yaitu untuk mengurangi risiko osteoporosis dan
meningkatkan kualitas hidup. Jika hiperprolaktinemia diidentifikasi sebagai penyebab
amenore, penggunaan bromocriptine atau cabergoline, agonis dopamin, menghasilkan
penurunan konsentrasi prolaktin dan kembalinya menstruas
9. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Anamnesis

Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan sejak


kanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat pertama kali mengalami pertumbuhan
payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan.
Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita)
mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang banyaknya
perdarahan, lama menstruasi dan periode menstruasi terakhir, juga perlu untuk ditanyakan.
Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan juga
penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan
narkoba, olahraga, diet, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan psikisnya juga penting
untuk dianyakan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital dan juga
termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual. Pemeriksaan yang lain
adalah:
1) Keadaan payudara
2) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
3) Keadaan vagina
4) Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
5) Servik : periksa lubang vagina
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya (amenorrhea)
c. Gangguan konsep diri , harga diri rendah yang dihubungkan dngan ketidak normalan
(amenorrhea primer)
d. Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang tidak ektif dalam
keluarga.
11. EVALUASI/ TEST AMENORE:
Beberapa test laboratorium yang perlu dilakukan pada penegakan diagnosa amenore
adalah:
a.
1)
2)
3)
4)

Laboratory Tests:
Pregnancy test
Thyroid-stimulating hormone
Prolactin
Pada kasus PCOS perlu evaluasi konsentrasi testosterone, 17-hydroxyprogesterone, kadar

5)
b.
1)
2)

glukosa puasa dan konsentrasi lipid.


pada kasus premature ovarian failure, perlu evaluasi FSH, LH.
Test diagnostik lainnya:
Progesterone challenge
Pelvic ultrasound to evaluate for polycystic ovaries

Referensi :
Dipiro TJ, Talbert LR, Yee CG, Matzke RG, Wells GB, Posey ML, 2008,Pharmacotherapy:
A Phatophysiologi Approach 7th ed, The Mc Graw-Hill Companies Inc.USA

PENGERTIAN
Amenorrhoe adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembangian antara amenorea primer dan
amenorea sekunder.
(Sarwona, 2008 : 205)

2. Macam Amenorrhoe
Kita berbicara tentang amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara
tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 16 tahun ke atas
tidak pernah dapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya
mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelaian-kelaian genetic. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada
sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti ganguan
gizi, ganguan metabolism, tumor-tumor, penyakkit infeksi dan lain-lain. Istilah
kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak adanya haid
karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada
ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain. Selanjutnya ada

juga amenorea fisiologik, yakni yang terdapat pada masasebelum pubertas,


masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menepouse.(sarwona,2008: 205206)

a. Amenorrhoe Primer
Yaitu jika penderita sama sekali tidak pernah mengalami menstruasi (tidak
terjadi menarche) , usia 16 thn keatas
b. Amenorrhoe Sekunder
Yaitu Jika penderita sebelumny apernah mengalami menstruasi tetapi tidak haid
lagi.

3. Amenorrhoe fisiologis dapa terjadi pada :


a. Sebelum pubertas
b. Masa Kehamilan
c. Masa Lakstasi
d. Tiga Bulan Post Partum
e. Sesudah Menopause

4. Klasifikasi Amenorrhoe Patologis


a. Dysfungsi hypotalamus
- Idiopatis
- Psikogen : a. Reaktif psikogen : kesedihan-pindah lingkugan, kehamilan palsu
b. Anorexia nervosa
- Penambahan berat badan
- Kelainan Organis : tumor, trauma, infeksi, proses degeneraly
b. Dysfungsi Hypofise
- Insufisiensi : terjadi Sheehan syndrome
- Tumor : chromophobe-, aci dophil (akromegali), basofil adenoma
- Radang : Proses degeneratif : TBC, lues
c. Dysfungsi Ovarium
- Kelainan Kongenial : Hypoplasia Ovaii, syndrome Turner, hermaprhoditismus
- Ovarium polykistik
- Tumor
- Radiasi

d. Periferi tidak bereaksi


- Endometrium tidak bereaksi misalnya karena kuretase atau TBC
e. Penyakit Lain :
- Penyakit kronik : TBC
- Penyakit metabolik : tyroid, pancreas, suprarenalis
- Kelainan gizi
- Kelainan hati dan ginjal
- Obesitas
f. Gangguan Uterus, vagina
- Aplasia dan hipoplasia
- Sindrom asherman
- Endometritis tuberculosis
- Histerektomi
- Aplasia vagina
g. Gangguan Pancreas
- Diabetes Melitus
h. Gangguan Glandula Suprarenalis
- Sindrom adenogenital
- Sindrom cushing
- Penyakit Addison
i. Gangguan Glandula Tiroidea
- Hipotireoidi
- Hipertireoidi
- Kreinisme
pada amenorrhe primer umunya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital, kelainan-kelainan genetic dan
kelainan goned. Amenorrhoe sekunder lebih menunjuk pada sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor, penyakit infeksi dll.

5. Amenorrhoe dan Galactorrhe (Pengeluaran Air Susu Berlebihan)


Ada beberapa keadaan terdapat amenorrhoe yang disertai galactorrhoe.
Keadaan tersebut didapatkan pada keadaan :
1. Syndrome Chiari - frommel
Terjadi steelah kehamilan dan merupakan amenorrhoe laktasi yang
berkepanjangan, disebabkan inhibisi dan PIF dan hypofise

2. Syndrome Forbes - Albright


Disebabkan oleh adenoma chromophob

3. Syndrom Ahcemada - del Costello


Tidak ada hubungan dengan kehamilan atau tumor hypofise.
Diduga oleh karena obat-obatan seperti kontrasepsi dan phenotiazin

6. Pemeriksaan Yang Dilakukan


a. Anamnesa yang baik dan lengkap
- Apakah amenorrhoe termasuk primer / sekunder
- Apakah amenorrhoe ada hubungannya dengan gangguan emosional
- Apakah ada kemungkinan kehamilan
- Apakah px menderita penyakit metabolic dll
b. Pemeriksaan Umum Yang Seksama
- Apakah px pendek / tinggi/ kerdil
- Apakah BB sesuai denga tingginya
- Apakah ciri kelamin sekunder tumbuh dengan baik/tidak
- Apakah ada tanda hirsutisme
c. Pemeriksaan Ginekologi
- Dapat diketaui adanya berbagai jenis ginatresi, adanya aplasia vagina, keadaan
klitoris, aplasia uteri, adanya ovarium dll.

7. Diagnosa
Terapi amenorrhoe sangat tergantung pada etiologi. Banyak pemeriksaan yang
dapat membantu kita mencari amenorrhoe, antara lain :
a. Smears (Sex chromatin)
b. Pemeriksaan Rontgen (sella tursial)
c. EEG
d. Analisa hormonal
e. Biopsi endometrium pada kasus TBC
f. Laparoscopi
g. Gula darah / lever fungsi/ oreum / creatinin
8. Terapi
Terapi diberikan menurut etiologi secara umum dapat diberikan :

a. Hormon untuk merangsang ovulasi :


- Clomphen : merangsang hypotalamus
- Gonadotropin sebagai substitusi terapi
- Progestrin oral pil
b. Radiasi dari ovarium
c. Tyroid : Kalau ada hypofungsi glandula thyroid
d. Kesehatan umum harus diperbaiki / gizi ditingkatkan.

Gangguan gonad
Disgenesis atau agenesis ovarii (sindrom terner)
Pada tahun 1938 turner mengemukakan 7 kasus yang dijumpai dengan sindrom
yang terdiri atas trias yang klasik, yaitu infantilisme, webbed neck, dan kubitus
valgus. Penderita-penderita ini memiliki genetalia eksterna wanita dengan
klitoris agak membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan
sebagai wanita.

PENANGANAN
Pengobatan terhadap sindrom turner adalah pengobatan substitusi yang
bertujuan untuk:
1.

Merangsang pertumbuhan cirri-ciri seks sekunder, terutama pertumbuhan


payudara.

2.

Menimbulkan perdarahan siklis yang menyerupai haid jika uterus sudah


berkembang.

3.

Mencapai kehidupan yang normal sebagai istri walaupun tidak mungkin untuk
mendapat keturunan.

4.

Alasan psikologis, untuk tidak merasa rendah diri sebagai wanita.

Hormon yang diberikan adalah estrogen dalam kombinasi dengan progestagen


secara klinis sampai masa monopouse atau pascamenopouse. Berhubungan

dengan kemungkinan bahwa pemberian estrogen mengakibatkan penutupan


garis epifisis sudah terjadi.

Sindrom feminisasi testikuler


Sindrom feminisasi testikuler yang dilaporkan pertama kali oleh steglehner pada
tahun 1817, dan kemudian dibahas lebih lanjut oleh Goldberg dan Maxwell pada
tahun 1948, merupakan suatu bentuk hermafroditisme pria dengan fenotipe
wanita.

Gambaran klinik
Penderita kelihatan cantik, cocok untuk menjadi pramugari. Payudara tumbuh
dan berkembang dengan sempurna, walaupun ada defisiensi jaringan kelenjar
dan hipolasia putting susu. Alat kelamin luar termasuk introitus vaginae,
kelihatan normal. Pada kira-kira sepertiga dan kasus rambut-rambut ketiak dan
pubis tidak ada atau sedikit. Vagina tidak ada, atau jika ada, biasanya pendek,
dan berakhir pada kantong yang buntu ( blind pouvh ). Servik dan uterus tidak
ada. Kelenjar kelamin adalah testis yang relative normal, dengan sel-sel sertoli
dan leydig, tetapi tanpa spermatogenesis (azoosprermia). Kelenjar kelamin ini
terletak dalam abdomen, kanalis inguinalis, atau labia mayora. Kromatin seks
negative, sedang kariotipe menunjukkan pria yang normal, yaitu 46-XY. Kadangkadang dapat ditemukan tumor benigna (adenoma) dalam testis, tetapi yang
mungkin mengalami degenerasi maligna. Testis ini mengeluarkan baik estrogen
maupun androgen. Keterangannya ialah tidak adanya enzim yang diperlukan
agar androgen dapat berkerja. Pada pemeriksaan hormonal ditemukan bahwa
sekresi FSH berada dalam batas-batas normal, sedang kadar 17-ketosteroid juga
normal atau meninggi. Kadar testoteron dalam plasma adalah dalam batas-batas
normal umtuk untuk seorang pria, dan ekskresi esterogen dalam urin dalam
batas-batas normal untuk seorang wanit, walaupun apusan vagina menunjukan
kurangnya pengaruh estrogen.

PENANGANAN
Penderita-penderita ini merasa dirinya sebagai wanita dan dapat berfungsi
sebagai wanita, kecuali bahwa mereka menderita amenorea dan sterlitas.
Kangtong buntu ditempat vagina cukup panjang untuk koitus dan jika perlu,
dapat dilakukan bedah plastic untuk membuat vagina.

Setelah masa puburtas berakhir dengan pertumbuhan payudarah dan tinggi


badan yang sempurna, sebaiknya dilakukan ekstirpasi bilateral kelenjar-kelenjar
kelamin (testis), mengingat resiko keganasan yang mungkin terjadi, terutama
pada testis yang tidak mengalami desensus. Sesudah oprasi, penderita
memerlukan terapi siklis dengan hormone steroid.

(Sarwona, 2008 : 216-220)

SINDROM MONOPOUSE DAN PENYAKIT IKUTANNYA

Wanita diatas usia 40 tahun sudah mulai merasa bingung,bahwa dirinya


sudah tidak menjadi wanita seutuhnya.Menjadi takut akan melewati masamasa kesuburannya,walau sudah menjadi kodrat alami sudah galibnya wanita
menjadi amenorrhoe lagi.Memang berbeda siklus reproduksi pria dan
wanita,walau pada galibnya semua diatur oleh kelenjar dan hormon yang sama
pula.
Reproduksi pada pria dan wanita diatur oleh hormon-hormon yang diproduksi
dan disekresikan oleh kelenjar-kelenjar yang sama pula.

Menurut dr.Harjo Mulyono SpPK(K) dari Lab Diagnostic Center,wanita yang


belum/tidak mendapat menstruasi disebut amenorrhoe.Dikenal amenorrhoe
primer dan sekunder.Amenorrhoe primer memang belum/tidak pernah
mendapat/menjalani menstruasi.Sedangkan amenorrhoe sekunder sudah pernah
mendapat menstruasi tetapi sekarang tidak lagi misalnya pada kehamilan dan
menophouse.

Siklus menstruasi normal didapatkan pada rentang umur 10-15


tahun,rata-rata umur 12 tahun.Menstruasi pertama disebut menarche (baca:
menarke),berlangsung selama 2 tahun dengan proses pematangan berupa
pembentukan,pembesaran payudara,pertumbuhan rambut kemaluan (pubes)
dan axila serta pertumbuhan dan perkembangan berat badan dan tinggi

badan.Biasanya pada masa ini jarak siklus menstruasi tidak teratur berkisar 1545 hari dengan lama menstruasi 4-6 hari.setelah mengalami masa
penyempurnaan siklus menstruasi akan teratur dengan rata-rata 28 hari dan
lama menstruasi 4-6 hari,darah yang keluar 60-80 ml,tidak membeku,tidak
bergumpal.

Dengan meningkatnya usia,maka kuantitas dan kualitas fungsi kelenjar dan


organ berkurang,akan mengakibatkan kuantitas dan kualitas hormon juga
berkurang.Menopouse dimulai pada usia 45-52 tahun,yaitu sebelum menstruasi
berhenti sama sekali.Masa itu dikenal dengan klimakterium,premenopouse,hal
ini ditandai dengan menurunnya estrogen dengan akibat perdarahan
pervaginaan yang tidak teratur.
Karena siklus menstruasi,menopouse sangat dipengaruhi dan sangat tergantung
hormonal.Hormon reproduksi ini juga untuk metabolisme glukosa darah dan
lemak darah.Maka dengan tidak imbangnya hormon-hormon tersebut,siklus
metabolisme menjadi terpengaruh,jadi kacau.
untuk mencagah tangkal sindrom menopouse dan penyakit ikutannya,mmenurut
dr Harjo,perlu diperhatikan nutrien sehari-hari,yakni yang kaya vitamin,kalsium
dan protein.Sedang pemeriksaan labortatorium yang diperlukan adalah
pemeriksaan hormon reproduksi yakni progesteron,estrogen,LH dan lth
testosteron dan lainny,yang harus disertai keterangan umur dan berapa lama
menopousenya.selain itu,perlu pemeriksaan urinalisis,hematologi,kadar glukosa
darah puasa dan dua jam setelah makan.
http://klinik-sehat.com/tag/amenorrhoe-primer

PERDARAHAN BUKAN HAID

Pengertian
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia

1. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan


dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran
suhu

basal

tubuh.

Penyebabnya

adalah

kelainan

organik

(polip

endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan


fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
2. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari
dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan
pengobatan kasus ini sama dengan hipermenorea.

Penyebab;
Sebab sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:

serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
portio uteri, karsinoma servisis uteri.

Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens,


abortus incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri,
karsinoma korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.

Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.

Ovarium; radang overium, tumor ovarium.

Sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi
pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan inui lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungs ovarium.

Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk
perdarahan disfungsional berumur diatas 40tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun.
Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarana

diperlukan perawatn di rumah sakit.


Patologi
Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus
dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan
perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrgica terjadi karena persistensi
folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus
luteum.
Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang
berlebihan dan terus menerus.
Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik,
hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi
merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi
penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan
anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional
ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda.
Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari
factor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang
mekanismenya Belem seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir
biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

Gambaran klinik
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk
menegakan diagnosis perdarahan ovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa
mendekati haid. Jira karena perdarhan yang lama dan tidak teratur siklus haid
tidak dikenali lagi, maka Madang-kadang bentuk survei suhu badan basal dapat

menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi
tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
1) korpus luteum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan Madang-kadang bersamaan dengan ovarium
yang membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kelainan ektopik karena
riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak
persamaan antara keduanya. Korpus luteum persistens dapat menimbulkan
pelepasan endometrium yagn tidak teratur (irregular shedding).
Diagnosis ini di buat dengan melakukan kerokan yang tepat pada waktunya,
yaitu menurut Mc. Lennon pada hari ke 4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini
dijumpai endometrium dalam tipe sekresi disamping nonsekresi.
2) insufisiensi korpus luteum
Hal ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenore.
Dasarnya ahla kurangntya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH
realizing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase
luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat
pada hari siklus yang bersangkutan.

3) apopleksia uteri
Pada wanita dengan hipertensi dapat terjado pecahnya pembuluh darah dalam
uterus.
4) kelainan darah
Seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekasnisme
pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunya Kadar estrogen dibawah tingkat tertentutimbul perdarahan yang
Madang-kadang bersifat siklik, Kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpautnya dengan jumlah folikel yang pada
statu waktu fungsional aktif. Folikel folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel folikel baru. Endometrium
dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus dan dari endometrium yang mulamula ploriferasidapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan maka dapat disimpulkan adanya
perdarahan anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi paling sering
pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa pramenopause.
Pada masa pubertas perdarahan tidak normal disebabkan oleh karena gangguan
atau keterlambatan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa
pembuatan realizing faktor tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses
terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.

Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoir, pada
seorang dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan
tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Akan tetapi disamping itu
terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya
penyakit-penyakit tersebut. Selain itu faktor psikologik juga berpengaruh antara
lain stress kecelakaan, kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan
lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoir.
Diagnosis
a. Anamnesis

Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh


siklus yang pendek atau oleh oligomenore/amenorhe, sifat perdarahan
( banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan
sebagainnya.

Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk


ke arah kemungkinaan penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun.
Kecurigaan terhadap salah satu penyait tersebut hendaknya menjadi
dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit
yang bersangkutan.

Pada pemeriksaan gynecologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainankelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus,
tumor, kehamilan terganggu).

Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis.


Pada wanita umur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan
terganggu, polip, mioma submukosum,

Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamlan


yang masih bisa diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk
melakukan kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.

Penanganan
1. Istirahat baring dan transfusi darah
2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus
dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu
dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat
diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg,
atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan
dapat terjadi lagi.
progesteron

Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap


endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM,
atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi
progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa
pubertas.

http://4skripsi.blogspot.com/2010/11/perdarahan-bukan-haid.html

LIMA JENIS GANGGUAN MENSTRUASI ATAU HAID


Perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid
mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali
sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari
21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10 hari
maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis
lainnya.

1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk
perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore
primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya
pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia,
penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB,
dan kista ovarium.

2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)


Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan
perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu

sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan
selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:

Payudara menjadi lembut dan bengkak

Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)

Tidak tertarik seks (libido menurun)

Jerawat berkala

Perut kembung atau kram

Sakit kepala atau sakit persendian

Sulit tidur

Sulit buang air besar (BAB)

3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut
bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha.
Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari
kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan
biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung
hingga 32 48 jam.
Dismenore dibagi atas:
1.

Dismenorea primer (esensial, intrinsic, indiopatik), tidak dapat hubungan


dengan kelainan ginekologik.
Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh
kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endrometriosis, adenomiosis uteri,
stenosis servisis, dan lain-lain.(Sarwona, 2008 : 229)

2.

Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore


primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit
tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul,
endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang
nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga,
kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi
rasa sakit.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan
merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.
Etologi
Banyaak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea
primer, tetapi patofisiologinyanbelum jelas dimengerti. Rupanya beberapa factor
memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain:

1.

factor kejiwaan
pada gadis-gadis secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapatkan peneranagn yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenorea.

2.

factor konstitusi
factor ini yang erat hubungannya dengan factor tersebut diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Factor-faktor seperti anemia,
penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.

