Anda di halaman 1dari 38

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Pada pembangunan gedung atau bangunan sipil selalu di lakukan pekerjaan
tanah. pada dasarnya metode konstruksi untuk basement dapat di lakukan dengan cara
bottom up atau pun dengan cara top down. Metode bottom up pada basement
merupakan sebuah metode konstruksi yang di awali dengan proses penyelesaian
pekerjaan galian tanah basement kemudian di lanjutkan dengan pelaksanaan elemen
struktr bangunan. Berbeda dengan metode top town, pekerjaan galian tanah di
lakukan secara bersamaan dengan pekerjaan struktur sehingga efisiensi waktu
pengerjaan dapat di maksimalkan agar proyek berlangsung cepat selesai.

1.2

Rumusan masalah :
- Bagaimana pemotongan pada tanah keras dan lunak ?
- Bagaimana Produktivitas alat berat pada pekerjaan tanah ?
- Bagaimaan metode kosntruksi untuk basement dengan metode open cut & cut and
cover ?

1.3

Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai yaitu :
- Untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam rumusan masalah
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode konstruksi

BAB II
MACAM MACAM PEKERJAAN TANAH UNTUK BASEMENT
2.1 Pembersihan permukaan tanah
Pada suatu proyek sebelum dimulai dengan kegiatan penggalian tanah, harus dibuat
gambar kontur dari tanah asli, agar pekerjaan potong dan timbunan tanah (cut & fill) dapat
diperhitungkan. Pada saat sebelum pelaksanaan pekerjaan tanah pada lokasi bangunan dan
fasilitas untuk bangunan, perlu adanya pembersihan / land clearing / clearing and grubbing.
Pembersihan ini ada beberapa kemungkinan dalam pelaksanaannya, tergantung pada tipe
tanamannya, dan tujuan dari pembersihan. Peralatan untuk pembersihan ini yang paling baik
1

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

adalah dengan buldoser. Untuk pohon besar buldoser dapat menggali tanah sekeliling pohon,
dengan memotong sebagian akarnya, kemudian ditumbangkan. Tetapi sekarang dengan
memodifikasi buldoser sehingga dapa lebih cepat cara kerjanya. Blade dari buldoser
dimodifikasi sehingga lebih cocok untuk menumbangkan pohon-pohon besar, pembersihan
area proyek, mendongkel tanggul batu dan lain-lain. Beberapa cara memodifikasi diantaranya
adalah :
- Blades dari buldoser diganti dengan bentuk yang dapat membelah belah pohonpohon yang besar dangan cara menusuknya dengan besi yang kuat, sehingga mudah
untuk menumbangkannya. Juga dengan alat ini akar-akar yang horisontal dapat
dibelah-belahnya

sehingga

mudah

menumbangkannya.

Ada

juga

dengan

memasangkan blade dengan bentuk V, di sebut sebagai V-blade. Alat ini disebut
tractor-mounted buldoser.
- Blades dari buldoser diganti dengan bentuk seperti garpu / penggaruk (rake).
Dengan bentuk semacam garpu ini dapat untuk pembersihan dengan mengumpulan
batang-batang pohon, batuan dan lain-lain tetapi tanah tidak ikut terbawa.

Gambar 1 Salah satu jenis dari buldoser

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 2 v blade, yang dipasang di depan buldoser pengganti blade, untuk pembersihan

Gambar 3. Garukan / garpu / rake, yang dipasang di depan buldoser pengganti blade, untuk
pembersihan / land clearing
2.2 Pemotongan pada tanah keras dan cadas yang lunak
Untuk pemotongan / penggalian tanah cadas yang agak lunak dapat dengan
menggunakan buldoser saja, yaitu cadas tersebut digaruk dahulu dengan ripper dari buldoser.
Tanah cadaas yang telah hancur setelah digaruk dengan ripper, kemudian dipotong dan
didorong dengan blade di depan untuk dikumpulkan pada suatu tempat tertentu yang
merupakan stock untuk diproses berikutnya.
Kapan dan pada kasus jenis tanah yang bagaimana ripper dapat digunakan secara
effisiewn. Cara untuk mengetahui ini adlah dengan seismoghraphic method, yaitu dengan
cara menentukan kecepatan perambatan gelombang suara pada batuna di bawah permukaan
tanah. Kecepatan perambatan gelombang suara ini akan berbeda-beda pada batuan yang keras
dan yang lunak, sehingga dengan mengukur kecepatan perambatan suara ini dapat ditentukan

