Anda di halaman 1dari 5

1.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian terutama tanaman pangan merupakan tujuan utama
dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan nasional. Untuk meningkatkan produktivitas
tanaman pangan, salah satu faktor penghambat potensi produksi adalah kondisi tanah
seperti bahan organik dan sifat kimia dan mineral tanah (Havlin, Beaton, Tisdale,
Nelson, 1999).
Tanah oxisol banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan
dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas,
pisang dan kopi maupun sawi. Tanah oxsisol atau tanah latosol merah atau dapat juga
dikenal dengan tanah Ferrasols. Tanah ini termasuk tanah tua yang telah mengalami
proses pelapukan
Jika dilihat dari kesuburan alami, tanah Oxisol yang telah mengalami pelapukan
lanjut di daerah kering. Oxisol merupakan cadangan tanah yang banyak jumlahnya dan
masih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Dengan
memahami oxisol kita juga dapat mengatahui tentang pengelolaan tanah demi
memenuhi kebutuhan pangan.
Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian terpenting harus dikelola dengan
tepat dan benar agar tidak mengalami kerusakan. Kerusakan pada tanah terutama
disebabkan oleh erosi. Erosi mengakibatkan kehilangan unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat fisik tanah yang pada akhirnya
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan rendahnya produksi, karena
telah menurunkan produktivitas. Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka
produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Konservasi tanah
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang
diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat tersebut dan
tempat-tempat lain yang dialirinya.
Tujuan dari penulisan ini adalah agar kita bisa mengerti dan memahami penting
tanaman bagi ketahanan pangan, ekonomi, kesehatan dan juga pengaruhnya bagi

pertumbuhan dan produksi yang berdampak pada konservasi tanah dan air yang ada di
Indonesia
2.2 Deskripsi

A. KLASIFIKASI BOTANI.
Regnum

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Rhoeadales (Brassicales)

Famili

: Cruciferae (Brassicaceae)

Genus

: Brassica.

Spesies

: Brassica Juncea.

B. JENIS-JENIS SAWI.
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak
berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa
dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma.

a. Akar

Tanaman sawi memiliki akar tunggang dan akar bercabang membentuk bulat panjang yang
menyebar ke permukaan tanah, akar ini dapat menembus ke tanah sedalam 30-50 cm. Hal ini
berfungis untuk menyerap unsur air dan zat makanan dari dalam tanah.
b. Batang
Tanaman sawi memiliki batang pendek dan beruas, sehingga tidak kelihatan. Batang tanaman ini
berfungsi untuk menopang atau menyangga berdirinya daun sawi. Sawi juga memiliki daun yang
sangat halus , dan tidak berbulu serta memiliki tangkai yang berbentuk pipih.
c. Daun
Tanaman sawi memiliki daun berbentuk lonjong dan bulat, lebar berwarna hijau mudah dan tua.
Serta tidak memiliki bulu. Daun pada tanaman ini memiliki tangkai daun panjang dan pendek,
sempit atau lebar berwrna putih hingga berwarna hijau, bersifat kuat dan halus.
d. Bunga
Tanaman sawi memiliki bunga yang memanjang dan juga bercabang banyak. Tanaman ini
memiliki bunga yang terdiri dari empat kelopak daun, empat mehakota bunga berwrna kuning
cerah, empai helai benang sari dan satu buah pitik berongga dua. Penyerbukan tanaman ini di
bantu dengan angin dan binatang kecil sekitar.
e. Buah dan biji
Tanaman sawi memiliki buah bulat atau lonjong, berwarna keputihan hingga kehijauan, dan tiap
satu buah memiliki biji 2-8 butir biji. Biji tanaman sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat
hingga kehitaman, memiliki permukaan licin, mengkilap, keras dan juga berlendir.

Pertumbuhan dan perkembangan


Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya.
Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik
penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Fase pertumbuhan tanaman sawi 1. Fase Vegetatif Fase ini berlangsung selama perkembangan
akar, daun dan batang baru 2. Fase Generatif Fase ini terjadi saat pembentukan kuncup bunga,
daun dan biji atau pada saat pembentukan pendewasaan struktur penyimpanan makanan
(Soemito,1991).
Proses pembibitan, penanaman, dan pemanenan sawi :

Pembibitan sawi
a.

Ukuran bedengan pembibitan yaitu 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter.

b. Benih ditabur, kemudian ditutupi tanah setebal 1-2.


c.

Ketika berumur 3-4 minggu sejak disemaikan, tanaman dipindahkan ke bedengan.

Penanaman sawi
a.

Menyiapkan bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang dengan ukuran petak tanah.

Tinggi bedengan 20-30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm.


b.

Seminggu sebelum penanaman, dilakukan pemupukan terlebih dahulu dengan pupuk

kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha.


c.

Jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm, 30 x 30 cmdan 20 x 20 cm.

d.

Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan

ukuran 4-8 x 6-10 cm.

Pemanenan sawi
a.

Umur panen sawi paling lama 70 hari dan paling pendek 40 hari.

b. Cara pane ada 2 macam :


a.

Mencabut seluruh tanaman beserta akarnya

b. Memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam
c.

Pasca panen sawi yang harus diperhatikan :

http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/

Anonim.

2012.

Budidaya

Sawi.

http://duniapertanianagribisnis.blogspot.com/2012/07/makalah-budidaya-sawi.html
(Diakses 27 April 2016)
Maidhal, 1993. Skripsi Perbandingan sifat fisik tanah lapisan atas oxisol di dataran
tinggi dan dataran rendah. Universitas Andalas Fakultas Pertanian. Padang.
http://semangatgeos.blogspot.com/2011/11/tanah-oksisol.html. Diakses tanggal 27 April
2016.

Anda mungkin juga menyukai