HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum
dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung
selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2007).
2. Etiologi
Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
b. Faktor organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik.
c. Faktor alergi
Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat yang biasa terjadi pada
trimester I bila perasaan mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah.
Mual menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) dengan
akibat perdarahan gastrointestinal (Mansjoer, 2010).
4. Pathways
5. Manifestasi Klinis
Menurut Winkjosastro (2007), batas jelas manifestasi klinis antara mual yang
masih fisiologik dalam kehamilan dan hiperemesis gravidarum tidak ada tetapi bila
keadaan umum penderita terpengaruh. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan:
a. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 permenit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkatan II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi total terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
wernicke, dengan gejala : nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks,
timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
6. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2010) komplikasi hiperemesis gravidarum adalah
ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental serta
payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.
7. Pencegahan
Menurut Mansjoer (2010) prinsip pencegahan hiperemesis gravidarum adalah
mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis :
a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
3
b. Makan sedikit-sedikit tapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti
kering dan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan
berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
8. Penatalaksanaan
Menurut Winkjosastro (2007) penatalaksanaan hiperemesis gravidarum adalah :
a. Obat-obatan
Apabila dengan cara pencegahan keluhan dan gejala tidak mengurangi maka
diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga
dianjurkan seperti dramamin, avomin pada keadaan lebih berat diberikan
antiemetik seperti disiklomin, hidrokhloride atau khlorpromasin.
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik catat cairan yang keluar. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan
rasa
sakit
oleh
karena
kehamilan,
kurangi
pekerjaan
serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
d. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B complek dan
vitamin C. Bila ada kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
e. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
4
kraniospinal,
malformasi ginjal,
talasemia,
korea
Malnutrisi
klien
berdampak
terhadap
pertumbuhan
janin
dan
d. Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen
rasa mint
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil
e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri
d. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
Kriteria Hasil:
Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan
Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan
klien dalam memenuhi kebutuhannya
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan
kondisi sehat serta sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media Acculapius.
FKUI
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC.