Anda di halaman 1dari 6

Patofisiologi dan Pemeriksaan Fisik Gangguan Eliminasi Fekal Hemorroid

Disusun Oleh
Naufalia Zulfa Adhania _1406544734_KD V Kelas C_FG6
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia_email hanizulfa20@gmail.com
Kasus :
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit
saat BAB dan keluar darah saat BAB. pasien riwayat melahirkan 3 orang anak dan seorang
pedagang sayur keliling dan jarang makan sayuran dan buah-buahan. pasien didiagnosis
haemorrhoid dan direncanakan operasi.
Hemoroid atau yang biasa disebut dengan ambien atau wasir, merupakan salah satu
gangguan eliminasi fekal berupa pelebaran pemuluh darah vena di area rectum. Hal ini
disebabkan karena adanya tekanan intra-abdomen.

Tekanan intra abdomen juga bisa

ditimbulkan karena adanya kehamilan, konstipasi yang mengakibatkan mengejan dalam


waktu yang lama saat proses defekasi (Black & Hawks , 2014). Tekanan intra abdomen
menyebabkan pelebaran pembuluh darah vena pada area anus dan bila terjadi berulang bisa
menyebabkan hemoroid.
Hemoroid dibagi menjadi dua berdasarkan
tempat terjadinya, yaitu hemorrhoid internal dan
hemoroid eksternal (White, Duncan, Baumle, 2013).
Hemoroid internal sesuai dengan namanya yaitu
letaknya di dalam rectum. Hemoroid internal ini
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit namun pada
saat BAB biasanya ditemukan darah tanpa adanya
rasa sakit. Hal itu terjadi karena hemoroid internal
tidak mempunyai saraf sensori sehingga tidak terasa
sakit saat terjadi pendarahan ketika defekasi
(Gastroenterol,2012). Namun perlu diperhatikan
juga, biasanya hemoroid internal ini dapat menonjol keluar anus, yang dikenal sebagai
prolaps. Prolaps adalah dimana adanya dinding bagian rectum keluar dari anus.

Sedangkan hemoroid eksternal adalah hemoroid yang berkembang di bawah dentate


pectinate line.. Hemoroid ektsernal ini merupakan hasil dari adanya thrombus. Biasanya
hemoroid jenis ini menimbulkan gatal atau rasa sak
it yang hebat. Rasa sakit yang ditimbulkan pada hemoroid eksternal terjadi karena
hemoroid ini terjadi di bawah dentate pectinate line. Bagian bawah dentate pectinate line
merupakan bagian ectoderm yang tersusun dari lapisan sel squamosa. Pada bagian ini
terdapat saraf pudendal, yaitu saraf sensorik, otonom dan saraf motorik yang membawa
sinyal ke dan dari alat kelamin, daerah anal dan uretra (HOPE, 2014).
Tanda dan gejala hemoroid biasanya timbul karena hemoroid internal yang membesar
dan mengalami pembengkakan yang abnormal dan kendurnya pleksus atriovenous. Hal ini
menyebabkan peregangan pada otot suspensory sehingga mengalami prolaps. Hemoroid
biasanya ditandai dengan warnanya yang merah terang, Hal itu disebabkan karena mukosa
dubur yang mudah mengalami trauma sehingga menyebabkan perdarahan rectum karena
adanya kandungan oksigen yang tinggi dalam anastomosis atriovenosa.
Dibawah ini ada beberapa penyebab terjadinya hemorrhoid (Thronton, 2015) :
a. Penurunan aliran balik vena
Penyebab terjadinya hemoroid salah satunya adalah mengejan yang terlalu lama
saat buang air besar. Proses mengejan yang terlalu lama disebabkan karena salah
satunya karena kurangnya asupan makanan yang tinggi serat sehingga feses sulit
untuk dikeluarkan. Karena sulit dikeluarkan, hal itu menyebabkan tubuh
memerlukan tekanan yang besar untuk mengeluarkan feses. Apabila hal ini terjadi
terlalu lama, hal ini dapat mengakibatkan hemoroid kendur dan mengganggu
aliran balik vena. Kehamilan dan tegangan yang tinggi juga dapat meningkatkan
aliran balik vena dengan mekanisme yang sama dengan terlalu lama duduk di
toilet.
b. Tegang dan sembelit
Tegang dan sembelit dianggap sebagai penyebab pembentukan wasir.
c. Kehamilan
Predisposisi penyakit wasir yaitu terjadi pada perempuan. Khususnya sebagian
pasien mengalami hemoroid saat kehamilan. Hal itu disebabkan karena pada saat
hamil terjadi perubahan hormone atau adanaya tekanan langsung.
d. Hipertensi portal dan anorektal varises