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

penggalian dengan ripper atau dengan cara peledakan. Jika sangat keras terpaksa harus
dengan cara peledakan.

Gambar 4 buldoser dengan dilengkapi dengan ripper (sumber : metode kerja bangunan sipil,
Amien Sajekti 2009)

Gambar 5 A. Ripper yang bergerak secara paralel. B. Ripper yang bergerak melalui engsel
(sumber : metode kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)
2.3 Pemotongan cadas keras dan batuan keras/ rock
Cadas batuan yang keras, dimana batasannya adalah penggarukan dengan ripper dari
buldoser sudah tidak mampu lagi, mala cara penggaliannya ada dua macam, berdasarkan :
-

Volume tanah yang harus digali hanya sedikit atau tanah yang harus harus dipotong

tipis saja.
Volume tanah yang harus digali sangat besar dan tebal.

Jika volume tanah yang harus digali hanya sedikit atau tanah yang harus dipotong tipis saja,
maka pemotongan cukup dengan menggunakan jackhammers. Disini kita cukup dengan
menggunakan mesin compressor yang besar sehingga cukup untuk beberapa jackhammers.

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 6. penggunaan jackhammer untuk pemotongan tanah keras. Perlu menggunakan


mesin compressor yang besar agar dapat digunakan untuk beberapa mesin jackhammers
Jika tanah yang harus dipotong sangat tebal dan sangat banyak volumenya, maka
perlu dipertimbangkan dengan menggunakan cara peledakan. Pada dasarnya peledakan
adalah metode bantuan agar pelaksanaan penggalian tanah batuan yang keras dapat terlaksana
dengan mudah. Dengan peledakan berarti akan menjadikan tanah batuan menjadi lepas
berkeping-keping halus, karena energi yang dihasiljan oleh bahan peledak, sehingga mudah
diambil maupun didorong dengan mesin buldoser.
Untuk pembuatan lubang dengan mesin biasanya menggunakan crawler drill (ada
yang menyebut track-mounted drill), yang dapat membuat lubang dengan diameter 1 sampai
6, tergantung kebutuhan besar energi peledaknya dan kedalaman bisa sampai mencapai 15
M bahkan bisa lebih dari itu.

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 7 track-mounted drill ada yang menyebut crawler drill, menggerakan mesin dengan
kompressor (sumber : metode kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)

Gambar 8 sketsa salah satu bentuk dari mata bor (bit) yang menggunakan crawler drill
(sumber : metode kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)
2.3.1 Bahan Peledak
Bahan peledak yang biasanya digunakan adalah behan peledak ammonium nitrate,
baik baik peledak dibawah tanaha/ terowongan.bahan peledak ini dapat dumasukan ke dalam
lubang vertikal, atau jika posisi lubang horisontal, maka cara memasukannya dengan delang
plastik dan ditekan sedikit dengan compressor pada tekanan kira-kira 10 psi. Untuk tanah
yang mengandung banyak air tanah, bahan ini perlu dilindungi dengan kantong plastikm agar
bahan peledak tidak bercampur dengan air.
Untuk meledakan bahan peledak ini perli perlu adanya detonator yang diletakan dibawah,
kadang-kadang juga diletakan diantara kedalaman tersebut.
Setelah bahan peledak dan detonator selesai diletakan dibawah lubang, sisa lubang
diatas ditutup kembali, yang disebut dengan stemming. Bahan untuk stemming ini adalah
untuk memperbesar pengaruh dari ledakan. Kadang-kadang diperlukan juga pengisian bahan
peledak dengan pengisisan dengan pengisian stemming secara selang-seling. Dengan
demikian setiap isian bahan peledak masing-masing perlu detonator sendiri.