3.

factor obstruksi kanalis servikalis


salah satu teori yang paling tua menerangkan kejadian dismenorea primer ialah
stenosis kanalis servikalis. Pada wanita denganuterus dalam hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini
sekarangtidaj diangap sebagai factor yang penting sebagai penyebab
dismenorea. Banyak wanita penderita dismenoreatampa stenosis servikalis dan
tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaiknya, terdapat banyak wanita tanpa
keluhan dimenorea, walaupunn ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam

hiperantefleksi atau hipertrofleksi. Mioma submokosum bertangkai atau polip


endrometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

4.

factor emdrokin
pada umumnya ada angapan bahwa kejang yang terjadi pada dimenorea primer
disebabkan oleh kontreksi uterys yang berlebihan. Factor endrokin mempunyai
hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.

5.

factor alergi
teori ini ditemukan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dimenorea
dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab
elergi ialah toksin haid.

penanganan
1.

Penerangan dan nasehat

2.

Pemberian obat analgesic

3.

Terapi hormonal

4.

Terapi dengan obat nonstroid anti prostaglandin

5.

Dilatasi kanalis servikalis

(sarwono,2008: 229-232)

4. Menoragia

Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan.


Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30
ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau
terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan
progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan
endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui
menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan
peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:

Pendarahan di antara periode menstruasi

Pendarahan setelah berhubungan seks

Perdarahan setelah menopause

Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter Anda mungkin


memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia
Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat
menjadi sebab perdarahan abnormal.
Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon
dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.

http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/

DAFTAR PUSTAKA
http://mediabidan.blogspot.com/2008/11/asuhan-kebidanan-padaamenorrhoe.htmlatan umum harus diperbaiki / gizi ditingkatkan.

http://klinik-sehat.com/tag/amenorrhoe-primer/
http://4skripsi.blogspot.com/2010/11/perdarahan-bukan-haid.html
http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/
prawiroharjo,sarwona.2008. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Amenorea adalah tidak terjadi menstruasi, dan bila selama 3 siklus tidak menstruasi pada
orang yang pernah mengalami menstruasi maka disebut amenore sekunder, amenore sekunder
yang paling sering terjadi pada perempuan pascamenapause atau pada perempuan hamil dan
hal ini bersifat fisiologis. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui tentang penyakitpenyakit apa saja yang dapat menimbulkan gejala amenore ini sehingga seorang dokter tidak
salah mendiagnosa.Amenorea dapat menjadi suatu tanda penyakit tertentu dan bila dibiarkan
akan berlanjut menjadi infertilitas. Maka, pada tinjauan pustaka akandipaparkan mengenai
fisiologi menstruasi, amenorea, PCOS, gangguan poros hipotelamus-hipofisis dan gangguan
hipofisis yang dapat menyebabkan amenorea. Selain itu pada pembahas kemudian akan
dijelaskan mengeneai patofisiologi setiap gejala berdasarkan scenario yang diberikan.
B. SKENARIO
Seorang wanita 19 tahun belum menikah. Badannya mengalami obesitas. Setahun ini
menstruasinya tidak teratur, rata-rata dua bulan sekali baru mendapat menstruasi, namun dia
tidak merasa terganggu dengan keadaan tersebut. Saat ini dia datang ke Puskesmas dengan
keluhan sudah 4 bulan ini menstruasinya tidak datang. Di Puskesmas dilakukan pemeriksaan
PP tes hasilnya negative. Kemudian dokter puskesmas menyarankan penderita ke RSUD Dr.
Moewardi untuk menjalani beberapa pemeriksaan lebih lanjut.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi siklus menstruasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan amenorea?
3. Mengapa amneorea dapat terjadi?
4. Apa hubungan antara amenorea dengan berat badan?
5. Apa sajakah diagnosis banding untuk pasien dalam skenario?
6. Bagaimanakah hubungan obesitas dengan gangguan haid berupa amenorea? Mengapa
bisa terjadi?
D. TUJUAN PEMBELAJARAN dan MANFAAT
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi alat-alat sistem reproduksi
perempuan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan abortus spontan ditinjau dari segi etiologi, faktor risiko,
patogenesis, patofisiologi, patologi, dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan simptom dan gejala abortus spontan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penegakkan diagnosis yang dibutuhkan untuk menegakkan
abortus spontan serta interpretasinya.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang perlu diberikan kepada pasien
abortus spontan serta prognosisnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI MENSTRUASI
Fungsi-fungsi sistem reproduksi perempuan berlangsung melalui interaksi hormonal
yang kompleks, dan bertujuan untuk menghasilkan ovum yang matang menurut siklus dan
mempersiapkan serta memelihara lingkungan bagi konsepsi dan gestasi. Perubahan hormonal
siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Pusat
pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus. Dua hormon hipotalamus
gonadotropic-releasing hormone (GnRH), yaitu follicle-stimuting hormone-releasing
hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon
FSHRH dan LHRH, masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi folliclestimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Rangkaian peristiwa akan diawali
oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium
dengan akibat perubahan fisiologik pada uterus. Estrogen dan progesteron, pada gilirannya
juga memengaruhi produksi GnRH spesifik, sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur
kadar hormon gonadotropik (Hillegas, 2005).
Umumnya, jarak siklus menstruasi normal berkisar dari 15 sampai 45 hari, dengan
rata-rata 28 hari. lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. darah
menstruasi tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar dari 60-80 ml.
Terdapat dua siklus yang saling tumpang tindih, yaitu siklus ovarium dan siklus
endometrium. Siklus ovarium terdiri dari fase folikuler, yaitu fase saat folikel tumbuh dan
mensekresi estrogen dalam jumlah yang semakin lama semakin meningkat; ovulasi; dan fase
luteal, yaitu fase saat korpus luteum mensekresi estrogen dan progesteron. Lama fase
folikuler bervariasi; fase luteal umumnya berlangsung 13 sampai 15 hari. Siklus menstruasi
terdiri atas fase aliran menstruasi, fase proliferasi, dan fase sekresi. Menstruasi, peluruhan
endometrium, terjadi selama fase aliran menstruasi. Hari pertama fase aliran menandai hari 1
siklus menstruasi. Selama fase proliferasi, estrogen dari folikel yang sedang tumbuh
merangsang endometrium untuk menebal dan mempunyai pembuluh darah yang semakin
banyak. Selama fase sekresi, endometrium terus menebal, arterinya membesar, dan kelenjar
endometrium tumbuh. Perubahan endometrium ini memerlukan estrogen dan progesteron,
yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi. Dengan demikian, fase sekresi siklus
menstruasi sejajar (bersamaan) dengan fase luteal siklus ovarium. Disintegrasi korpus luteum
pada akhir fase luteal mengurangi jumlah estrogen dan progesteron yang tersedia bagi
endometrium, sehingga endometrium meluruh. Apabila terjadi kehamilan, beberapa

mekanisme tambahan mempertahankan kadar estrogen dan progesteron yang tinggi, sehingga
endometrium tidak luruh (Hillegas, 2005; Campbell, et al., 2004).
AMENOREA
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Seorang wanita
dikatakan amenorea primer apabila wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mengalami
haid, sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid tetapi kemudian
tidak lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih
sulit untuk diketahui sperti kelainan congenital dan kelainan genetik. Di sisi lain, amenorea
sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita
seperti gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor, penyakit infeksi dan penyebab lainnya.
(Wiknjosastro, 2005)
Penyebab amenorea dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium, uterus
dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda
maskulinisasi, adanya galaktorea, cacat bawaan, uji esterogen dan progesterone yang negatif,
adanya penyakit lain (sperti tuberkulosis, penyakit hati, diabetes mellitus, kanker), infertilitas
atau stress berat. Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan badan,
adanya stress berat, penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan berat atau
penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologik yang dilakukan adalah
pemeriksaan genitalia interna/ eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji kehamilan dan uji
progesterone. (Mansjoer, 2005)
PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)
PCOS adalah suatu sindrom dimana terjadi pembesaran ovarium (1,5 sampai 3 kali
lebih besar dari ovarium normal) dan terdapatnya kantong-kantong berisi cairan atau kista.
PCOS dapat berpengaruh pada sikulus terhadapa siklus menstruasi, fertilitas, hormone,
produksi insulin, jantung, pembuluh darah dan gambarannya. PCOS merupakan bentuk dari
hiperandrogenisme yang terjadi karena ketidak seimbangan hormonal ovarium dimana terjadi
produksi yang berlebihan dari androgen sehingga dapat menebabkan hirsuitisme dan dapat
disertai dengan ovulasi yang tidak teratur atau anovulasi dan infertilitas. (Lange,1997;
Heffner, 2006)
Etiologi dari PCOS sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti tetapi dipercaya
kuat ada kaitannya dengan resistensi insulin, suatu kondisi yang mana sel-sel tubuh menjadi
kurang sensitive terhadap hormone insulin sehingga kerja insulin yang bertanggungjawab
dalam menatur control kadar gula darah dalam tubuh manusia menjadi abnormal.
(Lange,1997; Heffner, 2006)
Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada penderita PCOS adalah berupa
hirsutisme, obesitas, acne, oligo atau amenore, perdarahan uterus, disfungsi dan infertilitas.
Masalah terbanyak yang ditemukan adalah infertilitas. Untuk criteria laboratories yang perlu
diperhatikan adalah hasil pemeriksaan kadar hormone reproduksi dan insulin. Selain itu hasil
pemeriksaan laparoskopi akan memberikan inspeksi langsung ovarium dimana akan
ditemukan keadaan pembesaran dan polikistik namun terkadang hal ini dapat terlihat normal
pada gambaran laparoskopi. Diagnosis PCOS dibuat ketika terdapat 2 dari 3 kriteria Oligo
atau anovulasi, hiperandrogenisme (acne, pertumbuhan rambut berlebihan, acne, peningkatan