Gejala hemoroid lebih sering terjadi pada orang yang mengalami hipertensi portal.
Anorektal varises umunya terjadi bersamaan dengan hipertensi portal. Varises ini
terjadi di daerah midrectum tempat antara koneksi system portal dan vena inferior
rectal.

Patifisiologi dari hemoroid dari dahulu memang belum diketahui. namun, saat ini ada
teori yang dinamakan teori sliding anal. Dimana teori ini mengatakan bahwa hemoroid
berkembang ketika jaringan pendukung
bantal anus (anal cushion) hancur.
Normalnya ada tiga bantal besar yang
terletak di anterior kanan, posterior
kanan dan aspek lateral kiri dari lubang
anus

sesuai

gambar

di

samping

(Thronton, 2015). Cushion anal pada


pasien dengan hemorid menunjukkan perubahan patologis yang signifikan. Cushion anal
terdiri dari pembuluh darah yang dsiebut dengan sinusoid, jaringan ikat dan otot polos.
Sinusoid tidak memiliki jaringan ikat pada dinding mereka, set pembuluh darah ini sering
disebut sebagai pleksus hemoroid.
Di atas kita membahas bahwa salah satu penyebab terjadinya hemoroid adalah adanya
peningkatan tekanan intra-abdomen atau kehamilan. Apabila tekanan intra abdomen
meningkat, maka menyebabkan tekanan yang meningkat pula di area dubur dan
menyebabkan dinding pembuluh darah mengalami dilatasi. Akibat dari dilatasi pembuluh
darah, maka darah yang masuk juga meningkat. Apabila hal itu tidak diatasi dan terjadi terus
menerus maka akan menimbulkan hemoroid interna. Pembengkakan yang terjadi semakin
lama semakin besar dan mendorong untuk keluar ke permukaan dubur sehingga mengalami
prolapse. Hemoroid yang mengalami prolapse menyebabkan kompresi sfingter eksternal.
Kompresi ini menyebabkan menurunnya aliran balik vena sehingga menyebabkan
strangulation. Strangulation ini bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut yaitu fibrosis
jaringan, gangrene, pendarahan atau thrombosis sebagai hemoroid eskternal.
Penatalaksanaan keperawatan pada klien gangguan eliminasi fekal hemoroid sama

seperti penatalaksanaan penyakit lainnya meliputi pengkajian, intervensi, dan asuhan


keperawatan. Di dalam pengkajian sebagai perawata kita perlu melakukan beberapa

pemeriksaan
pemeriksaan

yaitu

pemeriksaan

diagnostic.

fisik

Namun

dan

menurut

Thronton (2015) selain dilakukan pemeriksaan


fisik secara umum, perlu dilakukan juga inspeksi
visual dari rectum, pemeriksaan colok dubur dan
anoscopy atau proctosigmoidoscopy. Poisisi yang
diberikan pada pasien saat dilakukan pemeriksaan
rectal digital adalah dekubitus lateral kiri dengan
lutut pasien tertekuk ke arah dada. (Sesuai Gambar )
Pada pemeriksaan fisik hemoroid dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan adanya hemoroid internal atau hemoroid eksternal. Hemoroid internal
derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit unutk membedakannya
dengan lipatan mukoa melalui pemeriksaan rektal, kecuali hemoroid tersebut sudah
mengalami thrombosis. Pada LTM ini saya akan membahas tentang pemeriksaan fisik yang
perlu dilakukan untuk hemoroid meliputi :
a. Inspeksi
Pada pasien dengan hemorrhoid perlu diinspeksi untuk melihat aapakah ada atau
tidaknya fisura, fistula, polip atau tumor. Saat
inspeksi juga perlu diperiksa seluruh area
perineal. Hemoroid eksternal mudah terlihat
pada

saat disinpeksi

apalagi jika sudah

mengandung thrombus. Hemoroid interna yang


prolaps dapat terlihat seperti benjolan yang
tertutup mukosa. Apabila diketahui pasien
mengalami hemoroid interna yang sudah
prolaps maka dianjurkan pasien melakukan
starining test .
Saat dilakukan inspeksi, kita dapat melihat dan menentnukan derajat hemoroid
yang dialami klien yaitu ada empat (Yang, 2014) :
Derajat I : pembesaran pembuluh vena yang belum keluar dari area anus

namun kadang mengerluarkan darah.