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 9 Cara pengisian bahan peledak, detonator dan stemming (sumber : metode kerja
bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)
Pengisian bahan peledak ini lebih baik diletakan dibawah pada dekat dengan
permukaan tanah, agar mendapatkan hasil fragmentasi dari pecahan-pecahan tanah batuan
tersebut lebih kecil, sehingga mudah untuk dipindahkan / diangkut/ didorong dengan mesin.
Atau dapat juga dengan meletakan bahan peledak yang lebih besar dibawah, sedangkan
makin ke atas semakin kecil kekuatan bahan peledaknya, dengan diantaranya diberi
stemming.
2.3.2 Penggunaan bahan peledak untuk pelaksanaan pemotongan tanah keras/ berbatu
Untuk pemotongan tanah keras perlu diusahakan agar lapis perlapis yang sejajar
dengan permukaan yang akan dipotong mempunyai waktu peledakan yang sama, sedangkan
jajaran lubang-lubang peledak dibelakangnya mempunyai waktu peledakan lebih lambat,
demikian seterusnya pada jajaran lubang-lubang dibelakangnya lagi, mempunyai waktu
peledakan labih lambat dari jajran didepannya

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 10 A. Sketsa urutan peledakan B. Cara pengeboran. Urutan peledakan adalah


1,2,3,4,5 (sumber : metode kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)
Dari beberapa pengalaman menyatakan behwa lubang peledakan dengan posisi miring 10 o
40o lebih effisien dari pada dengan posisi yang tegak. Dengan posisi lubang peledakan yang
miring, fragmentasi hasil perpecahannya cadas keras/tuff lebih kecil, sehingga mudah untuk
pengangkutannya dengan mesin.

Gambar 11 dua cara metode pengeboran, miring 10o- 40o, dan vertikal (sumber : metode
kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009)
8

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Rumus yang digunakan untuk menentukan jarak lubag peledakan, digunakan rumus yang
dikembangkan dari rumus Monsanto

R=0,02
R
P
S

=
=
=

P
S
Radius tanah batuan yang rusak karena peledakan, M
Tekanan peledakan maksimum, Kg/Cm2
Tegangan tarik Ultimit dari batuan, Kg/Cm2

Tabel 1 Jarak lubang pengeboran dari beberapa jenis tanah keras

sumber : metode kerja bangunan sipil, Amien Sajekti 2009

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

2.4 Alat berat pada pekerjaan tanah


2.4.1 Produktifitas Alat Berat
Produksi alat penggali berbeda-beda antara tipe alat penggali yang satu dengan
yang lainnya. Hal-hal yang mempengaruhi produktifitas dari alat penggali tanah
adalah kapasitas buket, cycle time dan efisiensi kerja (kondisi alat, operator dan
cuaca). Peralatan konstruksi jarang diopersikan selama 60 menit penuh dalam satu
jamnya. Jika alat bekerja efisien selama 50 menit dalam satu jam, hal ini berarti
bahwa alat tersebut mempunyai faktor efisiensi waktu kerja 50/60 x 100% = 83,3 %.
Faktor efisiensi waktu kerja alat tergantung dari kondisi alat pada saat alat tersebut
disewa dan pemeliharaan alat pada saat pelaksanaan. Jika alat yang disewa dipelihara
dengan baik dalam penggunaannya, ada lima kondisi alat pada saat alat tersebut
disewa, yaitu :
1. Kondisi baik sekali, dengan faktor efisiensi waktu kerja 0,833. Hal ini berarti dalam
satu jam alat dapat bekerja secara efisien selama 50 menit.
2. Kondisi baik, dengan faktor efisiensi waktu kerja 0,75. Hal ini berarti dalam satu
jam alat dapat bekerja secara efisien selama 45 menit.
3. Kondisi sedang, dengan faktor efisiensi waktu kerja 0,69. hal ini berarti dalam satu
jamalat dapat bekerja secara efisien selama 41.4 menit.
4. Kondisi buruk, dengan faktor efisiensi waktu kerja 0,61. Hal ini berarti dalam satu
jamalat dapat bekerja secara efisien selama 36.6 menit.
5. Kondisi buruk sekali, dengan faktor efisiensi waktu kerja 0,50. Hal ini berarti
dalam satu jam alat dapat bekerja secara efisien selama 30 menit.
2.4.1.1 Produktifitas backhoe