LH dan indeks androgen) serta morfologi ovarium polikistik pada pemeriksaan USG dimana
gambaran ini pada satuovarium saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. (Lange,1997;
Heffner, 2006)
GANGGUAN POROS HIPOTALAMUS-HIPOFISIS
Gangguan poros hipotalamus-hipofisis yang akan dipaparkan pada tijauan pustaka kali ini
adalah sindrom amenorea galaktorea serta amenorea hipotalamik. Pada sindrom amenorea
galaktorea ditemukan amenorea dan dari kelenjar mammae dapat dikeluarkan air seperti air
susu. Penyebabnya adalah gangguan produksi Releasing Factor dengan akibat menurunnya
kadar FSH dan LH dan gangguan produksi factor penghambat prolaktin dengan akibat
peningkatan pengeluaran prolaktin. Biasanya penderita juga agak gemuk dan dapat
ditemukan sesudah kehamilan. (Wiknjosastro, 2005)
Pada amenorea hipotalamik fungsi yang terganggu adalah pada fungsi cyclic centre yang
bertanggungjawab terhadap peningkatan hormon gonadotropin khususnya LH dan
menyebabkan ovulasi. Pada keadaan ini hanya tonic centre yang berfungsi dimana tugasnya
adalah mengatur produksi FSH dan LH sehari-hari. Sehingga hormon-hormon gonadotropin
dibentuk, tetapi tidak cukup untuk menimbulkan ovulasi karena tidak ada lonjakan LH.
Diagnosis dibuat atas dasar keadaan umum yang baik, khususny tidak ada penyakit-penyakit
endokrin atau gejala-gejala yang menunjukkan adanya tumor hipofisis. (Wiknjosastro, 2005)
TUMOR HIPOFISIS
Diantara sebab-sebab amenorea tumor hipofisis merupakan sebab yang jarang
dijumpai, sebaliknua pada penderita dengan tumor hipofisis adanya amenorea merupakan
gejala yang sering terdapat. Gejala-gejala adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan visus
perifer. Biasanya tumor sudah lama ada sebelum gejala-gejala timbul. Kecurigaan adanya
tumor hipofisis timbul apabila seorang wanita dengan amenorea mengeluh tentang sakit
kepala dan gangguan penglihatan. Foto rontgen dari sella tursika dan pembatasan visus
perifer akan memperkuat diagnosis. (Wiknjosastro, 2005)

BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita berumur 19 tahun dengan obesitas datang dengan keluhan tidak
menstruasi selama 4 bulan sebelumnya setahun terakhir menstruasinya tidak teratur rata-rata
2 bulan sekali. Dari gejala yang didapat pada wanita ini mengalami amenore sekunder, karena
tidak terdapatnya tiga siklus menstruasi atau tidak adanya perdarahan menstruasi selama 3
bulan, selanjutnya hal yang pertama harus dilakukan ketika seorang wanita datang dengan
keluhan amenore adalah memastikan bahwa wanita tersebut hamil atau tidak dan dalam
pemeriksaan telah jelas bahwa pemeriksaan PP negative yang berarti wanita tersebut tidak
hamil, setelah itu dokter harus menduga bahwa telah terjadi sutau gangguan yang
menyebabkan amenore yaitu bisa gangguan pada ovarium, uterus, ataupun pada hipofisis dan
hipotalamus.
Penyebab amenore terbanyak yaitu sekitar 50% kasus adalah akibat PCOs (policystic
ovary syndrome) yang terjadi akibat obesitas dan kelainan reseptor pada insulin kedua hal di
atas di duga sebagai penyebab kuat terjadinya PCOs seperti yang telah dijelaskan di atas