Derajat II : hemoroid keluar anus selama proses pergerakan feses namun balik
kembali secara spontan setelah selesai defekasi. Pada saat diinspeksi biasanya
bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat dilihat adanya pembengkakan.

Derajat III: hemoroid sudah prolaps


Derajat IV : hemoroid menonjol keluar dari anus sepanajng waktu dan
irreducible.

b.

Palpasi
Hemoroid internal pada stadium awal masih merupakan pelebaran vena yang
lunak dan mudah kolaps sehingga tidak mudah untuk dipalpasi. Hemoroid stadium IIIV dapat dipalpasi dengan ditemukannya soft nodules. (Yang, 2014) Apabila
hemoroid sudah berlangsung lama dan sudah prolaps, maka jaringan ikat mukosa
telah mengalami fibrosis sehingga hemorid dapat diraba ketika jari tangan meraba
area rectum bagian bawah.
Selain pemeriksaan fisik yang dilakukan, untuk klien dengan hemoroid juga
diperlukan beberapa tes lainnya untuk mendeteksi jenis dan adanya hemoroid
a. Tes prolapse untuk hemoroid internal
Test ini meliputi test training, tes proplapse untuk hemoroid menggunakan ansoope
bipolar dan tes proplapse menggunakan gauze dan anoscope. (Yang, 2014) straining
test in digunakan untuk melihat pembukaan dubur pertama secara eksternal. Untuk
memeriksa hemoroid yang prolaps digunakan posisi jongkok selama 1sampai 2 menit.
Ketiga metode ini digunakan untuk memeriksa prolaps dengan menarik kain kasa
yang dimasukkan ke dalam anus melalui asnoscope secara melingkar.
b. Digital Rectal Examination (Colok Dubur)
DRE ini dilakukan pada hemoroid internal yang tidak bisa terasa saat
dipalpasi. Pemeriksaan DRE ini menggunakan jari dengan sarung tangan. Untuk

pasiden dengan fisura anal, abses perianal dan incarcerated hemoroid perlu
menggunakan anestesi local atau salep seperti lidocaine jelly dan meunggu 3 hinga 4
menit untuk mengurangi nyeri dubur dan darah. Ada tiga langkah yang dilakukan
dalam pemeriksaan ini yaitu langkah pertama dengan meraba dubur dan memasukkan
jari telunjuk ke sendi distal; langkah keuda dengan menunggu sebentar dan masukkan
lagi jari telunjuk ke sendi tengah dan langkah ke tiga dengan memasukkan jari
telunjuk ke sendi proksimal dengan meraba area kanal (Yang, 2014)
Hemoroid merupakan salah satu ganggua eliminasi fekal dimana terjadi pelebaran
pembuluh vena. Penyakit ini terjadi pada sebagian besar populasi pada umum 50 tahun
keatas. Oleh karena itu kita sebagai perawat yang professional harus mengetahui dan
mengerti mengenai tentang hemoroid baik dari etiologi penyakit, patofisiologi dan cara
penanganan yang tepat.
Referensi
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for
Positive Outcomes. 8th Ed. Singapore: Elsevier Inc.
Gastroenterol, W,J. (2012). Hemorrhoids : From Basic Pathophysiology to Clinical
Management. World Journal of Gatroenterology;18 (17):2009-2017.
Health Organization for Pudendal Education. (2014). Anatomy the Pudendal Nerve. Diakses
dari http://www.pudendalhope.info/node/13 pada tanggal 22 April 2016
Thornton,S,C.

(2015).

Hemorrhoids

Clinical

Presentation.

Diakses

dari

http://emedicine.medscape.com/article/775407-clinical#b3 pada 22 April 2016


White,L., Duncan,G., Baumle,W. (2013). Medical Surgical Nursing Third Edition. USA:
Delmar Cengage Learning.
Yang, H,K. (2014). Hemorrhoids. Seoul : Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Anda mungkin juga menyukai