10

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Perhitungan produktifitas yang dihasilkan dalam proses penggalian tanah lempung


dengan menggunakan Backhoe untuk masing-masing tipe dan efisiensi waktu kerja
alat digunakan rumusan dibawah ini :
3600
Q=q x
xE
Cm
Kapasitas bucket (q) (m3)
Faktor koreksi total (E)
Cycle time (Cm) :
- Pengisian bucket (detik)
- Mengangkat beban dan swing (detik)
- Dumping (pembuangan) (detik)
- Swing kembali (detik)
3
Produktifitas backhoe per jam dinyatakan dengan notasi Q dengan satuan m /jam,
p
sedangkan untuk produktifitas total selama waktu pelaksanaan pekerjaan dinyatakan
3
dengan notasi Q dengan satuan m .
2.4.1.2 Produktifitas dump truck
Perhitungan produktifitas dump truck dengan kapasitas muat dan jarak angkut untuk
masing-masing lokasi digunakan rumusan seperti dibawah ini :
60
Q=q x
x Et
Cmt
Cmt=n . Cms+

L
L
+t 1+
+t 2
V1
V2

q =Kapasitas bucket (m3)


Et =Faktor koreksi total
Cms = waktu siklus backhoe (menit)
L = jarak angkut (m)
V 1 = kecepatan rata-rata dump truck bermuatan (km/jam)
V 2 = kecepatan rata-rata dump truck tanpa muatan (km/jam)
t1 = waktu bongkar muatan hingga posisi siap untuk jalan kembali (menit)
t = waktu posisi dump truck hingga siap dimuati (menit)
2
n = jumlah lintasan
2.4.1.3 Produktivitas Bulldozer
60
Q=q x
x Et
Cmt
Produksi per siklus (q)
Q = L x H2 x a
L = lebar blade (pisau) (m)
H = tinggi blade (pisau) (m)
11

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

a = faktor sudut
3
q = produksi tiap gerak (m )
2.4.2 Beberapa Alat yang digunakan pada penggalian basement
2.4.2.1 Wheel dozer

Gambar 19 wheel dozer type 844H produksi perusahaan caterpilar


Spesifikasi mesin wheel dozer type 844H

Spesifikasi berat dan transmisi wheel dozer type 844H


12

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Spesifikasi sistem hidrolik wheel dozer typr 844H

13

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Spesifikasi kapasitas layanan wheel dozer type 844H

Spesifikasi dimensi wheel dozer type 844H

Teknik Sipil S-1

14

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 20 Spesifikasi dimensi wheel dozer type 844H


-

Spesifikasi blade wheel dozer type 844H

Blades wheel dozer type 844H

15

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 21 Blades wheel dozer type 844H


Peralatan standar wheel dozer type 844H

16

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Peralatan tambahan wheel dozer type 844H

2.4.2.2 Track typed tractor

17

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 22 track type tractor type D6k2 produksi perusahaan caterpilar


Spesifikasi mesin track type tractor type D4k2

Spesifikasi transmisi track type tractor type D4k2

18

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Spesifikasi kapasitas layanan track type tractor type D4k2

Spesifikasi berat track type tractor type D4k2

Spesifikasi blade track type tractor type D4k2

Spesifikasi ripper track type tractor type D4k2

Spesifikasi dimensi track type tractor type D4k2

Teknik Sipil S-1

19

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 23 Spesifikasi dimensi track type tractor type D4k2

Peralatan standar track type tractor type D4k2

20

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Peralatan tambahan track type tractor type D4k2

