TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Trauma Kapitis
Trauma mekanik terhadap kepala baik langsung maupun tidak
langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
2.2. Anatomi 1
Berdasarkan ATLS (2004) anatomi yang berkatian adalah sebagai
berikut :
1. Kulit Kepala
Kulit kepala (scalp) terdiri dari 5 lapisan:1
a. Skin atau Kulit
b. Connective tissue atau jaringan penyambung
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika
d. Loose areolar tissue atau Jaringan ikat longgar
e. Periosteum atau perikranium
Suplai
darah
yang
luas
sangat
penting,
karena
otak
atau
adanya
perdarahan
subarachnoid
maka
akan
lainnya
harus
mengkompensasi
dengan
mengurangi
peningkatan
TIK
berat
dan
menetap,
mekanisme
\
Gambar2.9 Kurva Monroe Kellie
2.4.
Patofisiologi
Otak dilindungi oleh kubah tengkorak (rambut, kulit, tulang,
10
atau pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak
ataupun tusukan.
2. Beratnya Cedera Kepala
Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam
deskripsi beratnya penderita cedera otak. Penderita yang mampu
membuka kedua matanya secara spontan, mematuhi perintah, dan
berorientasi mempunyai nilai GCS total sebesar 15, sementara pada
penderita yang keseluruhan otot ekstrimitasnya flaksid dan tidak
membuka mata ataupun tidak bersuara maka nilai GCS-nya minimal atau
sama dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai
koma atau cedera otak berat. Berdasarkan nilai GCS, maka penderita
cedera otak dengan nilai GCS 9-13 dikategorikan sebagai cedera otak
sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan sebagai
cedera otak ringan.
3. Morfologi
a. Fraktur Kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak,
dapat berbentuk garis/linear atau bintang/stelata, dan dapat pula terbuka
ataupun
tertutup.
Fraktur
dasar
tengkorak
biasanya
memerlukan
11
a. Fraktur linier
b. Diastasis sutura
c. Fraktur komunitif
d. Fraktur depresi
3. Pembagian atas dasar kontinuitas kulit :
a. Fraktur terbuka
b. Fraktur tertutup
12
1. Perdarahan Epidural
Hematoma epidural terletak di luar dura tetapi di dalam rongga
tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa
cembung. Sering terletak di area temporal atau temporo parietal yang
biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur
tulang tengkorak.
13
Gambar
2.12
A.Kontusio
Intraparenkimal
14
bilateral,
B.
Perdarahan
GCS 3 - 8
15
2. Pemeriksaan Pupil
Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran dan reaksi terhadap
cahaya. Perbedaan diameter antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm
adalah abnormal. Pupil yang terfiksir untuk dilatasi menunjukkan adanya
penekanan terhadap saraf okulomotor ipsilateral. Respon yang terganggu
terhadap cahaya bisa merupakan akibat dari cedera kepala.
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan
saraf perifer. Tonus, kekuatan, koordinasi, sensasi dan refleks harus
diperiksa dan semua hasilnya harus dicatat
4. Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak
Scalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan memar.
Kedalaman leaserasi dan ditemukannya benda asing harus dicatat.
Pemeriksaan tengkorak dilakukan untuk menemukan fraktur yang bisa
diduga dengan nyeri, pembengkakan, dan memar.
2.7. Diagnosa Trauma Kapitis
a. X-ray Tengkorak
Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur dari
dasar tengkorak atau rongga tengkorak. CT scan lebih dipilih bila dicurigai
terjadi fraktur karena CT scan bisa mengidentifikasi fraktur dan adanya
kontusio atau perdarahan. X-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan
tidak ada ( State of Colorado Department of Labor and Employment,
2006).
b. CT-Scan
Penemuan awal computed tomography scanner ( CT Scan )
penting dalam memperkirakan prognosa cedera kepala berat (Alberico
dkk, 1987 dalam Sastrodiningrat,, 2007). Suatu CT scan yang normal
pada waktu masuk dirawat pada penderita-penderita cedera kepala berat
berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan penyembuhan
fungsional yang lebih baik bila dibandingkan dengan penderita-penderita
yang mempunyai CT scan abnormal.
16
17
Penatalaksanaan
sampai
terjadi
hipoventilasi
dan
hipovolemia
yang
dapat
a.
18
b.
dalam
kategori
ini
bisa
mengalami
gangguan
kardiopulmoner.Urutan tindakan:
1) Periksa dan atasi gangguan jalan napas (Airway), pernapasan
(Breathing), dan sirkulasi (Circulation)
2) Pemeriksaan singkat kesadaran, pupil, tanda fokal serebral, dan
cedera organ lain. Jika dicurigai fraktur tulang servikal dan atau tulang
ekstremitas, lakukan fiksasi leher dengan pemasangan kerah leher
dan atau fiksasi tulang ekstremitas bersangkutan
3) Foto kepala, dan bila perlu foto bagian tubuh lainnya
4) CT scan otak bila dicurigai ada hematoma intrakranial
19
c.
didapatkan fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher,bila ada luka
terbuka dan ada perdarahan,dihentikan dengan balut tekan untuk
pertolonganpertama. Tindakan sama dengan cedera kranio serebral
sedang dengan pengawasan lebih ketat dan dirawat diICU.
