Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan bagi setiap negara tidak
hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa psikotik
atau skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi, dan penggunaan narkotika, psikotropika,
NAPZA juga menjadi masalah kesehatan jiwa. (Depkes RI, 2012). Kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana kesehatan individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemapuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU
No 18 tahun 2014).
Menurut WHO (World Health Organization) pada 2011, penderita gangguan jiwa
telah mendapati tingkat yang luar biasa lebih dari 24 juta jiwa mengalami gangguan jiwa
berat, dengan Indonesia menjai peringkat pertama dengan gangguan jiwa terbanyak.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2014) prevalensi gangguan jiwa berat
yaitu 1 juta orang, ringan 19 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 385.700 jiwa atau sebesar
2.03% pasien jiwa terdapat di Jakarta dan berada di tingkat pertama nasional.
Pada bukan Mai 2015 di pekanbaru terdapat 10.029 pasien gangguan jiwa dan otak
yang ditangani di RSJ Tampan, dengan rincian Pasien Rawat Inap berjumlah 656 jiwa dan
pasien rawat jalan berjumlah 9373 jiwa.Untuk Pendidikan yang terbanyak berpendidikan
SMU yakni 35,86 persen, tidak bekerja 77,42 persen. Pasien berasal dari 13 daerah
Kabupaten dan Kota di Riau, Pekanbaru diposisi pertama yakni 52,42 persen. Untuk
kelompok umur yang banyak mengalami gangguan di umur 25-44 tahun dan pasien
terbanyak adalah laki-laki yakni 58,98 persen (riaucitizen.com, 2015).
Berdasarkan data diatas maka dari itu kelompok mengangkat pasien halusinasi
karena pasien halusinasi merupakan masalah keperawatan terbanyak, kemudian masalah
1

2
keperawatan halusinasi merupakan akar masalah dari beberapa masalah keperawatan seperti
resiko perilaku kekerasan, dan masalah keperawatan halusinasi pada pasien ini sudah tidak
bisa untuk intervensi sekali kali, maka dari itu kelompok mengangkat kasus halusinasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian
asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi pendengaran
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran
c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien halusinasi pendengaran
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien halusinasi pendengaran
e. Mampu membuat imlementasi keperawatan pada klien halusinasi pendengaran
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien halusinasi pendengaran

Anda mungkin juga menyukai