21

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

BAB III
PENGGALIAN TANAH UNTUK BASEMENT
3.1 Metode bottom up
Metode bottom up terdiri dari 2 jenis yaitu metode open cut dan metode cut and cover
3.1.1 Metode Cut and Cover
Metode ini biasa disebut metode konvensional, merupakan metode yang paling
sederhana. Pada metode ini, dilakukan penggalian dari permukaan tanah ke dasar galian
dengan sudut lereng galian tertentu (slope angle) dan tanpe menggunakan retaining wall.
22

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Metode ini biasanya digunakan pada proyek yang mempunyai lahan cukup luas,
dimana terletak di tengah-tengan site, sehingga tidak berbatasan langsung dengan bangunan
tetangga (existing building) dan jumlah lantai basement kurang dari dua lantai atai semibasement. Metode ini juga tidak disarankan untuk dilakukan diwilayah perkotaan atai galian
basement yang berbatasan langsung dengan bangunan teatangga

Gambar 16 metode open cut


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode konstruksi ini adalah
jenis tanah, sudut kemiringan lereng galian (slope angle), kondisi muka air tanah dan
surcharge load yang bekerja disekitar galian. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan untuk
menjaga kestabilan lereng dan mencegah terjadinya longsor. Kaitan antara jenis tanah dan
sudut kemiringan lereng dapat dilihat pada beberapa tabel dibawah ini
Tabel 2 temporary slope angle

23

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Sumber : Ahlvin, smoots (1988, p.24)


Tabel 3 Slope angle untuk granular soil

Sumber : koerner (1985, p.61)

Tabel 4 slope angle untuk cohesive soil

24

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Sumber : koerner (1985, p.77)


metode ini cocok digunakan apabila kondisi muka air tanah tidak lebih tinggi dari
dasar galian. Namun hal tersebut dapat dikendalikan denga sistem dewatering yang benar.
Pada tanah granular, metode ini dapat diaplikasikan dengan metode dewaterinh sistem ground
water lowing. Pada tanah kohesif, metode ini dapat diaplikasikan dengan metode dewatering
sistem open dumping.
Pada tanah kohesif, sudut kemiringan lereng dapat lebih besar dan lebih stabil
dibandingkan tanah granular. Tetapi kelongsoran rawan terjadi pada musim hujan, karen pada
jenis tanah kohesif (yang dominan lempung), tanahnya akan mengembang, menjadi
ekspansif, meleleh, menjadi lumpur ketika terkena air hujan dalam jumlah tertentu. Pada saat
hujan akan terjadi penambahan tegangan air tanah yang dapat mengganggu stabilitas lereng
galian.
Kelongsoran juga bisa disebabkan akibat getaran dari kendaraan yang lewat di tepi
lereng galian (surcharge load). Oleh karena itu perlu adanya jarak aman dari tepi lereng
galan, sehingga tidak mengganggu kestabilan lereng. Selain itu, pada metode ini rawan
terjadi heave pada dasar galian akibat kehilangan beban tanah selama penggalian, sehingga
tanah di samping galian akan menjadi suatu beban tambahan pada dasar galian.
Pada kondisi tertentu, untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan pada lereng akibat
pengaruh cuaca (hujan), maka lereng galian diproteksi dengan shot crete atau gunniting
(beton cait yang disemprotkan pada lereng galina) atau dapat pula ditutupi dengan terpal.
Beberapa upaya perkuatan lereng galian yang dapat dilakukan antara lain memberi susunan

25

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

anyaman kawat berisi bati (bronjong) pada lereng galian atau dengan memasung susunan
karung berisi pasir kering atau mortar semen pada lereng galian.
3.1.2 Metode cut and cover
Berbeda dengan metode open cut, pada metode ini sebelum dilakukan pekerjaan
penggalian, di sekeliling lahan galian dipasang dinding penahan tanah (retaining wall)
terlebih dahulu. Setelah dinding penahan tanah terpasang, maka dilakukan penggalian dari
tanah permukaan (ground level hingga ke dasar galian dan pekerjaan konstruksi basement
akan dikerjana dari dasar galian dilanjutkan ke atas (bottom up)

Gambar 17 Metode cut and cover


Sumber : chew (2009, p. 68)
Dinding penahan tanah ini berguna untuk menghindari terjadinya longsoran akibat
tekanan tanah dari sisi luar ketika dilakukan penggalina. Tanpa mengesampingkan
pelaksanaan sistem dewatering yang tepat, dengan adanya dinding penahan tanah juga dapat
mencegah resiko terjadinya piping dan meminimalkan terjading penurunan pada lahan
disekeliling galian. Pada beberapa kasus, untuk mengmperkuat dan menjafa kestabilan
dinding penahan tanah, maka dapat dipasang suatu support system, seperti strutting atau
anchor.
Metode ini cocok untuk penggalian yang cukup dalam (deep basement) dengan lokasi
lahan yang cukup sempit dan terletak dikawasan yang padat. Selain itu metode ini cocok
dipakai untuk jenis tanah galian granular. Namun, jika jenis tanah pada lahan proyek bersifat
ekspansif ( dominan lempung atau lempung murni), maka metode ini juga cukup efektif
untuk digunakan, dengan pertimbangan tidak perlu perawatan atau penanganan khusus untuk
mencegah tanah tersebut mengembang (swell), karena ada dinding penahan tanah (retaining
wall) yang menahan.

26

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Metode ini juga cukup cocok apabila kondisi muka air tanah cukup tinggi (lebih
tinggi dari dasar galian) dan cocok untuk diaplikasikan bersama dengan menggunakan
metode dewatering sistem open dumping,Sama seperti metode open-cut, yang perlu
diantisipasi pada metode ini adalah heaver pada dasar galian. Selama tanah digali, terjadi
pengurangan beban diatas galian, sedangkan tanah disamping galian akan menjadi suatu
beban tembahan terhadap tanah dasar galian. Tanah di samping galian akan menekan ke
bawah dan menyebabkan gerakan tanah naik ke atas (bottom heave), seperti pada gambar di
bawah

Gambar 18 Heave pada dasar galian


Sumber : Tschebotariof (1982, p 103)
Oleh karena itu salah satu solusi untuk mencegah terjadinya heave adalah melakukan
galian secara bertahap dan seger melakukan pengerjaan konstruksi sub-structure. Selain itu,
penggunaan retaining wall secara tepat juga dapat menghambat terjading heave pada dasar
galian

3.1.3 Metode konstruksi penggalian metode open cut


a. Pencarian data tanah galian
Data tanah di perlukan dalam pelaksanaan yaitu data jenis tanah, elevasi muka air
tanah & kekuatan tanah. Ketiga data tanah tersebut bisa di dapatkan dengan
melakukan pengujian pemboran taknik.

27

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 19 contoh data tanah hasil pemboran teknik


b. Analisis data tanah galian
Analisis data tanah yang di lakukan untuk pekerjaan basement dengan metode ini
adalah analisis stabilitas lereng. Tujuan dilakukan analisis ini yaitu untuk mengetahui berapa
kemiringan dinding galian yang di izinkan agar tidak terjadi keruntuhan dinding galian atau
longsoran yang dapat membahayakan proses berlangsungnya pelaksanaan penggalian.
Ketentuan kemiringan dinding galian dapat di lihat di. Tabel 2 temporary slope angle, Tabel 3
Slope angle untuk granular soil, Tabel 4 slope angle untuk cohesive soil. Pada ketiga tabel
tersebut perlu diketahui berapa sudut geser tanah dari tanah galian. Besarnya sudut geser
tanah di dapat dengan cara memplotkan hasil jumlah pukulan dari data bor (N value) ke tabel
internal friction angle.

28

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 20 internal Friction angle


c. Perencanaan mobilisasi alat
Pengaturan arah manuver alat besar dan dump truck yang baik dilakukan dengan
memperhatikan site installation yang ada

Gambar 21 contoh penentuan arah manuver alat berat dan dump truck

29

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 22 Penempatan posisi alat berat dan dump truck untuk menghasilkan
produksi galian yang optimal
d. Pekerjaan galian
-Galian tahap 1 penggalian di lakukan backhoe dan material langsung di dumping ke
dumptruck (posisi dumptruck yang optimal di mana sudut swing bucket 45o 90o),
tinggi galian sesuai dengan perhitungan tinggi kritis.
-Galian tahap 2, lereng hasil penggalian tahap 1 harus di proteksi dari gerusan air
hujan dengan menggunakan terpal plastik (plastic sheet) dan galian tahap kedua dapat
dilaksanakan dengan metode yang sama pada tahap 1.

Gambar 23 pekerjaan galian denga 2 tahap


-Penggalian di lanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah
permukaan air tanah dilakukan pekerjaan dewatering
-Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal are, di usahakan agar jarak disposal
adalah jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak
berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal

30

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 24 proses pengangkutan tanah


3.1.4 Metode kosntruksi penggalian Cut and cover
a. Tahapan pertama adalah melakukan pencarian data tanah di lokasi galian sama seperti
pada metode open cut
b. Analisis tegangan horizontal yang bekerja berdasarkan data tanah yang ada, kemudian
tentukan jenis turap yang bisa mungkin di laksanakan berdasarkan tegangan
horizontal yang bekerja pada dinding galian
c. Penentuan lokasi penggalian (soldier pile)

d. Pengeboran tanah pada lokasi rencana bored pile


31

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

e. Pengecoran beton ready mix ke lokasi penggalian bored pile

f. Penggalian tanah hingga ke dasar galian rencana

32

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

g. Pembuatan pondasi dan melanjutkan pekerjaan struktur

3.2

Metode Top Down

Hampir sama dengan metode cut and cover, pada metode ini sebelum dilakukan
penggalian dan pelaksanaan konstruksi basement, dipasang dinding penahan tanah terlebih
dahulu. Pada metode open cut maupun metode cut and cover, pelaksanaan konstruksi
basement dilakukan dari dasar galian berlanjut ke atas. Sedangkan pada metode top-down
pelaksanaan konstruksi basement dimulai dari level permukaan tanah 9ground level)
berlanjut hingga ke lantai dasar basement terdalam. Dengan penggunaan metode konstruksi
top down, maka pekerjaan struktur bawah bisa dilakukan secara bersamaan dengan struktur
atas. Pada struktur bawah yang dimaksud seperti penggalian, penulangan dan pengecoran plat
lantai basement, kolom basement, pile cap serta sloof.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan konstruksi basement dengan metode top-down sebagai
berikut :
-

Dilakukan pelaksanaan pekerjaan pondasi terlebih dahulu. Jika menggunakan metode


top-down, maka pondasi yang biasa digunakan adalah bored-pile.
33

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Dilakukan pengeboran lubang-lubang tiang pondasi sekaligus lubang bagi king-post.


Lubang bor diberi slurry untuk mencegah terjadinya longsoran pada lubang yang di
bor. Pada kasus tertenti, pada lubang yang di bor bisa di beri casing untuk mencegah
terjadinya longsoran.

Setelah lubang lubang pondasi siap, maka dilakukan pengecoran dengan


menggunakan tremi. Beberapa diantara lubang bor yang disiapkan, selain berfungsi
sebagai pondasi juga dapat berfungsi sebagai king-post. King-post merupakan kolom
penopang selama dilakukan penggalian, yang nantinya akan dijadikan sebagai kolom
basement itu tersendiri. King-post bisa terbuat dari pondasi yang diteruskan, dicor
hingga mencapai level permukaan tanah atau terbuat dari baja WF tertanam sedalam
tertentu pada bored-pile, yang harus diperhatikan dalam pemasangan king-post batang
baja WF adalah batang ini harus dipasang vertikan dan tegak lurus. Adapun
pemasangan baja WF sebagai king-post dapat dilakukan dengan 2 cara, akni baja WF
dimasukan sesaat setelah pengecoran pondast (pos-concreting method) dan baja WF
dimasukan sebelum pengecoran pondasi (pre-concreting method) seperti gambar di
bawah ini

Gambar 25 pemasangan kong-post baja WF dengan post-concreting method


Sumber : Thasnanipan, Maung (2000, p.6)

34

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar 26 pemasangan kong-post baja WF dengan pre-concreting method


Sumber : Thasnanipan, maung (2000, p.8)
Untuk lubang bor yang hanya berfungsi sebagai pondasi, maka dicor sampai
kedalaman yang direncanakan (sampai kedalaman lantai basement terdalam). Sedangkan
untuk lubang yang juga difungsikan sebagai king-post, maka dapat dicor seluruhnya, penuh,
hingga ke level permukaan tanah. Seteleh tiang-tiang pondasi dan king-post selesai
dikerjakan, maka dilakukan pekerjaan penulangan dan pengecoran plat lantai dan balok serta
kolom mulai dari level permukaan tanah. Yang perlu diperhatikan adalah harus ada lubang
yang cukup untuk akses masuk keluar alat gali yang akan menggali basement bawahnya.
Alat gali akan masuk menggali basement pertama, kamudian dilakukan pekerjaan penulangan
dan pengecoran tulangan plat dan balok basement pertama. Demikian seterusnya basement
dibawahnya, hingga dilakukan pekerjaan penulangan dan pengecoran tulangan pkat dan
balok basement pertama. Demikian seterusnya basement dibawahnya, hingga dilakukan
penulangan dan pengecoran sloof dan poer pondasi, adapun skema sederhana pelaksanaan
penggalian metode top-down, dapat diliha pada gambar dibawah ini.

35

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Gambar tahap pelaksanaan metode top-down


Sumber : Apartemen Triliun (2007, p 31)
36

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

Disamping memiliki tingkat kerumitan pelaksanaan yang cukup tinggi, metode ini memiliki
beberapa keuntungan yang dapat menjadi pertimbangan antara lain :
-

Cocok untuk pelaksanaan konstruksi basement yang terletak di kawasan perkotaan


yang padat, yang berbatasan langsung dengan existing building maupun utilitas
lainnya

Relatif lebih hemat waktu, karena upper structure dapat dikerjakan tanpa menunggu
basement selesai dikerjakan. Berbeda dengan metode lainnya dimana pekerjaan
konstruksi dilakukan dari bawah ke atas (bottom up). Tetapi tentu saja ada batasan,
struktur atasu tidak melampaui ketinggian tertenti yang telah diperhitungkan sebelum
keseluruhan struktur basement (struting dan pile cap_ selesai dibangun.

Tidak membutuhkan anchor, bracing atau struting sementara untuk menahan retaining
wall, karena penggalina dilakukan bertahap dari atas ke bawah dan balok-balok
basement dapat berfungsi sebagai struting

Galian tanah dilakukan secara bertahap, sehingga resiko terjadi heave dapat
terkurangi, terutama pada jenis tanah highly over-consolidated.

DAFTAR PUSTAKA
Sajekti, Amien ., 2009, Metode kerja bangunan sipil, Graha ilmu; Yogyakarta
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
submit.x=20&submit.y=22&submit=prev&page=13&qual=high&submitval=prev&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=12&submit.x=24&submit.y=12&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=13&submit.x=20&submit.y=8&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
37

Robbi Shobri Rakhman

1002426

Teknik Sipil S-1

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=14&submit.x=7&submit.y=17&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=15&submit.x=14&submit.y=13&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=4&submit.x=10&submit.y=21&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=2&submit.x=13&submit.y=19&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=1&submit.x=8&submit.y=19&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=3&submit.x=23&submit.y=19&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsip4%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basementchapter4.pdf
http://www.fhwa.dot.gov/bridge/tunnel/pubs/nhi09010/05.cfm

38

Anda mungkin juga menyukai