Di samping kelainan serebral juga bisa disertai kelainan sistemik.
Pasien cedera kranio serebral berat sering berada dalam keadaan
hipoksi,hipotensi, dan hiperkapni akibat gangguan kardiopulmoner.
20
2.
Terapi Medikamentosa
a. Cairan Intravena
Cairan intravena harus diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk
resusitasi dan mempertahankan normovolemia. Diajurkan untuk
resusitasi dengan cairan Ringer Laktat atau garam fisiologis.
b. Hiperventilasi
Perlakuan hiperventilasi akan menurunkan paCo2 yang menyebabkan
vasokonstriksi
pembuluh
darah
otak. Hiperventilasi
seharusnya
dilakukan secara selektif dan hanya dalam batas waktu tertentu dan
umumnya PaCo2 dipertahankan pada 35 mmHg.
c. Antikonvulsan
Fenitoin berguna dalam menurunkan angka insidensi kejang. Dosis
awal 1 gram secara intravena dan pemberian tidak lebih cepat dari 50 mg
per menit. Dosis pemeliharaan biasanya 100 mg / 8 jam.
21
Mannitol
Maninitol merupakan 6- karbon alkohol, yang tergolong sebagai obat diuretik
osmotik. Diuretik adalah obat yang menambah kecepatan pembentukan urin dengan
pengeluaran natrium dan diuresis.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem,
yang berartimengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstraselkembali menjadi normal.Secara umum diuretik
dapat dibagi
tinggi. Tempat kerja utama manitol adalah tubuli proksimal yaitu dengan
menghambat reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya (2) ansa
22
henle, yaitu dengan penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena
hipertonisitas daerah medula menurun; (3) duktus koligentes, yaitu
dengan penghambatan reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papilari
wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi.
Manitol dapat menurunkan tekanan maupun volume intra
o k u l e r m a u p u n serebrospinal dengan meninggikan tekanan osmotik
plasma sehingga air dari keduamacam cairan tersebut akan berdifusi
kembali ke dalam plasma dan ke dalam ruangekstra sel. Di dalam
sirkulasi cairan akan dikeluarkan dari tubuh dengan mekanisme kerja
manitol pada ginjal.
(4,5,9)
Farmakokinetik
Manitol merupakan diuretik osmotik yang spesifik karena tidak diabsorpsi
dalamtraktus gastrointestinal dan harus diberikan per intravena dalam
jumlah besar, karenaitu manitol tidak praktis untuk pengobatan udem
kronis.Manitol sangat sedikit dimetabolisme oleh tubuh, lebih kurang
7% dimetabolisme di hati dan hanya 7% diabsorpsi. Sebagian besar manitol
(>90%) dikeluarkan oleh ginjaldalam bentuk utuh pada urin.
Indikasi
Manitol digunakn untuk menurunkan tekanan intrakranial yang
tinggi karena edema cerebri, meningkatkan diuresis pada pencegahan
dan atau pengobatan oligiuria yang disebabkan oleh gagal ginjal,
menurunkan tekanan intraokuler, meningkatkan eksresis senyawa uriner
yang toksik sebagai larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat dan
atau transurethral (4,5,9)
Kontraindikasi
volume
darah
yang
beredar
meningkat
sehingga
23
dilakukan
kraniotomi,
serta
pada
pasien
yang
intravena
digunakan
larutan
25%
dengan
volumea n t a r a 5 0 1 0 0 0 m l . D o s i s u n t u k m e n i m b u l k a n
diuresis
ialah
50-200 gr yang
d iberikan
dengan
oligouria
hebat
diberikan
dosis
manitol
untuk
orang
dewasa
ialah
50
100gr.
digunakan
24
manitol
pelan-
pelan secarainjeksi intravena dan tidak boleh dicampur dengan darah dalam
peralatan transfusi.
(2,3)
Hiperkalemia juga dapat timbul, dimana kadar potasium meningkat
dalam darah.Pasien
harus
segera
diobservasi
untuk
tanda-tanda
anafilaksis atau
alergi
bisa terjadi
yang
Terapi Pembedahan
Terapi operatif terutama diindikasikan untuk kasus :
1. Cedera kranioserebral tertutup
a. Fraktur impresi (depressed fracture)
b. Perdarahan epidural (hematoma epidural/EDH) dengan volume
perdarahanlebih dari 30mL/44mL dan/ataupergeseran garis tengah
lebih dari3 mm serta ada perburukan kondisipasien
c.
Perdarahan
subdural
(hematoma
subdural/SDH)
dengan
25
seizure,
dan
yangterjadi
setelahnya
disebut
late
seizure.
intrakranial,kontusio
di
daerah
korteks;
diberi
profi
tindakan
menurunkansuhu
dengan
kompres
dingin
di
kepala,ketiak, dan lipat paha, atau tanpa memakai baju dan perawatan
dilakukan dalam ruangandengan pendingin. Boleh diberikan tambahan
antipiretik dengan dosis sesuai berat badan.
4) Gastrointestinal
Pada pasien cedera kranio-serebral terutama yang berat sering
ditemukan gastritis erosi dan lesi gastroduodenal lain, 10-14% diantaranya
akan berdarah. Kelainan tukak stresini merupakan kelainan mukosa akut
26
beberapa
percobaan
penting,
terungkap
bahwa
agen
27
28