kedua hal tersebut menyebabkan hirsutisme, obesitas dan amenore. Sehingga hal ini juga
dapat dijadikan diagnosis pada kasus tersebut, diagnosis lainnya adalah hipertiroidisme
karena gangguan pada hormone tiroid dapat menyebabkan penurunan androgen clearance
sehingga menyebabkan androgen dalam tubuh meningkat dan menyebabkan gangguan pada
menstruasi.
Manifestasi klinis yang dirasakan pasien kemungkianan dapat terjadi akibat
penurunan aktifitas dopamine, sehingga sekresi GnRH meningkat, di ikuti peningkatan LH
(karena terjadi pada kadar estrogen tinggi). Peningkatan LH dapat juga disebabkan karean
gangguan sistem leptin. Leptin adalah suatu protein yang disekresi oleh adipocite, dan
berperan pengaturan masukkan makanan, member sinyal lapar pada otak sehingga afsu
makan akan meningkat. Selain itu di hipotalamus leptin menekan sintesis dan sekresi
neuropeptida Y, yang bekerja menghambat GnRH. Pada orang gemuk terjadi peningkatan
leptin (pada orang gemuk terjadi resisten leptin) sehingga terjadi penurunan sekresi
neuropeptida Y, yang berakibat peningkatan sekresi GnRH dan di ikuti penigkatan LH.
Disamping itu, kemungkinana adanya hiperinsulin juga dapat mengakibatkan aktivitas
androgen meningkat dan ini akan mempengaruhi kerja insulin yang akan berikatan berikatan
dengan reseptor IGF-I , bersama dengan LH merangsang sel teka produksi androgen. Selain
itu juga akan menekan sintesis SHBG dan IGF-BP I sehinga hormone seks steroid dan IGF
meningkat dalam darah.
Peningkatan hormone tiroid atau hipertiroidisme juga mengakibatkan penghambatan
pada dopamine yang merupakan penghambat pada hipotalamus sehingga menyebabkan
sekresi TRH meningkat dan merangsang sekresi prolaktine sehingga terjadi
hiperprolaktenemia. Hiperprolaktenemia juga menyebabkan GnRH terhambat sehingga FSH
dan LH tidak terstimulus dan menyebakan ovarium tidak berkembang sehingga menyebabkan
amenore. Semua hal tersebut adalah penyebab amenore yang merusak kerja hipotalamus,
sedangkan gangguan pada endometrium dapat disebabkan karena syndrome asherman, yaitu
rusaknya endometrium akibat mekanis salah satunya akibat efek dari kuretase yang
menyebabkan endometrium menjadi rusak dan terbentuk jaringan parut sehingga
pertumbuhan endometrium tidak terjadi dan tidak terdapat peluruhan ketika menstruasi.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan tambahan seperti USG untuk
mengetahui apakah terdapat gambaran polycystic pada ovarium , dan juga di lakukan
hormonal fungsional tes dengan cara pemberian estrogen dan progesterone bila tidak terjadi
perdarahan berarti terjadi kerusakan di bagian endometrium, tetapi bila terjadi perdarahan
berarti terdapat gangguan pada tingakat hipofisis , hipotalamus . selain itu juga perlu
pengukuran kadar t4 dan t3 untuk mengetahui apakah terdapat gangguan pada hormone tiroid.
Bila gangguan yang terjadi akibat gangguan pada siklus hormonal maka kemungkinan
prognosis baik menstruasi dapat kembali seperti semula.
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan terapi, namun penderita-penderita yang
mengeluh tentang infertilitas dan merasa terganggu dengan tidak datangnya haid merupakan
kateogri yang memerlukan terapi. Dalam langkah terapi umum, dapat dilakukan tindakan
memeprbaiki keadaan kesehatan termasuk perbaikan gizi, kehidupan yang sehat dan
lingkungan yang tenang. Pada pasien dalam scenario ini, dalam upaya perbaikan keadaan
kesehatan, makan perlu dilakukan koreksi profil lipid, pengurangan berat badan dengan
melihat adanya kondisi obesitas pada pasien. Karena pengurangan berat badan pada obesitas
tidak jarang memiliki pengaruh baik terhadap amenorea dan oligomenorea.

Sebagai upaya untuk menimbulkan perdarahan secara siklis, maka pemberian


eseterogen bersama dengan progesterone dapat dilakukan, namun perdarahan ini hanya
bersifat withdrawal bleeding, dan bukan haid yang didahului ovulasi. Terapi ini ada
maknanya pada hipoplasia uteri dan kadang-kadang dapat menimbulkan mekanisme siklus
haid lagi pada gangguan yang ringan. Sedangkan untuk pengobatan infertilitas yang
kemungkinan dapat terjadi kemudian masih memerlukan cara lainnya yaitu dengan
mempengaruhi kerja hormone. Namun sebelum terapi hormone diberikan sebagai upaya
terapi infertilitas, pemeriksaan penunjuang khususnya kadar hormone dalam tubuh sangat
diperlukan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Diagnosis kerja untuk pasien ini belum dapat ditegakkan hanya berdasarkan data-data
dalam skenario saja, masih diperlukan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Sementara
menunggu hasil pemeriksaan penunjang, yang dapat dilakukan adalah dengan memeprbaiki
profil lipid, mengorekso berat badan pasien dan memberikan terapi medikamentosa untuk
membuat agar menstruasi pasien kembali terjadi. Pengobatan yang dapat diberikan berupa pil
KB seperti Diane untuk mengatur haid, metformin dan dapat ditambahkan obat penyubur jika
ingin hamil.
B. SARAN
Sebaiknya pemeriksaan penunjang yang dilakukiagnosian adalah mengukur kadar t4 dan t3.
Sebaiknya wanita tersebut menurunkan obesitasnya karena obesitas merupakan salah satu
penyebab amenore.
Pemeriksaan penunjang yang lain yang diperlukan untuk meneggakkan diagnosis PCOs adalah
dengan USG.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. BIOLOGI JILID III EDISI
KELIMA. Alih bahasa : Wasmen Manalu. Editor : Amalia Safitri. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Heffner,LJ.2006. At a Glance SISTEM REPRODUKSI edisi kedua. Jakarta: Erlangga.
Hillegas, Kathleen B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam
PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Sylvia A.
Price, Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit, dkk. Jakarta : EGC
Lange JD.2007. Phatofisiology of diseases. San Fransisco: Appelton & Lange.
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. 2005. KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN EDISI III JILID I. Editor : Arif Mansjoer, dkk. Jakarta :
Media Aesculapius
Raden, A., Eriana Melinawati, Wisnu Prabowo. 2009. BUKU MANUAL PEMERIKSAAN
OBSTETRI DAN PIMPINAN PERSALINAN NORMAL EDISI I. Surakarta : Skills
Laboratory Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. ILMU KANDUNGAN. Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai